Mengulik Legenda Singo Ulung Bondowoso hingga Jadi Culturesite UNESCO

Urban Legend

Mengulik Legenda Singo Ulung Bondowoso hingga Jadi Culturesite UNESCO

Chuk S Widarsha - detikJatim
Kamis, 29 Feb 2024 15:00 WIB
Singo Ulung Bondowoso
Ronteg Singo Ulung sebagai pengejawantahan Singo Ulung (Foto: Chuk S Widarsha)
Bondowoso -

Nama Singo Ulung seolah tak terpisahkan dengan Bondowoso. Selain sebagai nama sosok legendaris, Singo Ulung juga menjadi nama budaya khas daerah yakni Ronteg Singo Ulung. Seperti apa?

Singo Ulung merupakan seorang tokoh legendaris masyarakat setempat yang menguasai tlatah Desa Blimbing, Klabang, Bondowoso.

Berdasarkan sejumlah literasi sejarah dan budaya, sosok ini berasal dari kawasan Mataraman. Konon, tokoh sakti mandraguna ini memiliki silsilah sama dengan Batoro Katong Ponorogo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu kesaktian Singo Ulung adalah dapat mengubah wujudnya menjadi seekor singa putih. Kisah itu kini kemudian dikemas menjadi sebuah sendratari, yakni Ronteg Singo Ulung.

Singo Ulung BondowosoAtraksi Ronteg Singo Ulung (Foto: Chuk S Widarsha)

Bahkan, tarian massal yang melibatkan beberapa tokoh tersebut ditetapkan menjadi seni tradisional asli Bondowoso yang selalu ditampilkan setiap peringatan hari jadi kabupaten maupun even-even resmi lainnya.

ADVERTISEMENT

Tak hanya itu saja. Hingga saat ini di Desa Blimbing setiap tahun digelar ritual khusus berupa rokat atau ruwat desa bernama Ghadisah. Yakni ulang taun desa yang diadakan setiap pertengahan bulan Sya'ban tahun hijriah.

Kembali ke sosok Singo Ulung. Dalam pengembaraannya sekaligus syi'ar ke 'brang wetan' atau wilayah timur, sampailah ia ke sebuah hutan belantara di kawasan yang kini bernama Desa Blimbing.

Penamaan desa ini, selain karena banyak buah belimbing juga dikisahkan Singo Ulung kerap berisitirahat di bawah pohon buah berasa asam ini. Itulah sebabnya desa ini lantas dinamai Desa Blimbing, Klabang, Bondowoso.

Rupanya, kehadiran Singo Ulung di kawasan ini mengancam pengaruh seorang tokoh berasal dari Madura yang lebih dulu menguasai kawasan hutan ini, yaitu Juk Jasiman. Karena dianggap telah lancang memasuki wilayah kekuasaannya tanpa permisi.

Pertarungan antara Singo Ulung dan Jasiman pun tak terhindarkan. Keduanya sama-sama mengeluarkan senjata ampuhnya. Secara kebetulan senjata ampuh yang dikeluarkan memiliki kesamaan yakni sebatang rotan.

Singo Ulung BondowosoAtraksi Ronteg Singo Ulung (Foto: Chuk S Widarsha)

Pertarungan keduanya berlangsung sengit hingga 41 hari. Lantaran berimbang, Singo Ulung lantas mengeluarkan aji pamungkasnya, yaitu mengubah wujudnya menjadi Sardula Seta atau harimau putih.

Juk Jasiman akhirnya tak mampu melawan dan kalah. Sejak saat itulah Juk Jasiman menjadi pemeluk Islam dan jadi pengikut Singo Ulung dalam memerintah desa itu dan melakukan syi'ar agama Islam di kawasan tersebut.

"Literasi tentang sejarah Singo Ulung memang ada beberapa versi, meski muaranya tetap sama," papar salah seorang pengamat sejarah, Tantri Raras Ayuningtyas, saat dikonfirmasi detikJatim, Kamis (29/2/2024).

Selain sebagai sebuah warisan tak benda budaya Ronteg Singo Ulung saat ini juga telah masuk sebagai salah satu culture site Ijen Geopark yang telah diakui UNESCO Global Geopark (UGGp) tahun 2023.

"Semoga saja Pemkab Bondowoso terus memberikan dorongan eksistensi budaya sebagai warisan tak benda," pungkas magister sejarah jebolan UNS Solo ini.




(sun/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads