Contoh Tembung Ngoko, Krama Madya, dan Krama Inggil

Contoh Tembung Ngoko, Krama Madya, dan Krama Inggil

Mira Rachmalia - detikJatim
Sabtu, 09 Agu 2025 03:00 WIB
Seorang siswa didampingi pengajar memainkan alat musik gamelan saat latihan dalang cilik dan karawitan di Gedung Monod Diephius, kawasan Kota Lama, Semarang, Jawa Tengah, Minggu (11/5/2025). Pelatihan yang diikuti oleh anak-anak dari perkumpulan karawitan dan pedalangan Monod Laras yang diselenggarakan setiap hari Minggu itu bertujuan untuk melestarikan seni budaya Indonesia, khususnya di bidang wayang kulit dan gamelan. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/agr
FOTO ILUSTRASI. Simak Contoh Tembung Ngoko, Krama Madya, dan Krama Inggil. Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Surabaya -

Dalam bahasa Jawa, istilah tembung berarti kata dalam bahasa Indonesia. Secara sederhana, tembung adalah kumpulan suku kata yang memiliki makna dan digunakan untuk membentuk kalimat dalam komunikasi sehari-hari.

Bahasa Jawa sendiri dikenal kaya akan kosakata serta tata krama bahasa yang diatur dalam sistem unggah-ungguh basa atau tingkatan bahasa. Sistem tingkatan bahasa Jawa ini berfungsi untuk menunjukkan sopan santun dan penghormatan kepada lawan bicara.

Terdapat tiga tingkatan utama dalam bahasa Jawa, yakni Ngoko, Krama Madya, dan Krama Inggil. Bahasa Ngoko biasanya digunakan dalam percakapan santai bersama teman sebaya, orang yang lebih muda, atau orang yang sudah sangat akrab.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Krama Madya merupakan tingkatan menengah yang biasa dipakai saat berbicara dengan orang yang dihormati, namun dalam suasana tidak terlalu formal. Krama Inggil adalah tingkatan bahasa Jawa paling halus yang digunakan ketika berbicara dengan orang tua, tokoh masyarakat, atau siapapun yang harus dihormati penuh.

Berikut ini akan dijelaskan pengertian lengkap beserta contoh penggunaan dari masing-masing tingkatan bahasa Jawa agar Anda semakin memahami keunikan dan tata krama dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa.

ADVERTISEMENT

Tembung Ngoko

Tembung Ngoko adalah kosakata dalam bahasa Jawa yang digunakan pada tingkat bahasa Ngoko, yaitu ragam bahasa sehari-hari yang paling sederhana. Bahasa ini dipakai untuk berbicara dengan teman sebaya.

Bisa juga dengan orang yang lebih muda, atau mereka yang memiliki kedudukan sosial lebih rendah. Ngoko cenderung santai, langsung, dan tidak terlalu memperhatikan formalitas. Berikut contoh tembung ngoko.

  • Mangan (makan)
  • Turu (tidur)
  • Mlaku (jalan)
  • Aku (saya/aku)

Tembung Krama Madya

Krama Madya adalah tingkatan bahasa Jawa yang berada di antara Ngoko dan Krama Inggil. Gaya bahasa ini digunakan saat berbicara dengan orang yang dihormati tetapi dalam suasana yang tidak terlalu resmi.

Krama Madya sering digunakan di lingkungan sosial sehari-hari, seperti berbicara dengan tetangga yang lebih tua atau guru dalam situasi santai. Contoh tembung krama madya sebagai berikut.

  • Nedha (makan)
  • Sare (tidur)
  • Mlampah (jalan)
  • Kula (saya)

Tembung Krama Inggil

Krama Inggil adalah tingkatan bahasa Jawa tertinggi yang digunakan untuk menunjukkan rasa hormat dan kesantunan maksimal. Bahasa ini memiliki kosakata khusus.

Biasanya tidak digunakan dalam percakapan sehari-hari, melainkan dalam situasi resmi atau kepada orang yang sangat dihormati. Contoh tembung krama inggil sebagai berikut.

  • Dhahar (makan)
  • Sare (tidur)
  • Tindak (pergi)
  • Kula (saya, dengan maksud penghormatan)

Contoh Tembung Ngoko, Krama Madya, dan Krama Inggil

Berikut ini contoh tembung dari tingkatan bahasa Jawa Ngoko, Krama Madya, dan Krama Inggil yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Contoh-contoh ini membantu memahami perbedaan tata krama dan sopan santun dalam berbahasa Jawa sesuai situasi dan lawan bicara.

  1. Abang - Abrit - Abrit = Merah
  2. Aku - Kula - Kawula, Abdi = Aku, Saya
  3. Bali - Mantuk - Kundur = Pulang
  4. Balung, balung, tosan = Tulang
  5. Bathuk, bathuk, palarapan = Dahi
  6. Biyen - Riyin - Rumiyin = Dulu
  7. Carita - Cariyos - Cariyos = Cerita
  8. Cangkem, cangkem, tutuk, = Mulut
  9. Cekel - Cepeng - Asta = Pegang
  10. Dadi - Dados - Dados = Jadi
  11. Dhengkul, dhengkul, jengku = Lutut
  12. Driji, driji, Racikan =Jari
  13. Duwe - Gadhah - Kagungan = Punya
  14. Eling - Eling - Emut, Enget = Ingat
  15. Endi - Pundi - Pundi = Mana
  16. Endhas, sirah, mustaka = Kepala
  17. Gawa - Bekta - Asta = Bawa
  18. Geger, geger, pengkeran = Punggung
  19. Gelem - Purun - Kersa = Mau, Ingin
  20. Gulu, gulu, jangga = Leher
  21. Idep, idep, ibing = Bulu mata
  22. Ilang - Ical - Ical = Hilang
  23. Ilat, Ilat, lidhah = Lidah
  24. Irung, irung, grana = Hidung
  25. Iwak - Ilam - Ulam = Daging
  26. Jaluk - Nedi - Nyuwun = Minta
  27. Jupuk - Pendhet - Pundhut = Ambil
  28. Kabeh - Sedaya - Sedanten = Semua
  29. Kowe - Sampeyan - Panjenengan = Kamu
  30. Kuku , kuku, kenaka = Kuku
  31. Kuping, kuping, talingan = Telinga
  32. Lagi - Saweg - Nembe = Sedang
  33. Lambe, lambe, lathi = Bibir
  34. Lara - Sakit - Gerah = Sakit
  35. Mata, mripat, soca, paningal = Mata
  36. Maca - Maca - Maos = Membaca
  37. Melu - Tumut - Ndherek = Ikut
  38. Ngadeg - Ngadeg - Jumeneng = Berdiri
  39. Ngaso - Kendel - Kendel = Istirahat
  40. Ombo - Wiyar - Wiyar = Luas
  41. Oleh - Angsal - Pikantuk = Dapat
  42. Panas - Benter - Benter = Panas
  43. Pundhak, pundhak, pamidhangan = Pundak
  44. Putih - Pethak - Pethak = Putih
  45. Rambut, rambut, rikma = Rambut
  46. Rai, Rai , Pasuryan = Wajah
  47. Rekasa - Rekaos - Rekaos = Susah
  48. Rusak - Risak - Risak = Rusak
  49. Salin - Gantos - Gantos = Ganti
  50. Sapi - Lembu - Lembu = Sapi
  51. Sikil, sikil, samparan, ampeyan = Kaki
  52. Tandang gawe - Nyambut Damel - Ngasta Damel = Kerja
  53. Tangan, tangan, asta = Tangan
  54. Tilik - Tuwi - Tuwi = Menengok, Membesuk
  55. Udan - Jawah - Jawah = Hujan
  56. Untu, untu, waja= Gigi
  57. Uyah - Sarem - Sarem = Garam
  58. Wani - Wantun - Wantun = Berani
  59. Wedi - Ajrih - Ajrih = Takut
  60. Weteng, weteng, padharan = Perut
  61. Wudel, puser, tuntunan = Pusar
  62. Yekti - Yektos - Yektos = Tenan, Nyata
  63. Yen - Menawi - Menawi = Kalau

Penguasaan tembung ngoko, krama madya, dan krama inggil bukan hanya membantu berkomunikasi, tetapi juga menjaga nilai sopan santun dalam budaya Jawa. Dengan memahami penggunaannya, kita dapat berbicara dengan tepat sesuai situasi dan lawan bicara.




(ihc/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads