Tak Ada Asu di Antara Kita, Buku Cerpen Joko Pinurbo Pertama dan Terakhir

Tak Ada Asu di Antara Kita, Buku Cerpen Joko Pinurbo Pertama dan Terakhir

Ardian Dwi Kurnia - detikJatim
Sabtu, 27 Apr 2024 14:34 WIB
Joko Pinurbo semasa hidup.
Joko Pinurbo saat bertemu penggemar karyanya. (Foto: Ardian Dwi Kurnia/detikJatim)
Surabaya -

Joko Pinurbo, penyair yang memiliki gaya penulisan nyeleneh dalam karya-karyanya telah berpulang. Jokpin meninggal hari ini, Sabtu (27/4/2024) di usia 61 tahun di RS Panti Rapih setelah diopname sejak Jumat (26/4) karena sakit yang dia derita.

"Istri Mas Jokpin, Mbak Nur, mengirim kabar duka melalui WhatsApp tadi pagi jam 07.14," demikian kata Editor Senior Gramedia Pustaka Utama, Mirna Yulistianti dilansir dari detikPop, Sabtu (27/4/2024).

Meski dikenal sebagai penyair, Jokpin pernah menerbitkan buku cerpen dengan tajuk 'Tak Ada Asu di Antara Kita'. Buku yang terbit pertama pada Januari 2023 itu menjadi buku cerpen pertama dan terakhir Joko Pinurbo berisi 15 cerpen karangannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam buku penuh ilustrasi berwarna ini tokoh-tokoh dalam cerita itu terkesan jauh dari gemerlap, bahkan cenderung getir. Seperti karya-karyanya yang lain, peraih penghargaan Seniman dan Budayawan Kota Yogyakarta pada 2022 ini banyak menyelipkan kejenakaan dalam setiap cerpen di buku ini.

Pada proses penulisannya, Jokpin berusaha masuk ke dalam orang-orang yang berada di sekeliling kita namun kadang ceritanya luput dari perhatian. Seperti misalnya ibu, anak, kakek, pak RT, penjaga warung, guru, dan koruptor.

ADVERTISEMENT

Selain itu, benda mati seperti kursi dan batu juga dieksploitasi oleh lulusan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ini sehingga membuat cerpen-cerpennya semakin kuat. Sama seperti judul bukunya, asu juga menjadi instrumen kuat yang mencirikan gaya sastra Joko Pinurbo.

Salah satu cerpen dalam buku Tak Ada Asu di Antara Kita berjudul "ini ibu budi" menjadi salah satu favorit para pembaca. Selain judulnya yang mengingatkan pada pelajaran Bahasa Indonesia semasa duduk di bangku sekolah dasar, kepiawaian Jokpin membolak-balik kata dan memainkan tanda baca membuat "ini ibu budi" memiliki makna yang sangat kaya.

Berikut cerpen "ini ibu budi" dalam buku Tak Ada Asu di Antara Kita

ini ibu budi. ibu budi menunggu budi di atas bangku di trotoar kota yang riuh sekali.

ibu budi lelah mencari budi kian kemari. di mana-mana ibu budi bertemu budi, tapi tidak bertemu budi yang ibu budi cari.
seorang budi menghampiri ibu budi.
"ini ibu budi?"
"ya, ini ibu budi."
"ini budi, bu. bu, ini budi."
"bukan, ini bukan budi."
"budi yang mana yang ibu budi cari?"
"budi yang bangun tidur terus mandi, tidak lupa menggosok gigi, habis mandi menolong ibu budi membersihkan tempat tidur budi."
budi lain menghampiri ibu budi.
"ini ibu budi?"
"ya, ini ibu budi."
"ini budi, bu. bu, ini budi."
"bukan, ini bukan budi."
"budi yang mana yang ibu budi cari?"
"budi yang pernah sekolah di buku pelajaran sekolah dasar yang ada burung kutilang bernyanyi bersiul-siul sepanjang hari tralala trilili."
ini ibu budi. ibu budi menunggu budi di atas bangku di trotoar kota yang riuh sekali.
ibu budi lelah mencari budi kian kemari. di mana-mana ibu budi melihat deretan budi, tapi tidak melihat budi yang ibu budi cari.

Buku kumpulan cerita pendek Jokpin berjudul 'Tak Ada Asu di Antara Kita' ini masih bisa ditemukan di toko buku terdekat. Buku bersampul unik yang mengingatkan kita pada tugas menggambar sewaktu sekolah dasar itu menandai eksplorasi baru Jokpin sebagai pengarang. Sayang, buku cerita pendek ini menjadi yang pertama dan terakhir sepanjang hayat Sang Penyair.

Joko Pinurbo lahir pada 11 Mei 1962 di Sukabumi, Jawa Barat. Dia bermukim di Yogyakarta dan menyelesaikan pendidikannya di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Sanata Dharma Yogyakarta.

Sejak masih duduk di bangku SMA Jokpin gemar mengarang puisi. Karya-karyanya mulai dikenal secara luas setelah dia menerbitkan buku kumpulan puisi bertajuk Celana.

Selain itu, ia juga menerbitkan kumpulan puisinya yang lain dalam beberapa buku. Antara lain Kepada Cium, Celana Pacarkecilku di Bawah Kibaran Sarung, Baju Bulan, Selamat Menunaikan Ibadah Puisi, Buku Latihan Tidur, Perjamuan Khong Guan, Salah Piknik, dan Epigram 60, serta prosa puitisnya Srimenanti.

Atas karya-karyanya Jokpin mendapatkan sejumlah penghargaan sastra. Di antaranya Hadiah Sastra Lontar (2001), Penghargaan Sastra Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2002 dan 2014), Kusala Sastra Khatulistiwa (2005 dan 2015), serta The South East Asian (SEA) Write Award atau Penghargaan Sastra Asia Tenggara (2014).

Tidak hanya itu, atas pencapaian dan dedikasinya di bidang sastra dia juga menerima Anugerah Kebudayaan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (2019) dan Penghargaan Seniman dan Budayawan Kota Yogyakarta (2022).




(dpe/dte)


Hide Ads