Festival Budaya Spiritual (FBS) digelar di Tulungagung. Salah satu yang menarik perhatian pengunjung yakni koleksi keris milik Presiden Prabowo Subianto yang turut ditampilkan dalam acara tersebut.
Staf Khusus Menteri Kebudayaan, Basuki Teguh Yuwono mengatakan FBS merupakan adalah salah satu upaya pemajuan budaya. Even itu dinilai cukup strategis karena mampu menghidupkan berbagai ekosistem budaya secara utuh, mulai dari dunia perkerisan, kuliner, hingga seni upacara tradisional.
"Alhamdulillah, Pak Bupati sangat mendukung penuh, dan ini menjadi kolaborasi yang kuat antara pusat dan daerah," kata Basuki, Kamis (10/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu momen penting dalam festival adalah prosesi jamasan pusaka agung Kanjeng Kyai Upas yang menjadi sumber spiritual dan simbol budaya khas Tulungagung. Tak hanya itu, pameran keris bertema khusus juga menyedot perhatian pengunjung.
"Yang menarik di sini, koleksi keris yang dipamerkan berasal dari para lurah, pejabat daerah, hingga kolektor nasional, termasuk milik Menteri Kebudayaan dan Presiden," ujar Basuki.
Ia menyebutkan bahwa pameran ini baru pertama kali digagas dengan pendekatan yang inklusif dan guyub. Turut ditampilkan dalam acara ini koleksi keris Presiden Prabowo, yakni keris dari Buleleng, Bali.
Selain itu, keris koleksi Menteri Fadli Zon yang ditampilkan antara lain Keris Ki Nagaliman dari Jambi, 2 keris Cakra Negara dari Lombok. Basuki menegaskan keris bukan hanya benda warisan, tetapi simbol nilai.
"Filosofi keris itu sederhana, tanggung jawab, jiwa kesatria, dan hormat kepada leluhur. Semuanya dibingkai dalam nilai-nilai ketuhanan," imbuhnya.
Pihaknya juga mengapresiasi keterlibatan mahasiswa ISI Surakarta dan komunitas budaya dari Madura yang turut memperkaya festival. Kehadiran generasi muda menjadi harapan dalam proses pewarisan budaya ke depan.
Basuki juga menyampaikan sambutan Menteri Kebudayaan Fadli Zon. Ditegaskan Indonesia adalah negara adidaya budaya. "Kita adalah bangsa megadiversity dalam hal budaya, yang harus dikelola secara strategis untuk kemajuan bersama," ujar Basuki.
Tema festival tahun ini adalah Yatra Tuk Jiwa atau Perjalanan Menuju Kedalaman Jiwa, mengajak masyarakat melakukan refleksi batin sebagai jalan spiritual untuk menemukan kejernihan dan kedamaian jiwa. Festival ini digelar setiap Suro sebagai bulan penuh makna dalam kalender Jawa.
Berbagai kegiatan turut meramaikan festival: dari seminar dan lokakarya, lomba menggambar keris tradisional, pasar rakyat berbasis budaya, pagelaran wayang kulit, hingga festival jaranan. Semua dikemas sebagai tontonan dan tuntunan.
"Ini festival yang menyenangkan dan tidak menakutkan. Sangat cocok bagi generasi milenial dan Gen Z untuk mengenal kebudayaan leluhurnya," imbuhnya.
Kekhasan budaya Tulungagung yang merupakan titik temu antara budaya Yogyakarta dan Surakarta, serta memiliki pusaka penting berupa Kanjeng Kyai Upas.
Kementerian mendukung penuh agar ekosistem budaya nasional tumbuh dan diwariskan secara berkelanjutan sesuai dengan amanat UUD 1945 Pasal 32 dan UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
Kemenbud berharap Festival Budaya Spiritual Tulungagung bisa terus dilaksanakan setiap tahun dan menjadi program strategis nasional.
(dpe/abq)