Gunung Kawi di Jawa Timur selalu menjadi pusat perhatian menjelang malam 1 Suro. Biasanya, banyak peziarah memadati kawasan ini untuk mengikuti ritual keramat yang sarat makna spiritual dan budaya. Tradisi ini bukan sekadar kegiatan religius, melainkan bentuk pelestarian yang dipercaya membawa keberkahan, keselamatan, dan rezeki melimpah.
Jawa Timur sendiri dikenal dengan kekayaan budaya dan tradisinya yang telah diwariskan secara turun-temurun dari leluhur. Tak hanya sebatas adat, nilai-nilai spiritual dan moral juga menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat, termasuk menyambut malam 1 Suro, penanda tahun baru dalam kalender Jawa.
Sejumlah daerah di Jawa Timur memiliki cara khas dalam memperingati malam 1 Suro. Namun, ritual malam 1 Suro di Gunung Kawi, Kabupaten Malang, menjadi salah satu tradisi paling dikenal dan menyimpan aura mistis yang kuat. Di kawasan yang juga populer sebagai tempat ziarah ini, masyarakat masih menjaga warisan budaya spiritual.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Benarkah Malam 1 Suro Tak Boleh Bicara? |
Rangkaian Ritual 1 Suro di Gunung Kawi
Dalam menyambut malam 1 Suro, warga di sekitar Keraton Gunung Kawi melaksanakan serangkaian tradisi tahunan. Meskipun bentuk dan susunan ritual bisa berbeda, semuanya bertujuan sebagai bentuk syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa serta penghormatan kepada leluhur.
Mengutip jurnal ilmiah "Akulturasi Budaya dalam Tradisi Satu Suro di Lereng Gunung Kawi Kabupaten Malang" (Nugroho, 2022), berikut beberapa ritual utama yang biasa dilaksanakan saat ritual 1 Suro di Gunung Kawi.
1. Sedekah Bumi
Sedekah Bumi merupakan bagian penting dalam peringatan 1 Suro di Gunung Kawi. Tradisi ini ditandai dengan prosesi membawa gunungan hasil bumi-berupa sayur, buah, dan hasil pertanian lainnya, sebagai bentuk rasa syukur atas rezeki yang melimpah. Selain sebagai ucapan terima kasih kepada Tuhan, juga penghormatan terhadap leluhur dan alam sekitar.
2. Pencucian Pusaka (Jamasan)
Tradisi Jamasan Pusaka atau pencucian benda-benda pusaka dilakukan pada malam 1 Suro. Masyarakat percaya bahwa pusaka memiliki nilai spiritual tinggi dan menyimpan kekuatan tertentu. Oleh sebab itu, penyucian ini dimaksudkan untuk membersihkan pusaka dari energi negatif dan sebagai simbol pembersihan diri pemiliknya secara spiritual.
3. Pembakaran Ogoh-ogoh Sangkakala
Salah satu ritual paling mencolok adalah pembakaran Ogoh-ogoh Sangkakala. Ogoh-ogoh ini berbentuk raksasa, menyeramkan, dan menakutkan, yang diyakini melambangkan sifat buruk manusia seperti amarah dan keangkuhan. Makna membakar ogoh-ogoh adalah melepaskan diri dari sifat negatif dan memulai tahun baru dengan hati dan pikiran yang bersih.
4. Pesta Rakyat Wayangan
Sebagai penutup, digelar pertunjukan wayang kulit yang biasanya berlangsung semalam suntuk. Pagelaran ini bukan sekadar hiburan, tetapi sarana untuk menyampaikan ajaran moral dan nilai-nilai kebajikan yang diwariskan oleh para leluhur. Wayang menjadi medium budaya yang terus dirawat keberadaannya di tengah arus modernisasi.
Jadwal Ritual Keramat 1 Suro 2025 di Gunung Kawi
Pelasti (Perkumpulan Pelestari Adat Budaya) Gunung Kawi akan menyelenggarakan rangkaian kegiatan dalam rangka memperingati 1 Suro. Agenda kegiatan tersebut meliputi sejumlah penampilan seni dan ritual keramat yang erat kaitannya dengan tradisi dan kepercayaan masyarakat setempat.
1. Kirab Pusaka
- Tanggal: 26 Juni 2025
- Lokasi: Komplek Padepokan Djoego Gunung Kawi
- Pukul: 10.00-20.00 WIB
2. Jamasan Pusaka
- Tanggal: 26 Juni 2025
- Lokasi: Komplek Padepokan Djoego Gunung Kawi
- Pukul: 10.00-20.00 WIB
3. Pentas Seni
- Tanggal: 26 Juni 2025
- Lokasi: Komplek Padepokan Djoego Gunung Kawi
- Pukul: 10.14-23.55 WIB
4. Wayang Kulit
- Tanggal: 26 Juni 2025
- Lokasi: Komplek Padepokan Djoego Gunung Kawi
- Pukul: 10.14-23.55 WIB
(auh/irb)