Tradisi-tradisi Malam Satu Suro di Jawa Timur

Tradisi-tradisi Malam Satu Suro di Jawa Timur

Auliyau Rohman - detikJatim
Sabtu, 22 Jun 2024 20:30 WIB
tradisi Larung Saji, ritual yang dihelat saat Suro ini budaya adiluhung Jawa
Salah satu tradisi suro (Foto file: Erliana Riady/detikJatim)
Surabaya -

Malam satu Suro salah satu perayaan penting dalam budaya Jawa. Ada banyak tradisi yang dilakukan saat momen tersebut. Malam Satu Suro menandai bergantinya tahun, sehingga pada lembaran baru diharapkan menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Di Jawa Timur, tradisi malam satu Suro disambut dengan berbagai macam ritual dan upacara yang memiliki nilai historis, kultural, dan spiritual yang tinggi.

Kapan Malam Satu Suro 2024?

Mengutip detikNews, malam satu Suro merupakan malam di awal bulan pertama dalam kalender Jawa. Di mana satu Suro bertepatan dengan satu Muharram dalam kalender hijriah atau kalender Islam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tanggal satu Suro tahun 2024 jatuh pada tanggal 8 Juli 2024. Penentuan ini berdasarkan kalender Hijriah Indonesia Tahun 2024. Artinya, malam satu Suro adalah Minggu, 7 Juli malam.

Tradisi-tradisi malam satu Suro yang terkenal di Jawa Timur

1. Jamasan Keris di Gresik

Jamasan keris atau jamasan pusaka menjadi tradisi di banyak daerah saat malam satu Suro. Gresik menjadi salah satu wilayah yang melakukan tradisi tersebut.

ADVERTISEMENT

Warga Gresik menyebut ritual itu sebagai penjamasan. Dalam ritual ini, sesajen yang dihadirkan antara lain kemenyan, degan hijau, kembang melati, telur ayam kampung, dan pisang.

Sesajen diletakkan di dekat keris yang akan dijamas. Sebelum keris masuk prosesi penjamasan, juga disiapkan air dari tujuh sumur yang dicampur jeruk nipis lalu dioleskan beberapa kali ke keris.

"Tujuannya, kita menghargai yang membuat keris, menjaga keutuhan besi serta melestarikan budaya, supaya tidak hilang," kata Ediyanto, penjamas benda pusaka.

2. Tradisi Baritan di Lereng Gunung Raung

Malam satu Suro dirayakan oleh warga lereng Gunung Raung dengan menggelar tradisi Baritan. Warga meminta agar diselamatkan dari mara bahaya, khususnya letusan Gunung Raung.

Tradisi ini sebagai ritual tolak bala di bulan Suro. Warga Jawa memanjatkan doa kepada Allah dengan tujuan memohon ampunan dan perlindungan dari segala bentuk kejahatan dunia dan marabahaya.

Biasanya, warga menggelar Baritan di depan pelataran kampung. Mirip dengan acara selamatan biasanya, masyarakat membuat takir (piring dari daun pisang) yang diisi dengan makanan sehari-hari.

3. Ritual Warga Surabaya Mandikan Keris Pusaka

Malam satu Suro atau satu Muharam dimanfaatkan sejumlah orang untuk menjamas atau mencuci keris. Tujuannya, untuk membersihkan pusaka para leluhur mereka dari kotoran, serta melestarikan besi tetap terjaga.

Di Surabaya yang notabene sebagai kota metropolitan, hal ini masih ditemukan. Alasannya, tak lain untuk menjaga tradisi budaya secara turun-temurun.

Dalam prosesnya, ritual ini membutuhkan sejumlah sesajen. Mulai dari kopi, telur ayam kampung, pisang, kemenyan, kelapa, hingga kembang melati.

4. Ruwat Agung Nuswantoro di Mojokerto

Pemkab Mojokerto mempunyai koleksi 97 keris, tombak dan pedang pusaka yang berumur ratusan tahun. Puluhan pusaka tersebut disucikan (jamas) menggunakan air dari 7 petirtaan di Bumi Majapahit setiap malam satu Suro.

Jamas 97 pusaka menjadi bagian Ruwat Agung Nuswantoro yang menjadi agenda Pemkab Mojokerto setiap malam satu Suro. Keris, tombak dan pedang yang sudah dijamas dikirab. Senjata pusaka itu lantas diserahkan kepada Bupati dan para Forkopimda.

"Menjamas pusaka adalah ritual membersihkan pusaka yang memiliki makna agar kita dapat membersihkan diri dengan cara merawat warisan para leluhur. Salah satunya berupa pusaka yang banyak mengandung makna filosofi, falsafah kehidupan, kearifan, sumber inspirasi, dan motivasi kehidupan. Oleh karena itu, harus selalu dirawat dengan cara dicuci setiap pergantian tahun," kata Bupati Mojokerto, Ikfina.

5. Grebeg Suro Ponorogo

Grebeg Suro merupakan acara tahunan yang sudah menjadi tradisi di Ponorogo. Ada banyak kegiatan dan ritual sepanjang Grebek Suro.

Seperti pertunjukan reog, pagelaran pusaka, bedhol pusaka dan ziarah makam. Jamasan pusaka atau ritual membersihkan benda pusaka digelar pada malam satu Suro.

6. Ledug Suro Magetan

Ledug Suro merupakan tradisi di Magetan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT. Tradisi digelar dengan sederet kegiatan.

Dalam Ledug Suro biasanya ada lomba lesung bedhug. Juga ada roti bolu yang nantinya dijadikan rebutan warga.

Antusias warga terlihat saat berebut roti bolu. Roti bolu merupakan jajanan khas dari Magetan.

7. Grebeg Tumpeng Agung

Warga Banyuwangi juga punya tradisi dalam memperingati Tahun Baru Islam, yakni Grebeg Tumpeng Agung. Ada dua tumpeng dalam tradisi ini, yaitu tumpeng lanang dan tumpeng wadon.

Tujuan dari tradisi ini yaitu meminta keselamatan agar dijauhkan dari mara bahaya. Ada pula penampilan beberapa kesenian yang kemudian dilanjut dengan mengarak tumpeng keliling desa.

8. Ritual Malam Gunung Lawu

Ritual Malam 1 Suro di Gunung Lawu tak hanya diikuti warga sekitar Gunung Lawu. Tapi juga oleh para pendaki.

Biasanya warga mendaki gunung dengan melewati berbagai jalur yang ada. Warga mengikuti ritual dengan tujuan masing-masing.

9. Tirakatan

Tradisi tirakatan merupakan kegiatan merenung dan berdoa bersama selama malam satu Suro. Biasanya dilakukan di masjid, musala, atau tempat-tempat suci lainnya.

Tradisi ini bertujuan untuk membersihkan diri dari dosa dan kesalahan, serta memohon ampunan dan pertolongan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Tradisi-tradisi malam satu Suro di Jawa Timur mencerminkan kekayaan budaya dan kepercayaan masyarakat Jawa yang telah diwariskan turun-temurun. Tradisi-tradisi ini bukan hanya tentang ritual dan mitos, tetapi juga tentang nilai-nilai luhur dan filosofi Jawa yang perlu dijaga dan dilestarikan.

Mempelajari dan memahami tradisi-tradisi ini dapat membantu detikers untuk lebih mengenal budaya Jawa dan makna di balik perayaan malam satu Suro.




(auh/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads