Apa Itu Cap Go Meh? Ini Sejarah dan Tradisinya

Apa Itu Cap Go Meh? Ini Sejarah dan Tradisinya

Irma Budiarti - detikJatim
Kamis, 01 Feb 2024 11:03 WIB
Festival Cap Go Meh Kembang Jepun Surabaya
Festival Cap Go Meh Kembang Jepun Surabaya. (Foto: Deny Prastyo Utomo/detikJatim)
Surabaya -

Cap Go Meh menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Tahun Baru Imlek. Cap Go Meh merupakan penutup perayaan Tahun Baru Imlek. Tahun ini, Cap Go Meh jatuh pada Sabtu, 24 Februari 2024.

Melansir Binus University, Cap Go Meh dirayakan tepat 15 hari setelah Tahun Baru Imlek. Perayaan ini jatuh pada hari ke-15 bulan pertama kalender lunar.

Berbagai kegiatan peribadatan hingga tradisi digelar saat Cap Go Meh. Seperti salah satunya yang paling terkenal ada barongsai.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Cap Go Meh

Cap Go Meh berasal dari bahasa Hokien "Cap Go" yang berarti 15 dan "Meh" yang berarti malam. Sehingga Cap Go Meh diartikan sebagai festival yang dilaksanakan pada hari ke-15 setelah tahun baru Imlek. Cap Go Meh menjadi penutupan Imlek yang digelar pada bulan purnama pertama di awal tahun.

ADVERTISEMENT

Berdasarkan tradisi asalnya Tionghoa, Cap Go Meh disebut Yuan Xiao Jie, yang berarti Festival Lampion atau Lentera. Sejarah Cap Go Meh berawal dari upacara penghormatan kepada Dewa tertinggi pada Dinasti Han di Tiongkok, yaitu "Thai Yi".

Saat itu pada 206 Sebelum Masehi, Biksu Buddha melakukan ritual dengan membawa sejumlah lentera. Mulanya ritual digelar khusus di kalangan istana dan para raja Dinasti Han. Barulah ketika Dinasti Han berakhir, ritual dilakukan secara terbuka dan dikenal masyarakat umum dari berbagai kalangan.

Sementara melansir Diskominfotik Kalteng, Kaisar Wu yang memerintah pada masa Dinasti Han 104 Sebelum Masehi, menetapkan bulan 1 sebagai awal tahun. Penetapan perayaan tahun baru ini dipakai sampai sekarang.

Tradisi Cap Go Meh

Cap Go Meh tak terlepas dari tradisi-tradisi masyarakat Tionghoa. Tradisi Cap Go Meh yang paling populer dan dinanti adalah barongsai. Pertunjukan ini tak pernah absen dalam perayaan Cap Go Meh di manapun.

Selain barongsai, yang tak kalah unik adalah pawai naga hingga pawai tatung. Jangan lupakan festival lampion, yang juga selalu identik dengan perayaan Tahun Baru Imlek.

Cap Go Meh sendiri dipercaya sebagai upacara tolak bala atau cuci jalan. Artinya, upacara mengusir dan mengunci kembali roh-roh jahat di jalan. Berikut beberapa tradisi yang ada saat Cap Go Meh.

1. Barongsai

Pusat Grosir Metro Tanah Abang (PGMTA) menggelar event Hoki Sincia 2023 dengan gelaran TikTok Challenge. Beragam hadiah menarik dengan total hadiah puluhan juta rupiah.Barongsai yang ikut meriahkan acara itu pun kebanjiran angpau selama perhelatan tersebut. Ini bukti-buktinya.Ilustrasi pertunjukan barongsai Foto: Rachman_punyaFOTO

Cap Go Meh identik dengan pertunjukan barongsai. Pasalnya, barongsai dipercaya membawa keberuntungan, kebahagiaan, kesejahteraan, dan dapat menghilangkan hal buruk.

2. Tari Naga

Perayaan tahun baru Imlek di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, kali ini cukup meriah. Sejumlah atraksi beberapa budaya ditampilkan dalam acara ini.Perayaan tahun baru Imlek di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, kali ini cukup meriah. Sejumlah atraksi beberapa budaya ditampilkan dalam acara ini. Foto: Dadang Hermansyah

Tari naga atau disebut liang liong biasa dimainkan pada perayaan Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh. Tari naga diwarnai aksi akrobatik dan dibawakan secara beregu yang memainkan belasan tongkat pada badan naga. Gerakannya dipimpin pemain yang memegang bagian kepala naga.

Saat Cap Go Meh, tari naga diarak bersama-sama dengan komunitas lain. Properti naga dalam festival ini akan dibakar setelah acara selesa sebagai lambang tolak bala.

3. Festival Lampion

Lampion Imlek, ImlekLampion Imlek Foto: iStock

Melansir Indonesia Kaya, lampion berasal dari bahasa Mandarin 'Denglong' yang artinya menerangi. Masyarakat Tionghoa percaya lampion memberi jalan dan menerangi rezeki.

Karena itulah, memasang lampion saat Cap Go Meh diharapkan membawa kebaikan serta keberuntungan. Lampion juga menjadi wujud permohonan dan harapan atas masa depan yang lebih cerah.

4. Pawai Tatung

Seorang Tatung (dukun Tionghoa yang kerasukan arwah leluhur) menancapkan beberapa besi ke mulutnya saat beratraksi dalam pawai perayaan Cap Go Meh 2574 di Kota Singkawang, Kalimantan Barat, Minggu (5/2/2023). Perayaan Cap Go Meh yang dimeriahkan dengan atraksi ratusan tatung dan seni budaya Tionghoa lainnya tersebut kembali digelar di Kota Singkawang setelah sebelumnya vakum selama dua tahun karena pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang/tom.Seorang Tatung (dukun Tionghoa yang kerasukan arwah leluhur) menancapkan beberapa besi ke mulutnya saat beratraksi dalam pawai perayaan Cap Go Meh 2574 di Kota Singkawang, Kalimantan Barat, Minggu (5/2/2023). Perayaan Cap Go Meh yang dimeriahkan dengan atraksi ratusan tatung dan seni budaya Tionghoa lainnya tersebut kembali digelar di Kota Singkawang setelah sebelumnya vakum selama dua tahun karena pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang/tom. Foto: ANTARA FOTO/JESSICA HELENA WUYSANG

Pawai tatung adalah atraksi kesaktian masyarakat Dayak-Tionghoa saat Cap Go Meh. Atraksi yang merupakan perpaduan tradisi Tionghoa dan budaya Dayak ini hanya bisa ditemukan di Singkawang, Kalimantan Barat.

Tatung hanya dilakukan orang khusus yang dirasuki roh, dewa, leluhur, ataupun kekuatan supranatural. Para tatung akan beratraksi dengan menusukkan benda tajam ke tubuhnya. Pawai ini juga dipercaya untuk menolak hal buruk dan mencuci jalan dari roh jahat.




(irb/dte)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads