Soekarno secara umum dikenal sebagai proklamator kemerdekaan Indonesia. Jasa-jasanya yang begitu besar untuk negara ini membuat berbagai kalangan ingin mempelajari sosoknya lebih dalam lagi.
Salah satunya adalah Airlangga Pribadi Kusman. Melalui buku Merahnya Ajaran Bung Karno, Dosen FISIP Unair ini mencoba menguliti bagaimana metode berpikir Soekarno dari waktu ke waktu.
"Buku ini membahas tentang metode berpikir, pemikiran, dan gagasan dari Soekarno mulai pada fase Bung Karno muda sampai praksis politiknya yang berhubungan dengan gagasan-gagasan beliau pada saat menjadi presiden," kata pria yang akrab disapa Angga pada detikJatim.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Angga merasa belum banyak yang mengembangkan pemikiran Soekarno. Sehingga, gagasan presiden pertama RI ini kerap disalahpahami dan tak banyak diapresiasi.
![]() |
"Pandangan, gagasan, dan konsepsi Soekarno setelah mengalami proses desoekarnoisasi sejak era Soeharto, kemudian tidak dikembangkan. Bahkan banyak sekali disalahartikan, sehingga yang muncul hanya gebyar-gebyar Soekarno di permukaan," ujar Angga.
Angga meyakini, pandangan Soekarno masih relevan dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini. Sebab, Pancasila sebagai dasar negara ini merupakan buah karya Soekarno setelah melihat kondisi masyarakat.
"Lahirnya Pancasila itu dari pemahaman Soekarno tentang persoalan historis yang dihadapi oleh Indonesia dan tujuannya mau ke mana Indonesia merdeka itu," terang Angga.
"(Sehingga) pandangan Soekarno tak hanya relevan untuk zamannya. Tetapi juga memiliki kekuatan untuk memahami dan menjadi penuntun dalam melihat apa yang harus dilakukan dalam kondisi saat ini," imbuhnya.
Analisis tajam Angga tentang pemikiran Soekarno yang tertuang dalam Merahnya Ajaran Bung Karno, membuat komunitas Begandring Soerabaia tertarik untuk membedah buku tersebut.
Bedah buku ini langsung mengundang Angga sebagai pembicara. Acara ini diselenggarakan sebagai pembuka Pekan Soekarno 2024 yang digelar oleh Begandring Soerabaia pada 14 hingga 23 Juni 2024.
"Ini buku terakhir yang memotret tentang Bung Karno secara ideologis. Selama ini kita selalu membicarakan Soekarno dari kontroversi seperti perilakunya atau biografinya secara personal, tapi tak pernah menghadirkan isi otaknya seperti apa," kata Direktur Program Hubungan Antarlembaga Begandring Soerabaia, Kuncarsono Prasetyo.
"Bedah buku Merahnya Ajaran Bung Karno dipilih sebagai pembuka Pekan Soekarno 2024 karena buku ini menurut kami paling relevan karena studi akademis dari seorang doktor yang sejak S-1 dia mengkaji tentang Soekarno," tukasnya.
(hil/iwd)