Sebuah nilai budaya tidak dapat dilepaskan dari konsep adat yang berakar dari nenek moyang, dan dijadikan sebagai pedoman kehidupan bermasyarakat. Masyarakat sebagai pemilik budaya sangat menjunjung tinggi nilai-nilai yang terdapat dalam budayanya secara turun-temurun.
Tradisi untuk menyampaikan pengetahuan mengenai suatu kebudayaan dapat diterapkan melalui nasihat petuah, perumpamaan, dan perbandingan yang dapat diwujudkan dalam sebuah peribahasa. Peribahasa dalam kebudayaan masyarakat Jawa disebut dengan istilah pepatah petitih.
Mengutip dari buku Ensiklopedia Kearifan Lokal Pulau Jawa: Jawa Timur karya Asep Ruhimat dkk, pepatah petitih adalah ungkapan atau ucapan yang mengandung ajaran hidup berupa nasihat, pesan, anjuran, kritik, dan teguran yang disampaikan kepada keluarga, kerabat, dan handai tolan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: 10 Falsafah Hidup Orang Jawa serta Maknanya |
Pepatah petitih ini biasanya digunakan untuk menumbuhkan nilai ketakwaan, keyakinan, kedisplinan, kearifan atau kebijaksanaan, kesopanan, dan tata krama dalam kehidupan sosial masyarakat.
Pepatah Petitih Berisi Prinsip Hidup Orang Jawa:
- Ngluruk tanpa bala, menang tanpa ngasorake, sekti tanpa aji-aji, dan sugih tanpa bandha (berjuang tanpa perlu membawa mas, menang tanpa merendahkan atau mempermalukan, berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan, kekayaan, atau keturunan, kaya tanpa didasari kebendaan).
- Datan serik lamun kelaman, datan susah lamun kelangan (jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri, jangan sedih manakala kehilangan sesuatu).
- Sepi ing pamrih rame ing gawe, banter lan mbancangi, dhuwur lan ngungkuli (bekerja keras dan bersemangat tanpa pamrih, cepat tanpa harus mendahului, tinggi tanpa harus melebihi).
- Urip iku urup (hidup itu nyata atau hidup itu hendaknya memberi manfaat).
- Aja gumunan, aja getunan, aja kagetan, aja aleman (jangan mudah terheran-heran, jangan mudah menyesal, jangan mudah terkejut, jangan mudah kolokan atau manja).
- Sing sabar lan ngalah dadi kekasih Allah (yang sabar dan mengalah akan menjadi kekasih Allah).
- Aja ketungkul marang kalungguhan, kadonyan, lan kemareman (janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan, dan kepuasan duniawi).
- Aja kuminter mundak keblinger, aja cidra mundak cilaka, sing was-was tiwas (jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah, jangan suka berbuat curang agar tidak celaka, dan barang siapa yang ragu-ragu akan binasa atau merugi).
- Aja milik barang kang melok, aja mangro mundak kendo (jangan tergiur hal-hal yang tampak mewah, cantik, atau indah, jangan berpikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat).
- Sing prihatin bakal memimpin (siapa berani hidup prihatin akan menjadi satria, pejuang, atau pemimpin).
- Sing resik uripe bakal mulya (siapa yang bersih hidupnya akan hidup mulia).
- Sura dira jayaningrat, lebur dening pangastuti (keberanian, kekuatan, kekuasaan dapat ditundukkan oleh kebaikan).
- Memayu hayuning bawana, ambrasta dur hangkara (manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, serta memberantas sifat angkara murka).
- Aja adigang, adigung, adiguna (jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti).
Artikel ini ditulis oleh Savira Oktavia, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(irb/sun)