Pesarean Raden Ayu Pandan Sari di Kalibutuh Timur, Tembok Dukuh, Bubutan, adalah salah satu makam keramat yang terletak di jantung Kota Surabaya. Pegiat Sejarah Nur Setiawan mengatakan orang-orang datang ke Makam Raden Ayu Pandan Sari untuk berbagai keperluan.
"Mulai (dari) kirim doa, ziarah, uri-uri (melestarikan) sejarah, dan lain sebagainya," ujar Setiawan kepada detikJatim, Rabu (8/5/2024).
Membicarakan Pesarean Raden Ayu Pandan Wangi, ingatan Setiawan terlempar pada kenangan tahun 2001/2002 silam saat dirinya datang ke pesarean. Kala itu, ia bertemu dengan juru kunci sepuh yang menceritakan tentang siapa yang bersemayam di dalam Makam Raden Ayu Pandan Wangi Kalibutuh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Menurut warga setempat, R. A. Pandan Sari merupakan sosok bayi wanita. Konon bayi ini ditemukan oleh warga pada masa tempo dulu, berada di aliran sungai di sekitar kampung tersebut dalam keadaan tak bernyawa," kata Setiawan.
![]() |
Saat ditemukan, sosok mayat bayi perempuan ini terlihat seperti bumiputera namun sedikit kebule-bulean. Sehingga warga setempat menduga bahwa bayi tersebut merupakan buah cinta dari pria Belanda dengan wanita bumiputera, namun tak disetujui oleh orang tua kedua belah pihak.
Makam ini diperkirakan Setiawan sudah berusia sekitar satu abad. Karena 23 tahun silam, ia sempat melihat nisan lama dengan material batuan kapur yang mengeras sebagai penanda zaman.
"Dulu makamnya tanpa atap atau outdoor, nisannya ditutup cungkup berukuran rendah, kalau ingin melihat haruss menunduk. Sekarang sudah rapi bersih berada di dalam bangunan," kenang Setiawan.
Memori Setiawan tentang nisan lama di pesarean ini juga mengingatkannya pada nisan di Makam Tembok yang bersulur. Ukiran nisan yang mirip tangkai daun pada tanaman di Makam Tembok, mirip dengan nisan lama Pesarean Raden Ayu Pandan Sari.
"Namun makam tersebut sempat mengalami beberapa pemugaran, sehingga (kini) fragmen kekunoannya kurang nampak," kata Setiawan.
Setiawan juga menegaskan bahwa nama Pandan Sari tidak ada hubungannya dengan Sawunggaling atau keraton dari Mataram Islam. Nama tersebut rupanya disematkan oleh pelaku supranatural ketika bayi nahas itu ditemukan di era lampau.
Mengenai cerita bahwasannya Raden Ayu Pandan Sari merupakan tokoh babat alas kawasan Kalibutuh, Setiawan memiliki pandangan tersendiri. Menurutnya, cerita tersebut berbeda jauh dengan apa yang ia dengar dari juru kunci pada awal tahun 2000-an lalu.
Cerita yang ditulis dan ditempelkan di dinding pesarean itu, menurutnya sudah berbeda zaman. Ia juga menganggap bahwa cerita tersebut merupakan folklore.
"Kalau R. A. Pandan Sari ini makamnya sudah ada sejak Zaman Majapahit, harusnya nisannya tidak seperti itu (seperti yang dilihat Setiawan di tahun 2000an), tapi mirip nisan di (Makam) Troloyo," tukasnya.
(irb/iwd)