Cerita Ande Ande Lumut Singkat dan Pesan Moralnya

Cerita Ande Ande Lumut Singkat dan Pesan Moralnya

Kholida Qothrunnada - detikJatim
Sabtu, 16 Mar 2024 12:00 WIB
Mendongeng
Foto: iStock
-

Ande Ande Lumut adalah cerita rakyat dari Jawa Timur. Kisah ini menceritakan tentang Ande Ande Lumut yang bernama asli Raden Panji dan Klenting Kuning atau Sekartaji.

Ceritanya banyak menggambarkan kehidupan di lingkungan sosial. Simak cerita Ande Ande Lumut singkat dan nilai moral yang ada di dalamnya.

Cerita Ande Ande Lumut

Dirangkum detikJatim dari jurnal bertajuk Menghayati Nilai Budaya Folklor Ande-Ande Lumut melalui Metode Sosiodrama dalam Pembelajaran Teks Naratif di Sekolah Menengah Atas oleh Taufik Nugroho, berikut adalah cerita singkat Ande Ande Lumut:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada zaman dahulu, berdirilah dua buah kerajaan kembar yaitu Kerajaan Jenggala dan Kerajaan Kediri di sebuah tempat Jawa Timur, Indonesia. Kerajaan Jenggala dipimpin oleh Raja Jayengnegara, sedangkan Kerajaan Kediri dipimpin oleh Raja Jayengrana.

Menurut cerita, dulunya kedua kerajaan itu ada dalam satu wilayah yang disebut Kahuripan. Berdasarkan pesan Airlangga sebelum meninggal, kedua kerajaan itu harus disatukan kembali lewat suatu ikatan pernikahan. Tujuannya, untuk menghindari adanya peperangan di antara mereka.

ADVERTISEMENT

Akhirnya, Putra Jayengnegara bernama Panji Asmarabangun dinikahkan dengan Putri Jayengrana, yakni Sekartaji. Tapi, suatu ketika, Kerajaan Jenggala tiba-tiba diserang oleh kerajaan musuh. Saat pertempuran berlangsung, untuk menyelamatkan jiwanya Putri Dewi Sekartaji harus melarikan diri dan bersembunyi ke sebuah desa yang jauh dari rumahnya.

Sekartaji menyamar sebagai gadis kampung. Sampai akhirnya, ia harus mengabdi kepada Nyai Intan, seorang janda yang kaya raya.

Nyai Intan memiliki tiga orang putri yang cantik dan genit, yakni Klenting Abang (sulung), Kleting Ijo, dan Klenting Biru (bungsu). Dewi Sekartaji diangkat Nyai Intan menjadi anaknya, lalu diberi nama Klenting Kuning.

Di rumah Nyai Intan, Klenting Kuning selalu disuruh untuk mengerjakan semua pekerjaan. Ia juga sering dibentak oleh Nyai Intan dan diperlakukan kasar oleh ketiga kakak angkatnya. Namun, Klenting Kuning tetap bersikap baik dan sabar.

Sementara itu, di Kerajaan Jenggala, Panji Asmarabangun dengan pasukannya berhasil membuat pasukan musuh mundur. Tapi, dirinya sedih karena tidak mengetahui keberadaan istrinya yang telah pergi meninggalkan istana Jenggala.

Setelah keadaan di Kerajaan Jenggala kembali aman, sang Pangeran pergi untuk mencari istrinya. Sebelum itu, ia telah memerintahkan beberapa pengawalnya untuk mencari jejak istrinya.

Suatu sore, saat ia sedang duduk di pendopo istana, ada seorang pengawalnya menyampaikan laporan kepadanya.

"Ampun, Baginda! Hamba menyampaikan berita gembira untuk Baginda," kata pengawal itu.

"Apakah kau telah mengetahui keberadaan istriku?" jawab Panji Asmarabangun, sembari tidak sabar.

"Ampun, Baginda! Hamba hanya menemukan gadis yang mirip dengan istri Baginda di sebuah dusun. Tapi, belum yakin apakah dia itu istri Baginda, karena ia hanya seorang gadis kampung dan pembantu pada seorang janda kaya," terang pengawal itu.

Mendengar laporan itu, Panji Asmarabangun pun memutuskan untuk menyamar sebagai seorang pangeran tampan yang sedang mencari jodoh.

Besoknya, ia berangkat bersama beberapa pengawalnya ke Desa Dadapan yang berada di sekitar Sungai Bengawan Solo, Lamongan. Di mana, desa itu berseberangan dengan desa tinggalnya Klenting Kuning.

Di desa itu, Panji Asmarabangun menyamar dirinya dengan nama Ande Ande Lumut. Ia tinggal di rumah seorang janda tua bernama Mbok Randa. Beberapa hari kemudian, sang pangeran memerintahkan pengawalnya untuk memberi pengumuman sayembara mencari jodoh ke seluruh pelosok desa.

Dalam waktu singkat, berita itu tersebar hingga ke desa seberangnya yang jadi tempat tinggal Klenting Kuning. Klenting Abang, Ijo, dan Biru pun girang mendengar kabar itu.

Akhirnya, mereka berdandan secantik-cantiknya supaya bisa menaklukkan hati sang pangeran tampan, Ande Ande Lumut.
"Hai, Klenting Kuning! Apakah kamu mau mengikuti sayembara juga?" tanya Kleting Abang.

"Ah, tidak mungkin! Baju pun kamu tak punya." kata Klenting Ijo dengan mencela.

"Benar, kamu tidak pantas ikut sayembara! Lebih baik kamu di rumah mengurus pekerjaanmu. Pergilah ke sungai untuk mencuci semua pakaian kotor itu!" kata Kleting Biru sembari menunjuk ke pakaian ganti mereka kotor.

Klenting Kuning menuju sungai untuk mencuci batu kotor itu. Sebenarnya, ia tidak tertarik dengan sayembara itu, karena masih teringat kepada Panji Asmarabangun. Ia akan selalu setia kepadanya, walaupun belum mendengar kabar tentang keadaannya sejak peperangan.

Ketika ia sedang mencuci, tiba-tiba ada seekor burung bangau menghampirinya. Anehnya, burung bangau itu berbicara dengan kedua kakinya mencengkram sebuah cambuk.

"Wahai, Tuan Putri! Pergilah ke Desa Dedapan dan ikuti sayembara itu! Di sana Tuan Putri akan bertemu dengan suamimu. Bawalah cambuk ini! Apabila, sewaktu-waktu Tuan Putri membutuhkan pertolongan, engkau boleh menggunakannya," kata sang burung bangau seraya meletakkan cambuk itu di dekat Klenting Kuning.

Sementara itu, ketiga saudara dan ibu angkatnya telah berangkat terlebih dahulu. Mereka telah sampai di tepi Sungai Bengawan Solo. Namun, di situ mereka kebingungan karena tak melihat satu pun perahu yang tampak di tepi sungai yang luas dan dalam itu.

Suatu ketika, muncullah seekor kepiting raksasa yang sedang terapung di atas permukaan air sungai bernama Yuyu Kangkang. Sebenarnya, Yuyu Kangkang merupakan utusan Ande-Ande Lumut untuk menguji para peserta sayembara yang melewati sungai tersebut.

"Ha... ha... ha...!! Aku akan membantu kalian, tapi kalian harus memenuhi satu syarat," kata Yuyu Kangkang.

"Apa syaratmu itu, hai Kepiting Raksasa? Katakanlah!" sahut Klenting Ijo.

"Apapun syaratmu, kami akan memenuhinya asalkan kami bisa menyeberangi sungai ini." tambahnya.

"Kalian harus menciumku, sebelum aku mengantar kalian ke seberang sungai," jawab Yuyu Kangkang.

Kleting Abang dan kedua adiknya pun menerima persyaratan itu. Setelah itu, Yuyu Kangkang mengantar mereka ke seberang sungai.

Selang beberapa saat, Klenting Kuning juga tiba di tepi sungai. Saat kepiting raksasa mengajukan persyaratan yang sama, Kleting Kuning menolaknya. Ia tidak ingin menghianati suaminya. Berkali-kali ia memohon, tapi Yuyu Kangkang tetap menolak, kecuali Klenting Kuning mau memenuhi syaratnya.

Saat habis kesabarannya, Klenting Kuning akhirnya memukulkan cambuknya ke sungai dan seketika air Sungai Bengawan Solo menjadi surut. Melihat hal itu, Yuyu Kangkang jadi ketakutan dan segera menyeberangkannya dan mengantar sampai di Desa Dadapan.

Sayembara pun dimulai, dan secara bergiliran wanita-wanita menunjukkan kecantikan dan kemolekannya di depan Ande Ande Lumut. Namun, tak seorang pun di antara mereka yang memikat hati Ande Ande Lumut.

"Pengawal! Tolong panggilkan gadis yang berbaju kuning itu kemari!" kata Ande Ande Lumut sambil menunjuk ke gadis yang duduk paling belakang.

Rupanya, gadis itu adalah Klenting Kuning. Saat ia menghadap kepadanya, Ande Ande Lumut pun bangkit dari singgasananya.

"Aku memilih gadis ini sebagai permaisuriku," kata sang pangeran.

Terkejut semua orang yang hadir, terutama Nyai Intan dan ketiga putrinya.

"Ampun, Pangeran! Mengapa Pangeran lebih memilih gadis yang tak terurus itu daripada putriku yang cantik ini?" tanya Nyai Intan.

Pangeran kembali tersenyum, lalu berkata: "Wahai, Nyai Intan! Ketahuilah, aku tidak memilih seorang dari putrimu, karena mereka 'bekas' si Yuyu Kangkang. Aku memilih gadis ini, karena dia lulus ujian, yaitu berani menolak untuk mencium si Yuyu Kangkang," terang Ande Ande Lumut.

Kleting Kuning masih kebingungan. Setelah itu, Ande Ande Lumut pun membongkar penyamarannya dan menunjukkan bahwa ia adalah Panji Asmarabangun. Dari situ, barulah Klenting Kuning sadar.

Panji Asmarabangun juga baru sadar ternyata Kleting Kuning memang istrinya, Dewi Sekartaji. Sepasang suami istri yang saling mencintai itu pun bertemu kembali, kemudian bisa hidup bahagia.

Sebagai ucapan terima kasih ke Mbok Randa, pangeran membawanya untuk tinggal di istana Jenggala. Sementara, Nyai Intan dan ketiga putrinya itu kembali ke desanya dengan perasaan malu dan kecewa.

Pesan Moral Cerita Ande Ande Lumut

Encil Puspitoningrum dalam jurnalnya bertajuk Analisis Nilai Moral Naskah Drama Ande-Ande Lumut Melalui Pendekatan Pragmatik (2020), menuliskan bahwa nilai-nilai moral yang tergambar dalam cerita Ande-Ande Lumut tersuguhkan lewat sebuah peran, tingkah laku, dan interaksi antara para tokohnya.

Berikut adalah beberapa di antara pesan moral yang bisa dipetik dari kisah ini:

1. Selalu Berbuat Baik dan Sabar

Salah satu pesan moral yang dapat diambil dari cerita Ande Ande Lumut, yaitu kita harus bisa memiliki sifat sabar karena kesabaran akan membuahkan kebaikan di kemudian hari.

Kita juga berbuat baik kepada siapa pun. Hal ini bisa tergambar lewat peran tokoh utama yaitu Klenting Kuning. Dalam cerita, Klenting Kuning tetap bersabar walaupun diperlakukan buruk oleh Nyai Intan dan kedua anaknya yakni Klenting Biru dan Klenting Hijau.

2. Selalu Menjaga Kehormatan Diri

Dalam cerita, saat ingin menyebrang sungai Klenting Kuning harus memenuhi syarat untuk dicium Yuyu Kangkang. Namun, dirinya menolak karena ingin menjaga kehormatannya sebagai wanita.

3. Janganlah Sombong

Nilai moral dari cerita Ande Ande Lumut selanjutnya yaitu janganlah sombong dan tamak. Karena sifat ini juga pada akhirnya bisa merugikan diri sendiri.

Hal ini tergambar dari Klenting Biru dan Klenting Hijau, yang sangat sombong. Mereka menganggap dirinya lebih baik dan cantik dari Klenting Kuning. Namun, pada akhirnya keduanya tidak dipilih Ande Ande Lumut untuk dijadikan istri, karena telah merusak kehormatannya dicium oleh Yuyu Kangkang.

Itu tadi kisah Ande Ande Lumut asal Jawa Timur, yang jadi salah satu cerita rakyat populer di Indonesia lengkap dengan pesan moralnya.




(khq/inf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads