Banyuwangi Kolo Semono Sajikan Sejarah, Budaya dan Tradisi Masa Lampau

Banyuwangi Kolo Semono Sajikan Sejarah, Budaya dan Tradisi Masa Lampau

Eka Rimawati - detikJatim
Minggu, 09 Jun 2024 16:30 WIB
Banyuwangi Kolo Semono dipadati anak-anak hingga orang tua dengan antusias.
Banyuwangi Kolo Semono dipadati anak-anak hingga orang tua dengan antusias. (Foto: Istimewa)
Banyuwangi -

Pemkab Banyuwangi menggelar Banyuwangi Kolo Semono. Acara ini menyuguhkan pameran sejarah, budaya, dan tradisi masa lampau di Banyuwangi. Acara ini digelar di halaman museum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) mulai 3 Juni sampai 7 Juni 2024.

Hingga hari terakhir ajang yang juga menyuguhkan beragam benda-benda bersejarah, kerajinan klasik, kuliner tradisional, serta tradisi masyarakat tempo dulu itu ramai dikunjungi warga. Setiap hari ratusan pengunjung lintas usia memadati acara itu. Mulai anak-anak, pelajar, hingga orang tua.

"Ajang ini merupakan bagian dari upaya untuk menyatukan masa lalu, masa kini, dan masa depan. Dengan berkumpulnya semua kalangan usia di tempat ini, semoga bisa menguatkan kolaborasi untuk membangun Banyuwangi," ujar Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani dikonfirmasi, Minggu (9/6/2024) malam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Secara harfiah 'Banyuwangi Kolo Semono' berarti Banyuwangi pada saat itu. Ajang ini mengajak para pengunjung untuk kembali ke masa lampau dengan beragam kuliner tradisional khas Bumi Blambangan seperti rujak soto, kue cucur, bagiak, dan kuliner tradisional lain yang lestari hingga saat ini.

Pengunjung juga bisa menyaksikan pameran hasil kerajinan klasik berbahan kayu dan bambu, barang-barang antik, hingga menjajal pijat tradisional.

ADVERTISEMENT

Tidak hanya itu, tersaji pula beragam atraksi seni budaya seperti tari jaranan, pertunjukan musik tradisi dan sinden, teater, serta berbagai lomba permainan tradisional yang seru juga tersaji setiap hari untuk menghibur masyarakat yang hadir.

Tak hanya itu, ajang ini juga memberikan kesempatan kepada pengunjung untuk napak tilas sejarah Banyuwangi dengan berkunjung ke Museum Blambangan yang ada di sekitar lokasi.

Banyuwangi Kolo Semono dipadati anak-anak hingga orang tua dengan antusias.Banyuwangi Kolo Semono dipadati anak-anak hingga orang tua dengan antusias. Foto: Istimewa)

"Dengan mengenal sejarah, kami berharap masyarakat Banyuwangi semakin mencintai daerahnya," ujar Ipuk.

Ipuk juga mengajak seluruh masyarakat untuk terus merawat dan melestarikan kearifan lokal. Bagi dia, budaya, tradisi, dan sejarah adalah identitas daerah merupakan kekayaan Banyuwangi yang harus terus lestari.

"Jangan sampai anak-cucu kita justru lebih mengenal budaya bangsa lain. Jangan sampai mereka lebih mengenal K-Pop ketimbang lagu daerahnya. Maka kegiatan nguri-uri budaya semacam ini sangat penting. Ini akan terus kita gelar setiap tahun," kata Ipuk.

Plt Kepala Disbudpar Banyuwangi Taufik Rohman menambahkan bahwa event Banyuwangi Kolo Semono melibatkan 16 pelaku UMKM kuliner, batik, kerajinan, jamu tradisional, pakaian jadi, hingga asesoris dengan transaksi ekonomi mencapai puluhan juta setiap harinya.

"Jadi ini bukan sekadar ajang pelestarian budaya, namun juga upaya menggerakkan perekonomian warga," ucap Taufik.

Dia mengatakan, event ini mampu mendongkrak kunjungan di Museum Blambangan yang ada di areal Kantor Disbudpar. Diketahui, museum ini memiliki koleksi sekitar 4.300 benda bersejarah yang terbagi dalam 4 periode. Mulai era Prasejarah, Hindu-Budha, Islam dan Kolonial.

Ajang ini disambut antusias warga. Salah satunya Olivia (22) yang mengaku sangat terkesan dengan kegiatan ini.

"Di Museum Blambangan ternyata koleksinya lengkap. Kita jadi tahu sejarah Banyuwangi karena juga mendapat penjelasan," kata dia, Jumat (7/6/2024).




(dpe/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads