Prasasti Keben yang berada di Desa Keben, Kecamatan Turi ternyata sudah masuk dalam cagar budaya yang memiliki Surat Keputusan (SK) Bupati. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Lamongan berencana akan melakukan upaya penyelamatan terhadap prasasti ini.
"Prasasti Keben ini sudah teregister masuk dalam daftar cagar budaya di Lamongan yang telah mengantongi SK Bupati Lamongan," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbudl Lamongan Siti Rubikah dalam perbincangannya dengan detikJatim, Selasa (12/12/2023).
Rubikah menuturkan pihaknya memang menerima laporan dari masyarakat terkait keberadaan prasasti Keben ini dan juga keinginan masyarakat agar sejarah prasasti tersebut bisa terkuak. Warga, kata Rubikah, juga berkeinginan agar prasasti tersebut sedapat mungkin dilestarikan keberadaannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami telah melihat ke lokasi dan menyerap keinginan masyarakat setempat agar supaya prasasti Keben ini bisa terus dilestarikan," ujarnya.
Pihaknya, tandas Rubikah, akan berkoordinasi dengan Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jatim terkait upaya penyelamatan yang dapat dilakukan terhadap prasasti yang berada di areal persawahan ini. Dari koordinasi ini, tambah Rubikah, akan diketahui upaya penyelesaian seperti apa yang bisa dilakukab terhadap Prasasti Keben.
"Kami sedang dan tengah berkoordinasi dengan BPK Wilayah XI Jatim untuk upaya penyelamatan seperti keinginan masyarakat," ujarnya.
Kondisi prasasti Keben sendiri saat ini memang sudah terlindungi. Pasalnya, warga sejak lama telah memasang cungkup di atas batu prasasti yang berada di belakang balai desa tersebut. Warga mengenal kawasan dimana prasasti tersebut berada adalah telogo watu yang memang dikeramatkan oleh warga.
"Laporan ke BPK Wilayah XI Jatim juga sedang kami susun agar bisa segera kami kirimkan," tambah Rubikah.
Sebelumnya, Kepala Desa Keben H Abdul Kholik menuturkan, pihak desa telah melaporkan keberadaan prasasti Keben ini ke instansi terkait. Pihak desa, kata Kholik, juga berkeinginan agar ada upaya pelestarian terhadap prasasti ini.
"Kami berharap agar ada upaya pelestarian terhadap prasasti keben ini," ungkap Kholik.
Selain batu prasasti, di sekitar areal yang dikenal warga dengan sebutan telogo watu itu juga banyak ditemukan batu bata berukuran besar. Batu bata tersebut bahkan juga ditemukan di bawah prasasti yang kondisinya masih terpendam di tanah tersebut.
(abq/iwd)