Kota Mojokerto merupakan sebuah kota di Jatim yang letaknya sekitar 50 km barat daya dari Surabaya. Mojokerto menyimpan kekayaan sejarah dan budaya.
Kota yang memiliki julukan Kota Onde-onde ini memiliki asal-usul nama dan perjalanan sejarah yang menarik untuk ditelusuri. Mari kita selami lebih dalam kisah di balik kota yang terkenal dengan Candi Trowulan ini.
Sejarah Kota Mojokerto
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum bernama Kota Mojokerto, kota ini tergabung di dalam Kabupaten Mojokerto yang memiliki nama Japan. Nama itu muncul pada masa kerajaan Mataram. Nama Japan ini diyakini berasal dari kata Jabon yang berarti tempat tumbuhnya pohon Jabon.
Namun setelah Belanda menguasai daerah tersebut, Japan kemudian berubah menjadi Mojokerto. Nama Mojokerto dipilih dimaksudkan sebagai penyemangat kerja di berbagai bidang.
Nama Mojokerto konon berasal dari dua kata, yakni "mojo", yang merupakan nama pohon Maja yang banyak tumbuh di salah satu desa di sana, dan "kerto", yang berasal dari kata kerta raharja, yang artinya tenteram.
Pada tahun 1918, Kota Mojokerto resmi ditetapkan sebagai kotamadya. Keputusan itu dibuat berdasarkan keputusan Gubernur Jendral Hindia Belanda Nomor 324 Tahun 1918 tanggal 20 Juni 1918.
Pada masa penjajahan Belanda, Kota Mojokerto berkembang menjadi pusat perdagangan dan pemerintahan di wilayah Jawa Timur. Mulai dibangun berbagai infrastruktur di Kota Mojokerto.
Pemerintah saat itu juga mendirikan fasilitas umum yang difungsikan sebagai tempat hiburan, seperti bioskop, pasar malam, dan sebagainya.
Tidak hanya itu, pengawasan terhadap proses pembangunan perumahan juga tidak terlepas dari perhatian pemerintah. Pemukiman warga diatur oleh pemerintah.
Tujuannya agar rumah warga tertata dengan rapi. Sehingga, jarak antara satu rumah dengan rumah yang lain tidak terlalu dekat.
Namun, dibangunnya infrastruktur oleh pemerintah tidak membuat kota ini berkembang dengan baik. Sangat berbeda dengan kota-kota kolonial lain seperti Surabaya, Malang, Madiun yang maju dan berkembang menjadi sebuah kota yang besar. Kota Mojokerto tetap menjadi sebuah kota kecil.
Pembentukan Pemerintah Kota Mojokerto
Melansir mojokertokota.go.id, pembentukan Pemerintah Kota Mojokerto melalui suatu proses kesejahteraan yang diawali melalui keputusan Gubernur Jendral Hindia Belanda Nomor 324 Tahun 1918 tanggal 20 Juni 1918.
Pada zaman revolusi 1945 - 1950 Pemerintah Kota Mojokerto didalam pelaksanaan pemerintah menjadi bagian dari Pemerintah Kabupaten Mojokerto, yang diperintah oleh seorang Wakil Wali Kota disamping Komite Nasional Daerah.
Daerah otonomi kota kecil Mojokerto berdiri berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1950, tanggal 14 Agustus 1950 kemudian berubah status sebagai Kota Praja menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957.
Selanjutnya berubah menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Mojokerto berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974.
Terbaru, melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah, Kotamadya Daerah Tingkat II Mojokerto seperti daerah-daerah yang lain berubah Nomenklatur menjadi Pemerintah Kota Mojokerto.
Wali Kota Kota Mojokerto dari masa ke masa
Sejak Indonesia merdeka pada 1945, Mojokerto sudah dipimpin oleh 15 pemimpin berbeda. Berikut nama Wali Kota Mojokerto dari masa ke masa:
1. Dr Soekandar (1945-1947)
2. M. Pamoedji (1947-1949)
3. R. Soedarsono Poespowardojo (1950-1954)
4. M. Soetimbul Kromohadisoerjo (1954-1954)
5. M. Ng. Arsid Kromohadisoerjo (1954-1961)
6. R. Soedibjo (1961-1968)
7. Chabib Sjarbini SH (1968-1974)
8. R. Sochartono BA (1974-1979)
9. H.R. Moch. Samioedin (1979-1989)
10. Wadijono SH (1989-1994)
11. H. Tegoeh Soejono SH, BA (1994-2003)
12. H. Abdul Gani Suhartono MM (2003-2013)
13. Drs. KH. Mas'ud Yunus (2013-2018)
14. Ika Puspitasari (2018-2023)
15. Moh. Ali Kuncoro (Pj) (2023-sekarang)
(auh/iwd)