Sejarah Perubahan Kabupaten Surabaya Jadi Kabupaten Gresik

Sejarah Perubahan Kabupaten Surabaya Jadi Kabupaten Gresik

Albert Benjamin Febrian Purba - detikJatim
Rabu, 15 Mei 2024 13:04 WIB
Ada Tugu Sentolang di Gresik. Pengamat Sejarah, Kris Adji menyebut, tugu tersebut merepresentasikan keris hasil curian.
Tugu Sentolang Gresik (Foto file: Jemmi Purwodianto/detikJatim)
Surabaya -

Siapa sangka, Kabupaten Gresik yang kita kenal sekarang dahulunya bernama Kabupaten Surabaya. Perubahan nama ini terjadi pada tahun 1974, menandai babak baru dalam sejarah Gresik.

Apakah detikers pernah mendengar bahwa Kabupaten Gresik dulunya bernama Kabupaten Surabaya? Ya, benar. Fakta menarik ini mungkin jarang diketahui banyak orang. Perubahan nama ini salah satu peristiwa penting dalam sejarah Gresik yang patut untuk diingat dan dipelajari.

Kabupaten Gresik memiliki sejarah panjang dan erat kaitannya dengan ibu kota Jawa Timur, Kota Surabaya. Perjalanan Gresik menapaki kemandiriannya dengan mengubah namanya dari Kabupaten Surabaya jadi cerita menarik yang patut disimak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Kabupaten Gresik

Dilansir dari laman BPK RI Perwakilan Jatim, Gresik telah dikenal sejak abad ke-11 sebagai pusat perdagangan yang tidak hanya melibatkan antar pulau, tetapi juga berbagai negara. Sebagai kota pelabuhan, Gresik banyak dikunjungi oleh pedagang dari Cina, Arab, Gujarat, Kalkuta, Siam, Bengali, Campa, dan lainnya.

Gresik mulai mendapatkan perhatian dalam sejarah seiring dengan berkembangnya agama Islam di Jawa. Penyebar agama Islam ini adalah Syech Maulana Malik Ibrahim yang bersama dengan Fatimah Binti Maimun datang ke Gresik pada awal abad ke-11.

ADVERTISEMENT


Perubahan Kabupaten Surabaya Jadi Kabupaten Gresik

Dikutip dari jurnal berjudul "Sejarah Perubahan Status Administrasi Gresik dari Kabupaten Surabaya Menjadi Kabupaten Gresik Tahun 1974" yang ditulis oleh Umi Fadlilah dari Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Berikut sejarah singkat perubahan nama Kabupaten Surabaya menjadi Kabupaten Gresik.

Peralihan status dari Kabupaten Surabaya menjadi Kabupaten Gresik terjadi saat Gresik awalnya berstatus sebagai ibu kota Kabupaten Surabaya. Status ini ditetapkan oleh Mr Assat yang saat itu menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia sementara.

Ketidaksesuaian psikologis antara nama kabupaten dengan ibu kotanya, yaitu Kabupaten Surabaya dengan Ibu Kota Gresik, mendorong perubahan ini.

Selain itu, UU No 2 Tahun 1965 yang mengatur perubahan batas wilayah Kota Madya Surabaya menambahkan lima kecamatan dari Kabupaten Surabaya (Sekarang Gresik), yaitu Kecamatan Wonocolo, Kecamatan Sukolilo, Kecamatan Rungkut, Kecamatan Tandes, dan Kecamatan Karangpilang. Kebijakan ini semakin menjauhkan pusat pemerintahan Kabupaten Surabaya dari wilayah yang diperintah.

Jika Gresik tetap menjadi bagian dari Kabupaten Surabaya, anggota DPRD mayoritas bukan berasal dari Gresik. Dengan berdirinya Kabupaten Gresik, pemerintah dapat lebih fokus pada permasalahan lokal dan kebutuhan masyarakat Gresik, sehingga suasana dan identitas Gresik lebih terasa.

Gabungan wilayah Surabaya dan Gresik yang luas hingga perbatasan Lamongan, Mojokerto, dan Sidoarjo juga membuat pengelolaan oleh satu pemerintah daerah menjadi sulit. Maka, DPRD Kabupaten Surabaya mengusulkan perubahan nama Kabupaten Surabaya menjadi Kabupaten Gresik melalui surat keputusan pada 20 Maret 1974 No Perda/2/DPRD-II/74. Usulan ini didukung oleh Bupati Surabaya pada 25 Maret 1974 dan Gubernur Jawa Timur.

Sebelum perubahan nama, Gubernur Jawa Timur memerintahkan pemindahan kantor pemerintahan dari Surabaya ke Gresik secara bertahap, termasuk tempat tinggal Bupati Soefalan. Setelah pemerintahan dapat beroperasi penuh dari Gresik, Gubernur Moh Noer mengusulkan perubahan nama ke pemerintah pusat melalui Menteri Dalam Negeri para 30 Maret 1974.

Usulan ini disetujui dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah No 38 Tahun 1974 pada 1 November 1974 yang secara resmi mengganti nama Kabupaten Surabaya menjadi Kabupaten Gresik. Persetujuan ini diberikan oleh Presiden Soeharto dan Menteri/Sekretaris Negara, Sudarmono.

Dengan diberlakukan PP No 38 Tahun 1974 dan UU No 5 Tahun 1974, wilayah ini secara resmi disebut Kabupaten Daerah Tingkat II Gresik pada 27 Februari 1975 dengan ibu kota di Kota Gresik. Perubahan ini menjadi tonggak bersejarah dalam pengembangan daerah yang telah lama terlupakan.

Asal Muasal Nama Gresik

Berbagai versi asal-usul nama Gresik telah muncul dalam sejarah. Dalam Babad Hing Gresik, kota ini disebut sebagai Gerwarasi. Sementara itu, Prasasti Karang Bogem secara jelas menyebutkan nama Gresik di kalimat pembukanya.

Pada masa kolonial, bangsa Tiongkok menyebut Gresik dengan istilah T'Se T'Sun, yang berarti kampung kotor. Peta kuno abad ke-15 karya bangsa Portugis menamai Gresik dengan berbagai sebutan seperti Gerwarace, Agace, dan Agati.

Para pedagang Arab yang tiba di Jawa menyebut Gresik sebagai Qorrosyaik. Nama ini diambil dari perintah kapten kapal untuk menurunkan jangkar ketika mencapai pelabuhan.

Dalam buku Historisch Onderzoek karya J.A.B. Wisselius, bangsa Belanda (VOC) merujuk Gresik sebagai Gerrici atau Grissee. Thomas Stamford Raffles dalam bukunya The History of Java menyebut Gresik dengan istilah Giri-Gisik.

Dari berbagai nama tersebut, Giri-Gisik menjadi yang paling populer di kalangan masyarakat. Giri berarti bukit dan Gisik berarti pantai, sesuai dengan kondisi geografis Kabupaten Gresik. Nama Giri-Gisik kemudian berkembang menjadi Gresik.

Itulah sejarah mengenai Kabupaten Gresik yang dulunya bernama Kabupaten Surabaya. Gresik yang awalnya hanya berstatus sebagai kecamatan atau kawedanan, harus melakukan berbagai pembangunan untuk mencapai standar yang sesuai dengan status barunya sebagai kabupaten.


Artikel ini ditulis oleh Albert Benjamin Febrian Purba, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(hil/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads