Urban Legend

Legenda Sendang Tawun Ngawi, Pengorbanan Hidup Raden Lodrojoyo untuk Petani

Ardian Dwi Kurnia - detikJatim
Kamis, 11 Jul 2024 14:11 WIB
Sendang Tawun di Ngawi (Foto: Ardian Dwi Kurnia)
Ngawi -

Sendang Tawun merupakan salah satu destinasi wisata populer yang ada di Ngawi. Sendang ini berada di Jalan Raya Ngawi, Desa Tawun, Kecamatan Kasreman.

Ada sebuah kisah legenda tentang terbentuknya Sendang Tawun. Konon pada abad ke-15, ada seorang pengembara bersama rombongannya yang datang ke daerah Padas dan menemukan sebuah sendang.

Dalam Buku Antologi Cerita Rakyat Jawa Timur (2011) karangan Suprapti yang diterbitkan Balai Bahasa Surabaya menyebut pengembara itu bernama Ki Ageng Tawun. Sehingga, masyarakat setempat kemudian menyebut sumber air itu dengan nama Sendang Tawun.

Setelah menemukan sumber air tersebut, Ki Ageng Tawun beserta istri dan rombongan memutuskan untuk tinggal di sana. Sebab, sendang itu selalu mengalirkan air yang jernih dan dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

Setelah sekian lama bermukim di sekitar sendang, Ki Ageng Tawun dan istrinya kemudian dikaruniai dua orang anak laki-laki. Mereka diberi nama Raden Lodrojoyo dan Raden Hascaryo. Mereka sangat bahagia dengan kehadiran buah hati yang gagah dan tampan ini.

"Meskipun memiliki kemiripan fisik, kedua anak Ki Ageng Tawun itu mempunyai kegemaran dan sifat yang berbeda. Raden Lodrojoyo suka bertani dan bercocok tanam, sedangkan Raden Hascaryo suka belajar olah keprajuritan, olah perang, dan mendalami ilmu ketatanegaraan," kata Suprapti.

Kegemaran dan bakat mereka mendapat perhatian, salah satunya dari seorang anggota kelompok yang turut mengembara bersama Ki Ageng Tawun bernama Raden Sinorowito. Raden Sinorowito yang juga merupakan putra Sultan Pajang lebih tertarik dengan Raden Hascaryo.

"Dari kedua putra Ki Ageng Tawun, Raden Hascaryo yang paling dia (Raden Sinorowito) perhatikan karena bakat dan kegemarannya sesuai dengan keahlian dan kemampuannya. Akhirnya, Raden Sinorowito memutuskan untuk mengangkat Raden Hascaryo sebagai muridnya," tutur Suprapti.

Sejak saat itu, Raden Sinorowito menggembleng putra Ki Ageng Tawun. Ia mengajarkan tentang keprajuritan, ilmu perang, dan ketatanegaraan selama bertahun-tahun lamanya kepada Raden Hascaryo.

Setelah dirasa cakap, Raden Sinorowito kemudian mengajak Raden Hascaryo mengabdi untuk Kesultanan Pajang. Ki Ageng Tawun merestui kepergian putranya sebagai seorang prajurit dan membekalinya dengan sebuah cinde pusaka.

"Konon, pada waktu terjadi pertempuran antara Kesultanan Pajang dan Kerajaan Blambangan, Raden Hascaryo dipercaya oleh Sultan Pajang sebagai seorang senopati perang," jelas Suprapti.

"(Kepercayaan itu diberikan karena) Sultan Pajang melihat kemampuan Raden Hascaryo untuk memimpin pasukan perang dan percaya akan mampu melakukan tugasnya dengan baik. Terbukti akhirnya Pajang menuai kemenangan melawan Kerajaan Blambangan di bawah kepemimpinannya," sambungnya.

Lain cerita dengan Raden Lodrojoyo. Ketika saudaranya sudah menjadi prajurit Kesultanan Pajang, ia lebih memilih tinggal dengan Ki Ageng Tawun. Karena gemar bertani dan bercocok tanam, Raden Lodrojoyo sering berkeliling melihat kehidupan petani di daerahnya.



Simak Video "Video: Konvoi Remaja Bermotor Tembakkan Petasan ke Warga di Ngawi"

(irb/iwd)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork