Omahseum, Museum Baru yang Sajikan Koleksi Bersejarah Asal-usul Banyuwangi

Omahseum, Museum Baru yang Sajikan Koleksi Bersejarah Asal-usul Banyuwangi

Eka Rimawati - detikJatim
Minggu, 19 Mei 2024 14:48 WIB
Bupati Ipuk melihat sejumlah koleksi di Omahseum yang baru diresmikan.
Bupati Ipuk melihat sejumlah koleksi di Omahseum yang baru diresmikan. (Foto: Istimewa)
Banyuwangi -

Momentum peringatan Hari Museum Sedunia yang jatuh setiap 18 Mei berlangsung istimewa di Banyuwangi. Ini karena peringatan Hari Museum Sedunia itu bersamaan pembukaan museum baru yang menyajikan sejumlah koleksi bersejarah berkaitan Blambangan sejak abad ke-13.

Museum itu bernama Omahseum yang beralamat di Jalan Widuri, No. 21, Kelurahan Banjarsari, Glagah, Banyuwangi. Museum itu diinisiasi seorang kolektor bernama Thomas Racharto.

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani yang meresmikan langsung Omahseum mengapresiasi inisiatif ini. Menurutnya, hal itu menjadi sarana edukatif dan destinasi wisata baru.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya sangat senang atas inisiatif Pak Thomas Racharto dan keluarga. Ini dedikasi yang penting untuk wahana edukasi dan wisata sejarah bagi siapa saja yang ingin mengenal Banyuwangi," ungkap Ipuk, Minggu (19/5/2024).

Ipuk menyebutkan pemerintah daerah siap untuk mengintegrasikan Omahseum dengan program-program promosi pariwisata di ujung timur Jawa. Apalagi, letak Omahseum yang berada di jalur wisata menuju ke Ijen dan Desa Adat Osing Kemiren.

ADVERTISEMENT

"Masyarakat bisa menikmati sejumlah museum. Selain di Museum Blambangan dan Museum PIGGI (Pusat Informasi Geologi Geopark Ijen), juga bisa ke Omahseum," kata Ipuk.

Omahseum sendiri merupakan inisiatif dari Thomas Racharto. Ia merupakan seorang kolektor yang banyak mengoleksi benda-benda kuno sejak 1971. Setelah bergelut puluhan tahun ia memiliki tak kurang dari 1.200 koleksi.

Ribuan artefak Balambangan kuno seperti lingga, kendi, manik-manik, kitab kuno, keris, pedang, sampai fosil-fosil tersaji di Omahseum. Salah satunya yang menarik adalah naskah kuno Lontar Sritanjung.

"Ini akan diajukan oleh Perpustakaan Daerah sebagai IKON (Ingatan Kolektif Nasional) ke Perpustakaan Nasional," ungkapnya.

Lontar Sritanjung adalah naskah yang diyakini legenda asal-usul nama Banyuwangi. Naskah ini merupakan koleksi langka dan memiliki arti penting bagi sejarah dan kepercayaan masyarakat Blambangan.




(dpe/iwd)


Hide Ads