Momen Sakral Larung Sesaji Telaga Ngebel Ponorogo di Awal Bulan Suro

Momen Sakral Larung Sesaji Telaga Ngebel Ponorogo di Awal Bulan Suro

Charolin Pebrianti - detikJatim
Minggu, 07 Jul 2024 16:12 WIB
Momen larung sesaji di Telaga Ngebel
Momen larung sesaji di Telaga Ngebel (Foto: Charolin Pebrianti/detikJatim)
Ponorogo -

Kawasan wisata Telaga Ngebel dipadati pengunjung yang ingin menyaksikan momen larung sesaji di Telaga Ngebel. Larung sesaji ini sebagai simbol tahun baru Islam atau Suro dalam bahasa Jawa.

Ada beberapa buceng raksasa yang sengaja diarak mengelilingi telaga sebelum dilarung. Selama prosesi pun, masyarakat tampak antusias menyaksikan prosesi.

Malam sebelumnya, juga ada arak-arakan obor dan larung kepala kambing. Ini sebagai simbol wujud syukur kepada Tuhan yang Maha Esa dengan berbagi sesembahan ke lingkungan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Upacara larung sesaji ini rutin digelar tiap tahun oleh Pemkab Ponorogo. Mereka memang ingin nguri-nguri (menjaga) adat budaya masyarakat setempat. Sekaligus sebagai daya tarik bagi wisatawan.

Pantauan detikJatim, arak-arakan tumpeng raksasa yang dibawa oleh paraga berangkat dari kantor Kecamatan Ngebel dan dibawa berkeliling mengitari Telaga Ngebel.

ADVERTISEMENT

Sebelum prosesi dimulai biasanya ada penampilan Reog dan juga tarian tradisional. Setelah itu dilanjutkan dengan sambutan dari para sesepuh juga Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko.

Momen larung sesaji di Telaga NgebelMomen larung sesaji di Telaga Ngebel Foto: Charolin Pebrianti/detikJatim

Kemudian ada juga buceng porak yang diperebutkan oleh masyarakat yang mencari apuah atau berkah. Sementara, tumpeng raksasa berisi hasil bumi dilarung atau ditenggelamkan di tengah Telaga Ngebel.

Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko mengatakan larung ini memang dimaksudkan untuk menguri-nguri (menjaga) budaya dan tradisi yang ada di wilayah wisata Telaga Ngebel.

"Tumpeng ditenggelamkan di telaga, jangan dipahami mistik, jangan dipahami supranatural. Mari kita pahami bersama, bersedekah itu tidak hanya kepada manusia tapi ke binatang ikan," tutur Giri kepada wartawan, Minggu (7/7/2024).

Giri menerangkan ini sebagai salah satu bentuk syukur kepada Allah SWT atas karunia pemberian Telaga Ngebel yang indah mempesona. Kekayaannya melimpah ruah, ada budaya elok mempesona, ada penduduknya ramah, tamah, etos kerja bagus. Bertani dengan takdim dengan patuh.

"Ada durian, alpukat, kopi, ikan di telaga, ini butuh disiarkan supaya masyarakat luas tahu. Sekaligus membangkitkan perekonomian," imbuh Giri.

Momen tahun baru Islam ini, lanjut Giri, sebagai kaca benggala untuk instropeksi diri. Memperbaiki kesalahan di masa lalu dan menatap masa depan untuk Ponorogo hebat.

"Harapan saya ke depan, seluruh SMA, SMK di Ponorogo ikut kirab tumpeng di Ngebel. Kenapa? Supaya mengajarkan generasi muda tentang budaya larungan," pungkas Giri.




(abq/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads