Kabupaten Malang kaya warisan budaya benda. Setidaknya terdapat 10 warisan budaya benda yang dapat ditemukan di Kabupaten Malang.
Mengutip dari Repositori Institusi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, 10 warisan budaya benda tersebut merupakan bangunan-bangunan bersejarah. Ada candi hingga museum.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warisan Budaya Benda Asal Kabupaten Malang
Lantas apa saja warisan budaya benda yang dapat dijumpai di Kabupaten Malang? Berikut detikJatim rangkumkan 10 warisan budaya benda di Kabupaten Malang.
1. Candi Kidal
![]() |
Warisan budaya benda yang berasal dari Kabupaten Malang ialah Candi Kidal. Lokasinya di Jalan Raya Kidal, Desa Rejokidal, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Tujuan didirikannya Candi Kidal untuk mendarmakan Raja Anusapati agar sang raja diberikan kemuliaan sebagai Syiwa Mahadewa.
Candi Kidal menjadi tempat pemujaan tertua di Jawa Timur. Pasalnya, Candi Kidal didirikan pada 1248 M, tepatnya setelah upacara pemakaman Cradha untuk Raja Anusapati dari Kerajaan Singasari.
Candi Kidal dibentuk menyerupai bujur sangkar yang setiap sisinya berukuran 8,36 meter, yang memiliki penampil dan tangga di sisi barat. Bangunan candi ini didirikan menggunakan batu andesit. Bagian inti pondasi, batur, dan kaki terbuat dari bata.
Bentuk bangunan candi ini mengadopsi candi Jawa Timuran, yang tampak pada kaki candi yang besar dan agak tinggi. Sementara bagian tubuh candi dibangun dengan letak yang sedikit menjorok ke belakang. Bagian atas tubuh candi berbentuk piramida dengan puncak berbentuk kubus.
Ciri khas Candi Kidal terletak pada relief yang mengisahkan cerita Garudeya. Relief ini dibangun untuk memenuhi amanat Anusapati yang ingin merawat sang ibu Ken Dedes. Candi ini ditemukan Thomas Stamford pada 1817.
Kemudian ditetapkan sebagai Cagar Budaya sesuai nomor penetapan SK Menteri No 177/M/1998. Candi Kidal juga ditetapkan sebagai Cagar Budaya Nasional dengan nomor penetapan SK Menteri No.125/M/2016.
2. Candi Singosari
![]() |
Warisan budaya benda selanjutnya yakni Cindo Singosari di Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Candi ini memiliki nama lain Candi Cungkup atau Candi Menara. Nama ini diambil karena Candi Singosari merupakan candi tertinggi pada masanya.
Candi Singosari diperkirakan dibangun sekitar tahun 1300 M sebagai tempat persembahan kepada Raja Kertanegara dari Singasari. Candi ini dibangun di atas batur kaki setinggi 1,5 meter tanpa dilengkapi hiasan atau relief pada kaki candi.
Candi ini ditetapkan menjadi Cagar Budaya Nasional dengan nomor penetapan SK Menteri No 177/M/1998. Selain itu, candi Singosari juga ditetapkan sebagai Cagar Budaya Nasional dengan nomor penetapan SK Menteri No 205/M/2016.
3. Candi Badut
![]() |
Candi Badut dapat ditemukan di Dusun Karang Besuki, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Candi ini pertama kali ditemukan seorang pakar arkeologi pada tahun 1923.
Menurut para ahli, candi ini diduga telah didirikan pada masa pemerintahan Airlangga. Sementara itu, kata Badut didapat dari bahasa Sanskerta yakni Bha-dyut yang memiliki arti sorot bintang canopus atau sorot agastya.
Sejumlah ahli memperkirakan pembangunan candi ini dilakukan atas perintah Raja Gajayana dari Kerajaan Kanjuruhan. Penamaan Candi Badut karena sang raja merupakan sosok yang senang melucu atau dalam bahasa Jawa disebut dengan mbadut.
Bangunan utama candi memiliki bentuk hampir menyerupai bujur sangkar, yang memiliki panjang 7,5 meter, lebar 7,4 meter, serta tinggi 3,62 meter. Terdiri dari empat bagian di antaranya lapik, kaki, badan, dan atap.
Candi Badut ditetapkan sebagai Cagar Budaya berdasarkan nomor penetapan SK Menteri No 177/M/1998, dan ditetapkan sebagai Cagar Budaya Nasional dengan nomor penetapan SK Menteri No 203/M/2016.
4. Candi Jago
![]() |
Selanjutnya Candi Jago. Candi ini sering disebut dengan Candi Tumpang karena lokasinya berada di Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Nama Jago didapatkan dari kakawin Nagarakertagama yakni Jajaghu, yang memiliki arti keagungan atau dalam istilah disebut tempat suci.
Candi ini didirikan pada masa Kerajaan Singhasari, tepatnya pada abad ke-13. Pembangunan candi ini tidak terlepas dari kisah tokoh Wisnuwardhana. Adapun aliran dari candi ini ialah agama Syiwa Buddha Tantrayana.
Bangunan Candi Jago berdenah empat persegi panjang dengan kaki candi berundak teras tiga, serta badan yang berada di bagian belakang dari teras tertinggi. Keunikan candi ini dapat terlihat pada konstruksi bangunan yang makin ke atas makin bergeser ke belakang.
Candi ini ditetapkan sebagai Cagar Budaya sesuai dengan nomor penetapan SK Menteri No 177/M/1998. Sementara itu, berdasarkan nomor penetapan SK Menteri No 203/M/2016, candi Jado ditetapkan sebagai Cagar Budaya Nasional.
5. Petirtaan Watugede
![]() |
Penetapan petirtaan ini menjadi Cagar Budaya tercantum dalam nomor penetapan SK Menteri No PM.56/PW.007/MKP/2010. Petirtaan Watugede menjadi salah satu bangunan peninggalan pada masa Hindu Buddha.
Di mana pada masa itu, petirtaan menjadi bangunan penting untuk pelengkap bangunan candi, penyucian seseorang, dan penyembuhan penyakit. Menurut para ahli, gaya hiasan Petirtaan Watugede menunjukkan bahwa bangunan ini sudah ada sejak abad ke-14.
Pada abad tersebut saat ditemukannya Petirtaan Watugede merupakan zaman kekuasaan Kerajaan Majapahit. Bangunan seluas 112,5 meter persegi ini ditemukan arkeolog Belanda pada 1925.
6. Stupa Sumberawan
Stupa Sumberawan menjadi satu-satunya stupa yang dapat dijumpai di Jawa Timur. Adapun stupa ini dapat ditemukan di Dusun Sumberawan, Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.
Stupa ini didirikan sekitar abad 14-15 masehi, tepatnya pada zaman Majapahit. Stupa Sumberawan pertama kali ditemukan di abad ke-20 tepatnya tahun 1904. Diduga pendirian stupa ini sebagai tempat pemujaan.
Sumberawan diduga merupakan nama suatu desa yakni Sumber Awan. Tetapi, versi lain menyebutkan nama Sumberawan berasal dari dua kata 'Sumber' dan 'Rawan' yang berarti telaga. Hal ini lantaran lokasi Stupa Sumberawan berada di dekat sekumpulan sumber air yang membentuk suatu rawan atau telaga.
Stupa ini dibangun dari batu andesit dengan panjang 6,25 meter, lebar 6,25 meter, serta tinggi mencapai 5,23 meter. Stupa ini membentuk bujur sangkar dengan lapik memiliki delapan sisi dilengkapi bantalan Padma. Stupa ini ditetapkan Cagar Budaya melalui nomor penetapan SK Menteri No Pm.56/PW/007/MKP/2010.
7. Museum Dirgantara Albertus Sulaksono
Museum yang diresmikan pada 8 Mei 2013 ini berada di kompleks Pangkalan TNI AU Lanud Abdulrachman Saleh. Karena belum memiliki ruang sejarah, para perwira di Lanud Abdulrachman Saleh mencetuskan didirikannya Museum Dirgantara.
Nama Dirgantara Albertus Sulaksono diambil dari nama mendiang Marsma TNI Anumerta Albertus Sulaksono, yang gugur dalam insiden jatuhnya pesawat yang diawakinya Cassa A-2106.
Pesawat tersebut jatuh di Gunung Salak Bogor pada 26 Juni 2008. Sebagai wujud penghargaan kepada Marsma TNI Anumerta Albertus Sulaksono, namanya kemudian diabadikan sebagai nama museum.
Terdapat delapan ruangan, di antaranya Skadron 4, Skadron 32, Skadron 21, Skadron Teknik (Skatek), Batalyon Komando Paskhas 464, Ruang Polisi Militer (POM) TNI AU, Stan Rumah Sakit dr. Munir, dan Lanud Abdulrachman Saleh.
8. Museum Singhasari
Museum yang berlokasi di dalam kompleks perumahan Singhasari Residence, Desa Klampok, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang ini diresmikan pada 20 Mei 2015.
Museum ini menyimpan sejumlah koleksi di tiga ruangan berbeda. Ruangan pertama menyimpan sejumlah koleksi keris, topeng malangan, hingga bebatuan. Sementara ruangan kedua, terdapat koleksi peninggalan benda-benda logam.
Ruangan ketiga, ada tiga miniatur candi peninggalan Kerajaan Singosari dan diorama masa kerajaan. Selain koleksi-koleksi tersebut, pengunjung dapat menjumpai delapan arca di dalam museum.
Di antaranya dua Arca Ganesha, arca Dewi Durga, arca Nandi, arca Nandiwara, arca Mahakala, arca Nandikala, serta arca Mahisa. Museum ini juga menampilkan sejumlah patung dari logam. Di antaranya patung Ganesha, Semar, dan masih banyak lagi.
9. Museum Kesehatan Jiwa Lawang
Museum yang menjadi warisan budaya benda di Kabupaten Malang ini berada di kompleks Rumah Sakit Jiwa dr. Radjiman Wediodiningrat. Museum Kesehatan Jiwa Lawang diresmikan Dirjen Pelayanan Medik Departemen Kesehatan pada 23 Juni 2009. Museum ini menjadi pelopor museum kesehatan jiwa di Indonesia.
Museum ini menyimpan lebih dari 700 koleksi benda berkaitan dengan perkembangan kesehatan jiwa di Indonesia, pada masa zaman penjajahan Belanda hingga Kemerdekaan. Seperti peralatan kesehatan, dokumen, hingga lukisan karya pasien RSJ.
10. Museum Panji
![]() |
Museum Panji berada di Jalan Raya Bangilan Nomor 1, Desa Slamet, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Museum ini didirikan di atas lahan seluas tiga hektare pada 2014.
Nama Panji didapat dari salah seorang tokoh asal Malang pada masa Kesultanan Mataram. Panji merupakan tokoh yang bersikeras untuk menyatukan Pulau Jawa di sekitar tahun 1600.
Museum ini terbagi menjadi empat bangunan utama yang menyimpan koleksi berbeda. Di antaranya cerita panji di bidang pertunjukan, cerita panji dan sejarah, diorama cerita populer panji, dan cerita panji di masa kini.
(irb/irb)