Sinopsis Film Sengkolo: Malam Satu Suro dan Makna Mistis di Baliknya

Sinopsis Film Sengkolo: Malam Satu Suro dan Makna Mistis di Baliknya

Mira Rachmalia - detikJatim
Jumat, 20 Jun 2025 03:00 WIB
FIlm Sengkolo Pemandi Mayat
Poster Film Sengkolo. Foto: dok. MVP Pictures
Surabaya -

Film Sengkolo: Malam Satu Suro adalah film horor misteri Indonesia yang tayang perdana pada 20 Juni 2024. Film ini mengangkat tema klenik dan kepercayaan masyarakat Jawa terhadap malam 1 Suro, sebuah malam yang dianggap sakral sekaligus penuh energi mistis.

Disutradarai kreator lokal dengan pendekatan budaya yang kental, film ini menyuguhkan cerita menegangkan yang dikaitkan dengan ilmu hitam, sengkolo, dan peristiwa tragis yang membayangi malam pergantian tahun Jawa.

Film yang mengangkat kisah dari sudut pandang seorang pemandi jenazah ini tidak hanya menyajikan elemen horor, tetapi juga memaparkan budaya lokal, kepercayaan spiritual, dan sisi psikologis karakter yang berhadapan dengan kenyataan pahit sekaligus dunia gaib.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sinopsis Film Sengkolo: Malam Satu Suro

Film ini berfokus pada tokoh Ibrahim (diperankan Donny Alamsyah), seorang pemandi jenazah yang mengalami trauma berat setelah seluruh anggota keluarganya meninggal secara misterius. Tragedi ini membuatnya memilih untuk pensiun dari pekerjaannya dan menjalani hidup yang tertutup dan menyendiri.

Namun, ketenangannya tidak berlangsung lama. Sebuah serangkaian kematian aneh kembali terjadi di desanya, kali ini menimpa keluarga terpandang dan kaya. Karena kejanggalan dari kematian tersebut, masyarakat menduga adanya campur tangan ilmu hitam.

ADVERTISEMENT

Akibat ketakutan yang melanda, tidak ada pemandi jenazah yang berani mengurus mayat-mayat tersebut. Dalam kondisi mendesak, kepala desa bernama Hermawan (diperankan Fauzan Nasrul) memohon bantuan kepada Ibrahim.

Awalnya menolak, Ibrahim akhirnya menyetujui untuk membantu setelah mengalami berbagai kejadian aneh dan berbagai pertimbangan. Seiring berjalannya waktu, Ibrahim mulai menyadari bahwa kematian misterius keluarga kaya tersebut berkaitan dengan masa lalunya sendiri, terutama tragedi kelam yang merenggut keluarganya.

Ia pun harus berhadapan dengan fenomena supranatural dan konspirasi gelap yang terkait dengan malam 1 Suro, sebuah malam yang diyakini sebagai saat di mana batas antara dunia nyata dan gaib menjadi sangat tipis.

Film ini menggiring penonton untuk ikut menelusuri misteri, menghadapi rasa takut, serta mencoba memahami hubungan antara sengkolo, ilmu hitam, dan karma yang menjerat para tokohnya.

Makna di Balik Judul Sengkolo

Sengkolo dalam budaya Jawa adalah istilah yang merujuk pada kesialan, nasib buruk, atau halangan besar dalam hidup seseorang. Istilah ini bersumber dari ajaran Primbon Jawa, sebuah kitab warisan leluhur yang menjadi pedoman hidup masyarakat tradisional Jawa.

Menurut kepercayaan, sengkolo bisa datang karena pelanggaran terhadap nilai-nilai spiritual, adat istiadat, atau karena gangguan makhluk halus. Dalam konteks film ini, sengkolo menjadi simbol dari kutukan yang diwariskan, yang tidak hanya mempengaruhi tokoh Ibrahim, tetapi juga keluarga lainnya di desanya.

Upaya Menghindari Sengkolo

Dalam budaya Jawa, untuk menghindari sengkolo, terutama pada malam 1 Suro, masyarakat melakukan berbagai ritual pembersihan diri dan tirakat. Beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk menghindari sengkolo sebagai berikut.

  • Tapa bisu (berdiam diri tanpa berbicara semalam suntuk)
  • Mubeng beteng (berjalan keliling benteng atau tempat sakral tanpa suara)
  • Selametan dan doa khusus untuk menolak bala
  • Mandi kembang sebagai bentuk penyucian jasmani dan rohani

Film ini menyentuh aspek-aspek tersebut, baik secara simbolik maupun eksplisit, untuk menekankan bahwa sengkolo tidak hanya berupa kutukan, tetapi juga sebuah peringatan spiritual bagi manusia untuk mawas diri dan hidup lebih selaras dengan nilai-nilai leluhur dan agama.

Alur dan Nuansa Film yang Kental dengan Budaya Lokal

Berbeda dari film horor urban kebanyakan, Sengkolo: Malam Satu Suro memadukan elemen mistik tradisional, budaya Jawa, dan spiritualitas lokal dengan jalan cerita yang penuh teka-teki. Nuansa film dipenuhi dengan simbol-simbol adat, penggunaan bahasa daerah, dan suasana pedesaan yang menguatkan atmosfer mistis.

Visualnya disusun dengan pencahayaan minim, setting kampung, rumah tua, dan simbol ritual yang membuat film ini terasa intim, menyeramkan, sekaligus memikat bagi penonton yang menyukai horor berbasis budaya.




(ihc/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads