9 Kata Bahasa Jawa dan Bali yang Mirip Tapi Beda Makna

Albert Benjamin Febrian Purba - detikJatim
Kamis, 22 Feb 2024 14:01 WIB
Ilustrasi Jawa/Foto: Agto Nugroho/Unsplash
Surabaya -

Budaya Jawa dan Bali secara historis memang memiliki hubungan yang erat. Salah satu hasil budaya tersebut adalah bahasa. Beberapa kata bahasa Jawa dan Bali memiliki kemiripan. Seperti sembilan kata ini yang memiliki makna berbeda.

Keanekaragaman budaya Indonesia tercermin dalam ragam bahasa daerah yang tersebar di berbagai wilayah. Dua di antaranya Bahasa Jawa dan Bahasa Bali yang memiliki daya tarik tersendiri.

Meskipun berbeda daerah, keduanya sering kali disalahpahami atau bahkan tertukar oleh sebagian orang. Kedua bahasa daerah ini sebenarnya memiliki banyak kemiripan yang memperkaya kekayaan linguistik Nusantara.

Kata Bahasa Jawa dan Bali Mirip Tapi Beda Arti

Bahasa Jawa dan Bali memang sedikit memiliki kemiripan. Ada beberapa kata yang mirip antara kedua bahasa, tapi memiliki makna berbeda.

Jadi, pastikan tidak salah mengucapkannya saat berbicara dengan orang Bali maupun orang Jawa. Berikut contoh sembilan kata bahasa Jawa dan Bali yang mirip tapi memiliki makna berbeda seperti dikutip dari laman Institut Bisnis dan Teknologi Indonesia.

1. Gedang

Dalam bahasa Jawa, kata 'gedang' mengacu pada pisang. Sementara dalam bahasa Bali, artinya adalah pepaya. Kedua kata tersebut memang sama-sama mengacu pada buah.

Namun, jenis kedua buah tersebut sangatlah berbeda. Hal ini mungkin akan menimbulkan kesalahpahaman jika digunakan untuk berkomunikasi antara orang Jawa dan orang Bali.

2. Mbok

Dalam Bahasa Jawa, kata 'mbok' digunakan sebagai panggilan untuk seorang ibu. Sedangkan dalam bahasa Bali, kata 'mbok' merujuk pada panggilan untuk kakak perempuan.

'Mbok' dalam bahasa Bali dan Jawa memiliki keterkaitan dengan konsep umur, namun memiliki konotasi yang berbeda. Perbedaan ini juga bisa menimbulkan miskomunikasi dengan lawan bicara, jadi sebaiknya diperhatikan.

3. Wayah

'Wayah' dalam bahasa Bali dan Jawa memiliki kesamaan sebagaimana halnya dengan kata 'mbok'. Dalam bahasa Jawa, kata 'wayah' digunakan sebagai panggilan untuk cucu. Sementara dalam Bahasa Bali, maknanya justru berkebalikan, yaitu merujuk pada kakek.

Perbedaan konsep ini bisa menimbulkan kebingungan atau kesalahpahaman jika tidak diperhatikan dengan cermat. Oleh karena itu, memahami konteks budaya sangat penting agar tidak salah tafsir dalam menggunakan kata 'wayah'.

4. Cokot

Dalam bahasa Jawa, kata 'cokot' berarti gigit. Sementara dalam bahasa Bali, kata 'cokot' merujuk pada arti pegang. Perlu diperhatikan perbedaan ini agar tidak terjadi kekeliruan dalam penggunaan kata tersebut, terutama ketika berkomunikasi dengan orang Bali.

5. Ngajeng

Dalam bahasa Bali, kata 'ngajeng' merupakan bahasa halus dari makan. Dalam bahasa Jawa, kata 'ngajeng' juga bahasa halus, namun memiliki arti yang berbeda dengan 'ngajeng' bahasa Bali.

Kata 'ngajeng' bahasa Jawa berarti depan. Biasanya digunakan untuk menunjukkan tempat atau letak sesuatu. Sama-sama 'ngajeng', tapi sangat berbeda arti bukan. Jadi, pastikan tidak salah pengucapan saat berkomunikasi.

6. Pipis

Dalam bahasa Jawa, kata 'pipis' berarti kencing. Kata ini juga ada dalam bahasa Bali, namun dengan arti yang berbeda. Di mana, dalam bahasa Bali, kata 'pipis' artinya uang.

Sangat jauh berbeda bukan artinya dengan bahasa Jawa. Jadi, jangan salah mengartikan jika orang Bali mengatakan 'pipis' padahal tidak sedang ingin kencing dan tidak dalam konteks tersebut.

7. Sing

Melansir laman Universitas Indonesia Library, dalam bahasa Jawa, kata 'sing' disebut sebagai tembung sesulih, penggandheng, tembung panyilih atau pronomina relatif. Kata 'sing' bersinonim dengan 'kang' dan 'ingkang' artinya yang.

Beda lagi dalam bahasa Bali. Kata 'sing' dalam bahasa Bali berarti tidak. Contohnya dalam kalimat, yaitu 'cang sing ada pis (saya tidak ada uang),".

8. Kenyang

Selanjutnya ada kata 'kenyang', yang dalam bahasa Bali memiliki makna yang jauh berbeda. Sebenarnya, kenyang merupakan bahasa Indonesia yang berarti sudah puas makanatau sudah penuh perutnya.

Sementara dalam bahasa Bali, kata 'kenyang' artinya tegang. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan 'kenyang' adalah kondisi saat alat kelamin laki-laki sedang ereksi atau tegang.

Meski kata 'kenyang' merupakan bahasa Indonesia, orang Bali sering menyebutnya sebagai bahasa Jawa atau biasa dikatakan kenyang Jawa. Mereka kerap mengucapkan kenyang Jawa atau kenyang Bali.

Kenyang Jawa yang dimaksud adalah arti kenyang dalam bahasa Indonesia. Sedangkan, kenyang Bali merupakan makna kenyang dalam bahasa Bali itu sendiri.

9. Budal

Dalam Bahasa Jawa, kata 'budal' bermakna berangkat, sedangkan dalam Bahasa Bali, 'budal' merujuk pada arti pulang. Meskipun kedua kata tersebut terdengar serupa, namun memiliki makna yang berbeda signifikan dan menunjukkan perbedaan makna antara bahasa Jawa dan Bali.

Dengan demikian, melalui kemiripan unik antara bahasa Jawa dan Bali ini dapat lebih menghargai keberagaman budaya Indonesia. Meskipun sering kali disalahpahami atau tertukar, penting untuk memahami perbedaan makna kata meski memiliki kemiripan.

Menyadari perbedaan kata-kata di atas, tidak hanya memperkaya pemahaman linguistik kita, tetapi juga mencegah terjadinya kesalahpahaman yang umumnya timbul dalam interaksi lintas budaya.

Artikel ini ditulis oleh Albert Benjamin Febrian Purba, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.



Simak Video "Video Bahasa Jawa-Sunda Jadi Bahasa Daerah yang Aman dari Kepunahan"

(irb/sun)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork