Candi Dadi, Cagar Budaya Unik-Misterius di Puncak Bukit Wajak Tulungagung

Urban Legend

Candi Dadi, Cagar Budaya Unik-Misterius di Puncak Bukit Wajak Tulungagung

Adhar Muttaqin - detikJatim
Kamis, 18 Jul 2024 14:03 WIB
Candi Dadi Tulungagung
Candi Dadi yang ada di puncak bukit Wajakkidul Tulungagung (Foto: istimewa)
Tulungagung -

Di Boyolangu, Tulungagung terdapat sejumlah benda cagar budaya berupa candi maupun arca. Salah satunya adalah Candi Dadi yang berada di atas perbukitan.

Candi Dadi berada di puncak perbukitan Wajakkidul, Dukuh Mojo, Desa Wajakkidul, Kecamatan Boyolangu Tulungagung, dengan posisi ketinggalan 389 meter di atas permukaan laut (Mdpl).

Juru kunci Candi Dadi, Andi Pamuji mengatakan candi tersebut berbentuk bujur sangkar berdimensi 14X14 meter dengan tinggi 6,5 meter. Konstruksi candi berbahan batuan andesit. Uniknya pada bagian tengah terdapat lubang atau sumuran berdiameter 3,35 meter.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Candi ini unik dan satu-satunya di Indonesia. Posisinya di atas gunung (bukit) dan di tengahnya ada sumur," kata Andi Pamuji, Kamis (11/7/2024).

Untuk menjangkau lokasi candi pengunjung harus melakukan pendakian sekitar satu jam, dengan melalui jalur di kawasan perbukitan.

ADVERTISEMENT

"Tidak bisa diakses dengan kendaraan, harus jalan kaki," imbuhnya.

Menurut Andi, hingga saat ini sejarah pasti terbentuknya Candi Dadi masih misterius. Karena tidak ada bukti prasasti maupun petunjuk yang jelas untuk menunjukkan masa pembangunan dan pemanfaatan candi itu.

"Kalau zamannya secara kajian arkeologi adalah masa Hayam Wuruk karena kekayaannya Majapahit salah satunya kala Hayam Wuruk. Di masa itu sekitar Boyolangu terdapat Candi Gayatri dan Candi Sanggrahan yang dibuat pada masa yang sama," jelasnya.

Akan tetapi di sisi selatan Boyolangu juga terdapat cagar budaya berupa Gua Pasir, Gua Selomangleng dan Gua Tritis. Gua tersebut diduga merupakan peninggalan masa karesian antara abad 6-7 atau pada era Mataram Kuno.

"Di Gua Selomangleng itu rentetannya di masa Erlangga karena reliefnya Arjuna Wiwaha. Tetapi reliefnya itu ada ciri khas Majapahit ada cakranya. Bisa jadi Selomangleng itu lintas masa pemanfaatannya atau dilestarikan dari masa ke masa," imbuhnya.

Dengan berbagai bukti cagar budaya yang ada di sekitar Boyolangu, Candi Dadi diperkirakan berdiri pada abad ke 14-15 M saat kekuasaan pemerintahan Raja Hayam Wuruk, di masa suram bagi kehidupan agama Hindu-Budha.

Kala itu penyebaran agama Islam mulai terjadi, sehingga sejumlah penganut Hindu-Budha memilih menjauhkan diri dari pertikaian pada masa suram Majapahit. Upaya itu juga dilakukan agar mereka dapat menjalankan agamanya dengan tenang.

"Posisi Candi Dadi berada di atas puncak bukit, ini juga sesuai dengan keyakinan masyarakat penganut budaya Hindu yang memanfaatkan puncak-puncak gunung untuk meletakkan bangunan sucinya," kata Andi.

Selain menjadi tempat pemujaan Candi Dadi juga berfungsi sebagai tempat pengabuan atau pembakaran jenazah tokoh penguasa.

Andi Pamuji menambahkan tahun ini Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Jawa Timur mengusulkan Candi Dadi menjadi benda cagar budaya peringatan nasional.

"Kemungkinan tahun 2025 Candi Dadi akan jadi cagar budaya nasional," tandasnya.




(irb/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads