Menyambut peringatan Hari Dongeng Nasional, kita bisa membaca lagi dongeng-dongeng dari Jawa Timur. Dongeng-dongeng ini menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya daerah.
Dongeng Asal Jawa Timur
Ada empat dongeng berasal dari Jawa Timur. Di antaranya Cindelaras, Lembusura, Topeng Kembar hingga Ajisaka. Berikut cerita selengkapnya.
1. Cindelaras
Di Kerajaan Jenggala, pemerintahan Raja Raden Putra diwarnai kehidupan istana yang sarat intrik dan kecemburuan. Meski raja dan ratu terlihat sempurna, kontras dengan kehidupan mereka.
Sosok ratu yang baik, cerdas, dan bijaksana membuat selir cemburu dengan kedekatan ratu dan raja. Si selir pun bersekongkol dengan seorang tabib untuk menyusun rencana jahat. Ia berbohong pada raja bahwa ratu berencana meracuninya sehingga ratu diusir dari istana dalam kondisi mengandung.
Ratu kemudian tinggal di hutan belantara, namun ia tak pernah kehilangan harapan meski hidup dalam keterbatasan. Beberapa bulan kemudian, ratu melahirkan seorang putra yang gagah dan sehat yang diberi nama Cindelaras. Sang anak tumbuh menjadi pemuda tampan dan berani.
Suatu hari, Cindelaras menemukan telur ajaib yang menetas menjadi ayam jago unggul. Berkat keajaiban ayam tersebut, Cindelaras memenangkan pertarungan demi pertarungan, dan namanya mulai dikenal luas.
Raja yang mendengar kehebatan Cindelaras dan ayam jago ajaibnya menantang bertaruh. Jika raja menang, Cindelaras akan dipenjara, tetapi jika Cindelaras menang, raja harus menyerahkan segala harta miliknya.
Pada akhirnya, Cindelaras keluar sebagai pemenang, dan raja menyadari bahwa pemuda itu darah dagingnya sendiri, terbukti dari keajaiban ayam jago tersebut. Kebohongan pun terungkap dan si selir dihukum penjara.
Raja dengan penuh penyesalan mendatangi ratu yang tinggal di hutan untuk meminta maaf. Ratu dengan tulus hati memaafkan dan bersedia kembali ke istana bersama raja.
Cindelaras, yang telah membuktikan kehebatannya, diangkat menjadi putra mahkota. Kembalinya ratu dan Cindelaras ke istana menjadi akhit cerita yang bahagia dan adil di Kerajaan Jenggala.
2. Lembusura
Cerita ini berawal Raja Brawijaya dari Kerajaan Majapahit memiliki seorang putri yang sangat cantik bernama Dyah Ayu Pusparani. Sang raja yang berharap sang putri segera menikah pun memutuskan mengadakan sayembara yang tidak biasa.
Putri Dyah menetapkan bahwa siapa pun yang mampu menggunakan busur Garudayaksa dan gong Kyai Skardelima yang memiliki kekuatan gaib, berhak menjadi pasangan hidupnya.
Namun, sayembara tersebut terbukti sulit, karena tak seorang pun berhasil menggunakan kedua benda tersebut. Raja mulai merasa ragu dan ingin menghentikan sayembara tersebut.
Namun, keberanian seorang pemuda bernama Lembusura tiba-tiba muncul. Dengan percaya diri, Lembusura memenangkan sayembara tersebut. Saat upacara pernikahan hampir tiba, Putri Dyah tidak ingin menikahi pemuda berkepala lembu itu.
Dalam usahanya untuk mengubah nasib, Putri Dyah meminta dibuatkan sebuah sumur di puncak Gunung Kelud untuk mandi. Meskipun terkesan aneh, Lembusura menyetujuinya.
Namun, ketika Lembusura tengah menggali sumur tersebut, beberapa prajurit tiba-tiba menimbunnya hidup-hidup di dalamnya. Sebelum menghadapi ajalnya, Lembusura bersumpah akan membalas dendam dan menghancurkan Kerajaan Majapahit.
Hingga hari ini, masyarakat masih mempercayai bahwa letusan Gunung Kelud yang dahsyat adalah akibat ulah Lembusura yang membalaskan dendamnya terhadap Kerajaan Majapahit.
Cerita ini menjadi legenda yang dikenang dan mengingatkan tentang keberanian Lembusura. Serta bagaimana takdirnya dikaitkan dengan letusan Gunung Kelud yang menakjubkan.
3. Topeng Kembar
Dahulu kala, di Kerajaan Bintolo Jawa Timur, hiduplah Raja Bontolo yang memiliki seorang putri jelita. Kabar kecantikan sang putri menyebar luas, dan banyak pemuda dari berbagai penjuru datang meminangnya.
Di suatu desa kecil, terdapat seorang pemuda yang sehari-hari bersama ibunya membuat topeng. Meskipun mahir membuat topeng, wajah pemuda itu dianggap buruk oleh orang lain.
Kekurangannya ini membuatnya kehilangan kepercayaan diri untuk meminang sang putri, meskipun hatinya terus terpikat oleh kecantikannya. Pemuda itu pun terus-menerus terbayang sang putri hingga membuatnya jatuh sakit.
Ibunya memberikan saran agar pemuda itu menciptakan topeng terbaik yang mampu mengubah penampilannya menjadi tampan. Dengan keberanian baru, ia akhirnya memutuskan meminang sang putri. Keduanya pun saling jatuh cinta.
Namun, rahasia pemuda itu terbongkar, dan ia dihukum sang raja. Berbeda dengan sang putri yang malah menyatakan cintanya tulus. Pemuda itu menyadari kesalahannya dan bersedia menerima hukuman. Mereka akhirnya memutuskan menikah, dan dalam upacara pernikahan memakai topeng yang sama.
Kisah ini kemudian menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk menciptakan sebuah tarian yang dikenal sebagai Joged Topeng Kembar. Tarian ini menjadi terkenal di Jawa Timur, khususnya wilayah Lumajang, sebagai simbol cinta tulus dan keberanian menghadapi kenyataan.
Baca juga: 7 Makhluk Mitologi yang Populer di Jawa |
4. Ajisaka
Kisah ini tentang Ajisaka, seorang ksatria berwajah tampan yang tinggal di Dusun Dadapan, yang berbatasan langsung dengan Kerajaan Medangkamulan. Medangkamulan dikuasai Prabu Dewata Cengkar, seorang penguasa kejam yang suka memangsa perjaka muda dan sehat untuk hidangan makanannya.
Suatu hari, Ajisaka bertemu seorang pemuda yang berusaha melarikan diri dari kejaran pasukan kerajaan. Mendengar kebenaran tentang perilaku kejam Prabu Dewata Cengkar yang merugikan rakyat, Ajisaka memutuskan menemui sang raja.
Dengan berani, Ajisaka menyerahkan dirinya kepada raja, tetapi sebagai imbalan, ia meminta sebidang tanah seluas ikat kepalanya di sebelah selatan Kerajaan Medangkamulan. Prabu Dewata Cengkar setuju dengan permintaan Ajisaka.
Namun ajaibnya, ikat kepala itu tiba-tiba melebar hingga mencapai pantai selatan. Tubuh Prabu terlempar jauh ke tengah laut, dan nasibnya berubah menjadi seekor buaya putih. Ajisaka dengan tegas dan bijaksana memimpin kerajaan sebagai raja baru.
Pada esok harinya, jasad buaya putih yang diyakini sebagai Prabu Dewata Cengkar ditemukan di tepi pantai. Rakyat Kerajaan Jenggala bersukacita, karena mereka kini dapat hidup sejahtera di bawah kepemimpinan Ajisaka yang adil dan bijaksana.
Itulah contoh dongeng asal Jawa Timur. Peringatan Hari Dongeng Nasional tidak hanya menjadi sarana mengenang kisah-kisah masa lalu, tetapi juga memastikan bahwa warisan budaya ini terus hidup dan diwariskan kepada generasi mendatang.
Artikel ini ditulis oleh Tari Pagusa, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(irb/sun)