Indonesia memang kaya akan cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun dari berbagai daerah. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai budaya dan menjadi ciri khas dari masing-masing daerah. Cerita rakyat sarat makna dan pesan moral yang terkandung di dalamnya membuatnya dapat menjadi pelajaran berharga bagi para pembacanya.
Salah satu yang menarik perhatian adalah kisah Topeng Kembar dari Jawa Timur. Cerita ini bukan hanya menjadi bagian dari warisan budaya setempat, namun juga memberikan pelajaran tentang cinta, kejujuran, dan penerimaan diri.
Kisah Topeng Kembar berlatar di sebuah kerajaan bernama Bintolo. Dikisahkan, sang raja memiliki seorang putri cantik jelita, yang sering kali mendapat lamaran dari pria tampan dan kaya. Namun, putri ini selalu menolak lamaran mereka dengan sopan, menyatakan bahwa ia belum ingin menikah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain, di sebuah desa kecil, terdapat seorang pemuda pembuat topeng yang hidup bersama ibunya setelah ayahnya meninggal. Meskipun tidak tampan, pemuda tersebut menyimpan cinta mendalam terhadap sang putri.
Namun, karena merasa dirinya tidak pantas, ia tidak berani melamar sang putri karena merasa minder dengan penampilannya, terutama setelah melihat bahwa banyak pria tampan dan kaya yang juga ditolak. Semakin hari, keadaan pemuda tersebut semakin memburuk.
Siang malam ia hanya memikirkan sang putri hingga akhirnya jatuh sakit. Sang ibu yang khawatir kemudian bertanya tentang apa yang membuat anaknya begitu murung. Pemuda itu pun mengungkapkan jika ia telah jatuh cinta terhadap sang putri, namun ia tidak percaya diri untuk melamar karena penampilannya yang buruk.
Sang ibu pun memberikan ide kepada anak laki-lakinya itu, ia menyuruh anaknya membuat topeng yang tampan dan memakainya ketika melamar sang putri. Pemuda itu akhirnya membuat topeng terbaik yang pernah ia buat. Ketika topeng itu selesai, ia mengenakannya dan pergi ke istana dengan percaya diri.
Di depan raja, sang pemuda mengajukan lamaran kepada tuan putri. Raja kemudian memberitahukan hal ini kepada putrinya. Saat bertemu, sang putri langsung jatuh cinta pada pemuda tersebut dan menerima lamarannya karena terpesona ketampanan topeng yang dikenakan.
Namun, kebahagiaan pemuda itu tidak bertahan lama. Ia sadar bahwa yang dicintai sang putri hanyalah topeng yang ia kenakan, bukan dirinya yang sebenarnya. Setelah berpikir panjang, ia memutuskan mengungkapkan kebenaran. Dengan keberanian, ia menceritakan kepada putri dan raja bahwa wajah tampannya hanya topeng buatan.
Yang mengejutkan, sang putri tidak marah atau kecewa. Sebaliknya, ia menerima pemuda tersebut apa adanya. Sang putri berkata bahwa meskipun awalnya ia terpikat ketampanan pemuda itu, ia telah jatuh cinta pada pria di balik topeng tersebut. Ia bahkan meminta agar topeng yang sama dikenakan saat pernikahan mereka.
Ketika hari pernikahan tiba, semua tamu terkejut melihat pengantin pria dan wanita mengenakan topeng yang sama. Kejadian ini pun akhirnya menginspirasi masyarakat setempat untuk menciptakan tarian yang disebut Joget Topeng Kembar, yang hingga kini masih dilakukan masyarakat di Lumajang, Jawa Timur.
Pesan moral yang terkandung dalam cerita ini sangat dalam. Cinta sejati seharusnya tidak hanya didasarkan pada penampilan fisik atau kepalsuan, melainkan pada kejujuran dan karakter yang sesungguhnya.
Meskipun sang putri awalnya tertarik pada penampilan luar, cintanya semakin kuat setelah kebenaran terungkap. Kisah ini juga mengajarkan pentingnya menerima diri sendiri dan orang lain apa adanya, tanpa harus berpura-pura atau menyembunyikan jati diri.
Cerita Topeng Kembar adalah salah satu dari sekian banyak cerita rakyat Indonesia yang kaya akan nilai-nilai moral, dan hingga kini tetap relevan dengan kehidupan modern. Di balik cerita ini, tersembunyi pesan universal tentang cinta, kejujuran, dan penerimaan yang dapat dijadikan inspirasi bagi kita semua.
Artikel ini ditulis oleh Angely Rama, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(ihc/irb)