Setiap bulan Agustus, seluruh rakyat Indonesia menyambut momen istimewa hari kemerdekaan Republik Indonesia. Di berbagai daerah, semangat nasionalisme diwujudkan dalam beragam cara, mulai dari upacara bendera, aneka perlombaan, hingga tradisi khas yang diwariskan turun-temurun.
Lebih dari sekadar perayaan seremonial, tradisi ini menjadi cara yang efektif untuk mempererat tali silaturahmi, menciptakan suasana rukun, harmonis, dan penuh kebersamaan di tengah masyarakat. Mari simak tiga tradisi unik di Jawa Timur untuk menyambut hari ulang tahun (HUT) Kemerdekaan RI.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
3 Tradisi Unik di Jawa Timur Menyambut HUT Kemerdekaan RI
Di Jawa Timur, perayaan HUT RI tidak hanya dimeriahkan dengan upacara dan lomba, tetapi diwarnai tradisi-tradisi unik yang sarat makna. Dari berkumpulnya warga untuk berdoa hingga tidur bersama di tenda, setiap tradisi menjadi cerminan gotong royong, rasa syukur, dan cinta tanah air yang diwariskan secara turun-temurun.
1. Barikan
Barikan adalah tradisi yang digelar pada malam 16 Agustus sebagai bentuk rasa syukur atas kemerdekaan Indonesia. Istilah ini berasal dari bahasa Arab "Barik" yang berarti berkah, atau dari bahasa Jawa Kuno yang berarti baris.
Tradisi barikan malam kemerdekaan melibatkan warga yang berkumpul di perempatan atau jalan-jalan kampung, duduk beralaskan tikar, dan membawa berbagai sajian seperti buah, kue, atau nasi.
Semua sajian dikumpulkan menjadi satu, lalu dibagikan atau dinikmati bersama. Dalam prosesinya, lagu kebangsaan "Indonesia Raya" dikumandangkan untuk menambah semarak dan menunjukkan rasa cinta Tanah Air.
2. Tirakatan
Tradisi tirakatan mengajak masyarakat berkumpul di jalanan, memanjatkan doa bersama, dan makan bersama. Tradisi ini dimaknai sebagai kesempatan untuk berefleksi, mengenang jasa para pahlawan, dan mendoakan arwah para pejuang.
Secara umum, prosesi tirakatan diisi dengan pembacaan sajak, mengheningkan cipta, dan doa bersama, lalu ditutup dengan acara makan bersama satu kampung. Tradisi ini cukup populer, terutama di Surabaya.
Tradisi ini menjadi bukti bahwa peringatan HUT RI tak harus mewah, melainkan cukup dengan kesadaran menjaga silaturahmi dan mengisi hari kemerdekaan dengan hal-hal bermakna.
3. Tidur di Tenda
Di Mojokerto, ada cara unik untuk menyambut kemerdekaan, yaitu tidur di tenda pada malam 17 Agustus. Tradisi ini sudah dilakukan sejak tahun 2001. Tidur di tenda mengembalikan semangat gotong royong dan menghilangkan sifat individualistis.
Warga kampung yang jarang berinteraksi sehari-hari bisa kembali berkumpul, menciptakan suasana yang hangat dan guyub. Hingga kini, tradisi ini masih dijalankan oleh sebagian warga Mojokerto dan sekitarnya, menjadi bagian tak terpisahkan dari peringatan HUT RI.
(auh/irb)