- Puisi Tema Pahlawan untuk Sumpah Pemuda 1. Pahlawan 2. Jejak Pahlawan Bangsa 3. Pahlawanku 4. Gugur 5. Elegi 10 November 6. Gugur Pejuang 7. Perjuangan Para Pahlawan untuk Indonesia 8. Kepergian Pahlawanku 9. Sumpah Para Bocah 10. Prajurit Jaga Malam 11. Pemuda Tempat Bersandar 12. Hai Pemuda, Tidak Boleh Titik 13. Barisan Masa Depan 14. Perjuangan Mereka 15. Mencari Makna Baru Perlawanan
Sumpah Pemuda yang diperingati setiap tanggal 28 Oktober adalah momen bersejarah yang diingat setiap tahun sebagai tonggak persatuan dan semangat perjuangan bangsa Indonesia. Hari yang istimewa ini menjadi momen tepat bagi kita untuk mengenang para pahlawan yang telah berjuang demi kemerdekaan dan kesejahteraan tanah air.
Untuk merayakan Sumpah Pemuda, salah satu cara yang indah adalah melalui puisi. Karya sastra ini memiliki kekuatan untuk menggugah semangat, menginspirasi generasi muda, dan mengenang jasa-jasa pahlawan yang telah berkorban.
Puisi Tema Pahlawan untuk Sumpah Pemuda
Puisi yang mengangkat tema pahlawan, yang diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi bagi kita semua untuk melanjutkan perjuangan dan cinta tanah air. Berikut referensi 15 puisi untuk dibaca saat peringatan Sumpah Pemuda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Pahlawan
Karya: Sukarni dalam buku Kumpulan Puisi
Dentuman genderang perang bergema
Desingan peluru memekakkan telinga
Takbir berkumandang Allahu Akbar
Teriakan terdengar hingga sukma
Bambu runcing tegak dengan gagahnya
Tak takut akan tank dan meriam
Belati tak kau hiraukan
Demi melepas belenggu penjajahan
Hari - harimu kau habiskan di medan perang
Tak jarang darahpun bercucuran
Namun, semua itu tak dapat runtuhkan
Kobaran semangat juang
Kini Indonesia telah merdeka
Hasil perjuangan telah nyata
Namun kau tak ikut mengenyamnya
Hanya anak cucu tercinta
Yang dapat memanjatkan doa
Tenanglah di peristirahatan abadimu
Kami akan melanjutkan perjuanganmu
Demi Indonesia agar lebih maju
2. Jejak Pahlawan Bangsa
Karya: Almas Noor Huda dalam buku Puisi Sejarah
Jejak-jejak para pahlawan bangsa
Semerbak harum dalam untaian syair pujangga
Bercerita haru akan kisah perjuangan
Bertaruh nyawa di medan peperangan
Kapten Pattimura dengan pedangnya
Jendral Soedirman dengan tandunya
Pangeran Diponegoro dengan gerilyanya
Memperjuangkan Indonesia merdeka
Tujuh belas Agustus 1945
Soekarno memproklamirkan kemerdekaan
Riuh tangis haru dikumandangkan
Jatuhnya Jepang dan merdekanya negara Indonesia
Jejak-jejak para pahlawan bangsa
Menapak jelas menembus zaman
Kini beliau pun menyaksikan dari surga
Bangsamu bersatu padu dalam semangat membela
3. Pahlawanku
Karya: Yamin dalam buku Puisi Kemerdekaan: Antologi Puisi
Darah mengalir terus dikenang
Sengsara kehausan serta kelaparan
Langkah sedikit lengah
Terpeleset jurang yang mendalam
Karena jasamu Indonesia mampu bernapas lega
Menghirup udara kebebasan
Aman dari sergapan senjata
Jauh dari serangan penjajah tak terduga
Tanpamu kami tidak tau keadaan sekarang
Keberanianmu larut dalam darah juang
Kekuatanmu sekeras baja
Keyakinanmu kuat dalam hati sanubari
Pahlawanku ...
Kau berikan kebahagiaan anak cucu bangsa
Kau tinggalkan kenangan sejarah tuk pijakannya
4. Gugur
Karya: WS Rendra dalam buku berjudul Kumpulan Puisi Pahlawan
Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Tiada kuasa lagi menegak
Telah ia lepaskan dengan gemilang
pelor terakhir dari bedilnya
Ke dada musuh yang merebut kotanya.
Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Ia sudah tua
luka-luka di badannya.
Bagai harimau tua
susah payah maut menjeratnya
Matanya bagai saga
menatap musuh pergi dari kotanya.
Sesudah pertempuran yang gemilang itu
lima pemuda mengangkatnya
di antaranya anaknya
Ia menolak
dan tetap merangkak
menuju kota kesayangannya
Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya.
5. Elegi 10 November
Karya: Siti Isnatun M dalam buku berjudul Kumpulan Puisi Pahlawan
Hari ini kami memandang
wajah-wajah pada bingkai yang terpajang
Menunduk membisikkan doa
dalam semat kenangan akan jasa
Separuh asa kami melayang
dalam bayang-bayang
akan masa yang telah silam
Darah yang telah mengalir
Keringat yang telah bergulir
bagai sebutir safir
dalam ruang yang temaram
Bukan lagi tangis yang seharusnya kami berikan
Bukan!
Meski air mata membayangi kenangan
akan pengorbanan yang telah dipersembahkan
10 November ini
Bersama duka ini
Kami sematkan setangkup doa
Bersama tekad dan asa
Bahwa kami adalah tonggak penerus
untuk jiwa kepahlawananmu yang tulus
6. Gugur Pejuang
Karya: Ayla Andhura Hamba Al-Ghafur dalam buku Kumpulan Puisi Pahlawan
Indonesia tanah airku
Yang sedang kupijak di atasnya
Semuanya tanpa mengetahui cara meraihnya
Yang tanpa mengetahui cara meraihnya
Wahai pahlawanku...
Pejuang NKRI tanah airku
Kau relakan tubuhmu tertusuk demi
Ku menangis tersedu-sedu
Tetesan air mengalir di seluruh wajahku
Tapi aku hanya dapat berpikir bagaimana
Tetesan darah mengalir di seluruh tubuhmu
Kini telah gugur engkau wahai pejuangku
Aku hanya dapat mengirim doa kepadamu
Semoga cahaya selalu menerangi dan rakyat NKRI
7. Perjuangan Para Pahlawan untuk Indonesia
Karya: Suyono dalam buku Kumpulan Puisi Semangat Kemerdekaan Masa Kini
Untukmu pahlawanku
Tanpamu kami tak mampu seperti sekarang
Keberanianmu menerjang penjajah
Dalam darahmu mengalir semangat juang
Keberanian menjadi kekuatan untuk menerobos Gerbang penjajah
Genangan darah sebagai bukti kesetiaanmu
Tulang-tulang yang remuk terhampar bak mutiara
Sebagai tanda kesucianmu
Karena jasa dalam darahmu Indonesia mampu merdeka
Kucuran deras keringat membasahi seluruh tubuh
Kadang, jiwa ini terpuruk dalam kesedihan
Mengenang semua penderitaan dan perjuanganmu
Semua demi Indonesia, kau taruhkan nyawamu
Pahlawan kau genggam bambu runcing di tanganmu
Luka di tubuh, kau anggap hanya biasa
Di tengah teriknya sang matahari kau berperang demi negeri ini
Namun, di balik peperangan jasa dan semangatmu selalu ada
8. Kepergian Pahlawanku
Karya: Siti Isnatun M dalam buku Kumpulan Puisi Pahlawan
Senja yang pilu,
membuat hari kian membiru
Langit tampak Keruh,
Mengantar kepergianmu... pahlawanku
Gerimis jatuh membasahi pucuk sunyi,
melagukan nada-nada lara hati
Saat doa-doa ikut tertanam,
bersama bayangmu yang kian tenggelam
Kaulah, pahlawan hidupku
meninggalkan berjuta jejak
dalam rentang waktuku
mengukir berjuta cinta
dalam lembar hidupku
Kepergianmu ini,
membuatku bagai kota mati
Namun, aku mengerti
bahwa engkau, Ibu
takkan pernah layu dalam kalbuku
dalam setiap kenangan, ku lantunkan doaku
tenang dan bahagiamu
kembali kepada-Nya
9. Sumpah Para Bocah
Karya: Dedy Yanwar Elfani berjudul Sumpah Para Bocah
Bukanlah kata-kata hampa yang terlontar
Bukan pula kalimat kosong tanpa nalar
Mereka telah mengikatkan jiwa-jiwa dengan penuh sadar
Satukan perbedaan dalam keteguhan ikrar
Mereka tahu, sumpah bukanlah mainan
Sumpah adalah janji suci di haribaan Tuhan
Namun para pemimpin itu kamu lihatlah
Permainkan sumpah tak ubahnya seperti bocah
Para pemuda bersumpah dengan tiga janji
Dengan segenap darah juang mereka tepati
Kini ratusan janji diobral dalam pemilihan
Sekedar kepalsuan agar tahta mampir ke pangkuan
Bahkan para bocah yang bersumpah dengan kepolosan
Tak sampai hati terucap sumpah karena kepalsuan
Sedang para bocah yang menari-nari di gelanggang kuasa
Lebih rendah dari bocah sekolah, telah buta mata hatinya
10. Prajurit Jaga Malam
Karya: Chairil Anwar
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
bermata tajam,
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya kepastian
ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu....
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu!
11. Pemuda Tempat Bersandar
Karya: Arora Yumna
Kilau mentari remaja menggetar semesta
Alun rayuan pesisir tenggara bernada
Negeri kaya ini repas tiada kuasa
Para pemuka jadikan rakyat tak bermua
Di sini, di atas tanah rempah ini
Kulihat air mata orang buta
Kudengar suara hati orang tuli
dan kurasakan harapan wanita tanpa tangan
Kita putra ibu pertiwi
Lahir dan tumbuh dalam buainya
Hidup menikmati hasil buminya
Tapi budi balasan tak pernah ada
Hanya perdebatan keruh antara salah atau benar
Sebagai hiasan dari hari-hari anak negeri
Tanpa sadar merekalah tempat bersandar
Di atas kertas ini aku berpuisi
Sebagai putra asuhan sang ibu pertiwi
Kita tak terlalu muda untuk membangun bangsa
Maka berdirilah dimuka jadikan negeri kita perkasa
12. Hai Pemuda, Tidak Boleh Titik
Karya: Gangsar Lintas Damai
Hai kau!
Iya kau pemuda!
Mengapa kau terhempas dalam singularitas
Berhenti berjuang bungkam teredam
Terpaku nyaman mati diikat gravitasi
Tak malukah kau meneropong sejarah?
Kala ladang perjuangan adalah hidup dan mati
Darah bertumpah menyuburkan derita
Deretan kejadian tersusun dalam dan mengakar
Menguatkan batang-batang persatuan
Menahan angin yang menghempas tangkai harapan
Hingga terbenamlah badai penjajahan dan terbitlah bunga kemerdekaan
Mungkin perang telah usai, tapi perjuangan tak selesai
Biarkan senjata menjadi pena
Biarkan bising aminisi menjadi riuh orasi
Biarkan dentuman menjadi kemarahan
Pemuda tak boleh lelah melanjutkan deretan huruf sejarah
Penuhi lembar dengan perjuangan dan cinta
Goreskan kisah menghias prestasi bangsa
Tetaplah bertahan hingga tak mampu lagi menyerah
Pemuda boleh menulis koma
Pemuda boleh menulis tanda tanya
Dan pemuda boleh menulis tanda seru
Tetapi...
Tangan pemuda tak pernah boleh menulis tanda titik
Di bawah ini semua berasal dari dkk.
13. Barisan Masa Depan
Karya: Acep Suhendar dalam buku Antologi Puisi: Kemerdekaan karya Alfin Nirhayatul Islamiyah
Kami sudah siap bergerak
Kami sudah tak sabar untuk menatap langit
Gerakan kami serentak
Untuk segera menemukan berlian yang terkubur
Nyali kami tak bisa diukur oleh apa pun
Ketika bel mulai berbunyi
Kami akan berlari sekencang-kencangnya
Menyongsong masa baru yang akan datang
Beritakan hal ini pada Bung Karno
Berikan juga hal ini pada Bung Hatta
Bahwa mereka tak pernah sia-sia menciptakan negeri ini
Bahwa mereka telah berhasil memerdekakan bangsa ini
Kami barisan masa depan bergerak tanpa batas
Lampaui batas kemampuan dan bakat kami
Kami nyawa negeri ini
Kami pondasi bangsa ini
Dan kamilah yang akan memandu ibu bapa
Menuju podium kemenangan sesungguhnya
Bekasi, 21 Agustus 2021
Jember, 14 Agustus 2021
14. Perjuangan Mereka
Karya: Muhammad Rizki Saputra dalam buku Antologi Puisi: Kemerdekaan karya Alfin Nirhayatul Islamiyah
Derap kaki melangkah maju
Ombak menerjang mengikis karang laut
Surya hilang dibelenggu gemuruh kelabu
Mereka hanyalah sekumpulan raga berbalut kulit
Berpacu arus melawan senapan api
Jiwa semangat mengangkat bambu runcing
Meski dalam kemelut
Siap siaga menghunus jiwa para tirani
Meski darah tumpah di tanah dengan deras
Asalkan menyuburkan kebebasan yang telah lama terampas
Memutus akar-akar yang mengikut menjarah
Meracun benalu para penjajah
Meski raga mereka menyatu dengan bumi pertiwi
Jasa mereka selamanya akan dikenang bangsa ini
Yang berjuang tanpa pamrih
Demi kemerdekaan ibu pertiwi
15. Mencari Makna Baru Perlawanan
Karya: Suci Kurnia Putri dalam buku Antologi Puisi: Kemerdekaan karya Alfin Nirhayatul Islamiyah
Pahlawan masa kini bukan lagi ihwal penjajahan ataupun palagan pertempuran
Namun perusuh tak kasat mata; semacam tuntutan kesehatan, dan kelaziman konsumtif
Rasa bimbang untuk memulai dari memetik risiko bakal mengebiri antusiasmu
Maka andaikan ada ambisi untuk berburu situasi baru,
Maka rangkailah keperkasaan tatkala yakin
Amanat independensi bagi Indonesia ialah langgas dari palagan
Namun apa amanat independensi bagi kita?
Mari meratapi, bagaimana pandangan nan bahari di matamu?
Adapun itu, konsistensilah berjuang guna memperoleh segala haluan hidup
Belenggu nan jejal berjelampah dalam kehidupan
Membuat insan lelap dan masygul untuk mencabar perubahan
Dan rapal selalu ucapkan: Ayo lawan! Atau tertindas.
Tapi kenyataannya?
Selaksa doa penjuru Indonesia berkumandang dalam tiap embusan napas
Kemerdekaan menjadi kata harapan tanpa adanya kenyataan
Perlawanan bukan lagi ihwal perseturuan untuk didiskusikan
Tapi, mencari hal baru guna mempertahankan apa yang sudah ada
Dengan dobrakan baru yang berikan perubahan untuk bangsa
Itulah 15 Puisi bertema pahlawan untuk merayakan Sumpah Pemuda. Mari kita jadikan puisi-puisi ini sebagai pengingat akan pentingnya persatuan dan semangat juang yang diwariskan oleh para pahlawan. Semangat Sumpah Pemuda harus terus hidup di hati kita, mendorong generasi muda untuk berkontribusi positif bagi bangsa dan negara.
Melalui puisi, kita tidak hanya menghargai sejarah, tetapi juga menginspirasi langkah-langkah baru dalam mengisi kemerdekaan. Selamat merayakan Sumpah Pemuda, semoga semangat para pahlawan selalu mengalir dalam jiwa kita!
(dpe/irb)