Mengenal Makam Eropa Peneleh Surabaya, Ini Tokoh Penting yang Menghuninya

Mengenal Makam Eropa Peneleh Surabaya, Ini Tokoh Penting yang Menghuninya

Albert Benjamin Febrian Purba - detikJatim
Senin, 20 Mei 2024 10:50 WIB
Begandring Soerabaia bersama TiMe Amsterdam melakukan verifikasi proyek pemugaran Makam Peneleh, Surabaya.
Makam Peneleh Surabaya .Foto: Ardian Dwi Kurnia/detikJatim)
Surabaya -

Berdiri kokoh di tengah hiruk pikuk Kota Pahlawan, Makam Eropa Peneleh menawarkan pesona wisata sejarah yang unik dan penuh cerita. Dibangun pada masa kolonial Belanda, kompleks pemakaman ini menjadi saksi bisu perjalanan panjang Surabaya, dan menyimpan kisah para tokoh penting yang pernah mengukir sejarah di kota ini.

Lebih dari sekadar tempat peristirahatan terakhir, makam yang dalam bahasa Belanda bernama De Begraafplaats Soerabaia ini menjelma menjadi museum terbuka yang memamerkan arsitektur bergaya Eropa yang menawan.

Nisan-nisan bersejarah dengan ukiran indah dan cerita di baliknya menjadi daya tarik utama. Di sini, pengunjung dapat menapaki jejak gubernur jenderal Hindia Belanda, pejabat tinggi kolonial, hingga para bangsawan yang pernah berkuasa di Surabaya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Singkat Makam Eropa Peneleh

Makam Eropa Peneleh di Surabaya, yang diresmikan pada 1 Desember 1847, adalah kompleks pemakaman seluas sekitar 6,5 hektare. Pemakaman ini menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi para pejabat Hindia Belanda.

Tak terkecuali warga Eropa dari berbagai negara seperti Swiss, Norwegia, Belanda, Jerman, Inggris, Italia, Armenia, Prancis, Belgia, hingga Austria. Setiap nisan di makam ini masih menunjukkan desain klasik dan artistik, mencantumkan biografi singkat dari orang yang dimakamkan, meski tertulis dalam bahasa Belanda.

ADVERTISEMENT

Makam Eropa Peneleh adalah salah satu makam tertua di Kota Pahlawan. Sebelum mendapat perhatian lebih dari Pemerintah Kota Surabaya, kompleks makam ini dikelilingi perkampungan kaum marjinal.

Perubahan terjadi di bawah kepemimpinan Wali Kota Tri Rismaharini, yang mempercantik dan merawat komplek makam tersebut, meskipun banyak nisan dan liang lahat yang sudah rusak akibat ulah manusia maupun faktor alam.

Makam Eropa Peneleh menampung sekitar 33.000 jenazah, termasuk yang hanya tersisa abunya saja setelah dikremasi. Pembangunan makam ini dilakukan pada Desember 1847, dengan maksud untuk mengatasi keterbatasan lahan di Makam Krembangan yang sudah penuh pada waktu itu.

Sebagian besar yang dimakamkan di sini adalah pejabat, bangsawan, atau orang-orang berpengaruh pada zamannya, yang ditandai dengan tulisan di nisan marmer, beton, atau baja murni berkualitas tinggi yang masih dapat dibaca meski sebagian telah rusak.

Upaya perawatan Makam Eropa Peneleh yang dilakukan Tri Rismaharini atau yang akrab disapa Bu Risma ini, juga termasuk menambah petugas kebersihan dan memasang aksesori seperti lampu penerangan pada tahun 2006. Sebelumnya, komplek makam ini sama sekali tidak mendapat perhatian dari pemerintah kota.

Daftar Orang Penting yang Dimakamkan di Makam Eropa Peneleh

Banyak orang Eropa berpengaruh pada abad ke-19 yang beristirahat dengan tenang di Makam Peneleh. Oleh karena itu, jangan heran jika pengunjung bertemu dengan nama-nama yang mungkin familiar. Berikut sejumlah tokoh penting yang dimakamkan di Makam Eropa Peneleh.

1. Paul Francois Corneille

Ia merupakan seorang Letnan Kolonel Artileri yang menjabat Direktur Artileri Constructie Winkel, pusat produksi senjata terbesar di Hindia Belanda yang berbasis di Surabaya. Setelah kemerdekaan, fasilitas ini dipindahkan ke Bandung dan kini dikenal sebagai PT Pindad.

2. Pierre Jean Baptiste de Perez

PJB Perez menjabat sebagai Wakil Direktur Mahkamah Agung Hindia Belanda dan komisaris di beberapa perusahaan besar. Meskipun catatan tentang Perez tidak banyak, ia diketahui pernah menjabat Residen Surabaya dan Gubernur Sulawesi. Perez wafat pada 1859.

3. Ohannes Kurkdjian

Ia adalah seorang fotografer terkenal pada masanya. Banyak foto-foto masa lampau Indonesia yang beredar di internet saat ini merupakan hasil jepretannya, bahkan ia pernah memiliki sebuah studio foto di Surabaya. Kurkdjian meninggal dunia pada 1903.

4. Herman Neubronner van der Tuuk

Herman van der Tuuk diakui sebagai pionir linguistik modern untuk beberapa bahasa yang digunakan di Nusantara, termasuk bahasa Melayu, Jawa, Sunda, Batak, Toba, Lampung, Kawi (Jawa Kuno), dan Bali. Ia meninggal dunia pada 1847.

5. Pieter Merkus

Merkus merupakan Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-47. Ia menjabat selama empat tahun, yaitu mulai 1841 hingga 1844. Pieter Merkus mengembuskan napas terakhir pada 1844.

Makam Eropa Peneleh tidak hanya menjadi tempat peristirahatan bagi tokoh-tokoh di atas saja, tetapi juga masih menyimpan banyak cerita dari deretan tokoh penting lain yang belum disebutkan. Mengunjungi makam ini adalah perjalanan melintasi sejarah, di mana setiap nisan menceritakan kisah tersendiri tentang masa lalu yang kaya dan beragam.

Artikel ini ditulis oleh Albert Benjamin Febrian Purba, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(irb/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads