18 April Diperingati Hari Konferensi Asia-Afrika

18 April Diperingati Hari Konferensi Asia-Afrika

Albert Benjamin Febrian Purba - detikJatim
Selasa, 16 Apr 2024 13:06 WIB
Hari Konferensi Asia Afrika diperingati setiap tanggal 18 April. Ini adalah tema dan logo peringatan Hari Konferensi Asia Afrika ke-68.
Foto: Situs Museum Asia Afrika
Surabaya -

Hari Peringatan Konferensi Asia-Afrika adalah sebuah perayaan yang dilakukan untuk mengenang Konferensi Asia-Afrika. Konferensi Asia-Afrika pertama digelar di Bandung.

Konferensi ini menjadi simbol penting dalam gerakan anti-kolonialisme dan anti-imperialisme serta memperjuangkan kemerdekaan dan pembangunan di Asia dan Afrika.

Lantas, bagaimana sejarah pembentukan Konferensi Asia-Afrika dan bagaimana perjalanannya? Simak informasinya berikut ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Latar Belakang Pembentukan Konferensi Asia-Afrika

Dilansir dari laman Asia Africa Museum, sebelum Konferensi Asia Afrika dimulai, dunia internasional tengah diwarnai oleh pascaperang yang belum mereda sepenuhnya. Meskipun Perang Dunia II telah berakhir pada Agustus 1945, konflik dan ketegangan antarnegara masih terus berlangsung.

Meskipun sejumlah negara telah meraih kemerdekaan mereka sejak tahun 1945, seperti Indonesia, Vietnam, Filipina, Pakistan, India, Birma, Ceylon, dan Republik Rakyat Tiongkok, tantangan masih dihadapi oleh banyak negara lainnya di wilayah tersebut.

ADVERTISEMENT

Situasi perang dingin antara Blok Barat dan Blok Timur, yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet semakin memanas. Konflik terbuka, perlombaan senjata nuklir, dan ketakutan akan terjadinya Perang Dunia III memenuhi pikiran dunia. Meskipun Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berperan sebagai badan internasional yang berusaha menangani konflik global, penyelesaian masalah masih belum tercapai sepenuhnya, sementara dampaknya terutama dirasakan oleh negara-negara di Asia dan Afrika.


Sejarah Pembentukan Awal Konferensi Asia-Afrika

Pada awal tahun 1954, Perdana Menteri Ceylon, Sir John Kotelawala, mengundang sejumlah Perdana Menteri Birma (U Nu), India (Jawaharlal Nehru), Indonesia (Ali Sastroamidjojo), dan Pakistan (Mohammed Ali) untuk pertemuan informal di negaranya. Pertemuan tersebut menjadi titik penting untuk merumuskan ide Konferensi Asia Afrika.

Presiden Indonesia, Soekarno, melalui Perdana Menteri Indonesia, Ali Sastroamidjojo secara khusus menekankan pentingnya membangun solidaritas di antara negara-negara Asia dan Afrika untuk melawan penjajahan, sesuai dengan cita-cita yang telah dikemukakan selama beberapa dekade.

Setelah serangkaian persiapan, termasuk pertemuan perwakilan Indonesia di berbagai wilayah, Konferensi Kolombo digelar pada 28 April- 2 Mei 1954. Dalam konferensi ini, Perdana Menteri Indonesia, Ali Sastroamidjojo, mengusulkan perlunya sebuah pertemuan lebih luas antara negara-negara Asia dan Afrika untuk membahas masalah-masalah bersama.

Meskipun dalam situasi yang skeptis, namun akhirnya usulan tersebut diterima oleh semua peserta konferensi. Keputusan ini menandai langkah awal menuju Konferensi Asia Afrika yang menjadi tonggak penting dalam sejarah solidaritas antarnegara di kedua benua tersebut.


Lahirnya Konferensi Asia-Afrika di Bandung

Perdana menteri dari negara-negara yang mengikuti Konferensi Kolombo (Birma, Ceylon, India, Indonesia, dan Pakistan) bertemu di Bogor untuk membahas persiapan Konferensi Asia Afrika. Mereka berhasil menetapkan agenda, tujuan, dan daftar negara yang akan diundang ke konferensi tersebut.

Kelima negara yang berpartisipasi dalam Konferensi Bogor menjadi sponsor Konferensi Asia Afrika, dengan Indonesia dipilih sebagai tuan rumah. Konferensi tersebut direncanakan berlangsung pada akhir April 1955, dan Presiden Indonesia, Soekarno, menetapkan Kota Bandung sebagai lokasinya.

Pada tanggal 11 Januari 1955, pemerintah Indonesia membentuk Panitia Interdepartemental yang dipimpin oleh Sekretaris Jenderal Sekretariat Bersama. Anggota-anggota dan penasehatnya berasal dari departemen-departemen yang berbeda dengan tujuan membantu dalam persiapan konferensi tersebut.

Pada 7 April 1955, Presiden Indonesia Soekarno mengubah nama Gedung Concordia menjadi Gedung Merdeka, Gedung Dana Pensiun menjadi Gedung Dwiwarna, dan sebagian Jalan Raya Timur menjadi Jalan Asia Afrika. Perubahan nama ini bertujuan untuk meningkatkan semangat konferensi dan menciptakan suasana yang sesuai dengan tujuannya.

Pada tanggal 18 April 1955, Konferensi Asia Afrika sukses digelar di Bandung, dihadiri 29 negara peserta. Acara dimulai dengan pengalunan lagu kebangsaan Indonesia Raya di Gedung Merdeka Bandung. Presiden Soekarno kemudian memberikan pidato pembukaannya yang berjudul "Let a New Asia And a New Africa be Born" yang mengajak untuk melahirkan Asia Baru dan Afrika Baru.

Artikel ini ditulis oleh Albert Benjamin Febrian Purba, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(irb/fat)


Hide Ads