Ludruk adalah kesenian rakyat Jawa Timur berbentuk sandiwara, yang dipertontonkan dengan menari dan menyanyi. Diketahui, kesenian ini sudah berkembang sejak zaman sebelum proklamasi kemerdekaan.
Saat itu, ludruk banyak digunakan masyarakat sebagai alat propaganda. Maupun mengkritik kinerja pemerintah.
Dalam kesenian ludruk, lakon atau cerita yang ditampilkan merupakan cerminan dari kehidupan sehari-hari maupun cerita legenda. Lakon yang disampaikan selalu memiliki pesan moral agar para penontonnya senantiasa berbuat kebaikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karakternya seringkali digambarkan memiliki sifat kepahlawanan. Sehingga diharapkan penontonnya dapat meniru sifat tersebut.
Lakon Ludruk Populer tentang Kisah Kepahlawanan
1. Sarip Tambak Oso
Sarip Tambak Oso mengambil latar belakang di Desa Tambak Oso, Waru, Sidoarjo. Lakon ini merupakan salah satu bentuk sastra lisan yang disebarkan melalui kesenian ludruk.
Awalnya, cerita ini tersebar dari mulut ke mulut. Kemudian diolah ke dalam pementasan ludruk dengan menambahkan efek dramatis dan lawakan.
Lakon ini menceritakan tentang seorang lelaki bernama Sarip yang kerap kali merampok rumah milik orang Belanda. Kemudian hasil curian tersebut dibagikan kepada rakyat pribumi yang dilanda kemiskinan.
Dengan kesaktian yang dimilikinya, Sarip berusaha melarikan diri dari kejaran Pemerintah Belanda yang hendak membunuhnya.
2. Joko Sambang Pendekar Gunung Gangsir
Joko Sambang Pendekar Gunung Gangsir menjadi salah satu sastra lisan yang dipentaskan dalam kesenian ludruk di Kediri, pada tahun 2017 oleh Komunitas Ludruk Jawa Timur.
Lakon ini bercerita tentang Joko Sambang yang hidup pada masa pemerintahan Belanda. Saat itu, Belanda memberlakukan sistem kerja paksa bagi rakyat pribumi.
Konflik bermula ketika seorang lurah melayangkan tuduhan kepada Ayahnya, sehingga dirinya harus berakhir ditawan oleh Belanda. Permasalahan semakin runyam saat Joko Sambang terlibat pertarungan melawan lurah tersebut demi membela sang Ayah.
3. Raden Said
Raden Said mengisahkan tentang putra dari Adipati Tuban Arya Wilawatikta, yang berjuang melawan segala ketidakadilan yang dirasakan oleh rakyat kecil karena keserakahan para pejabat korupsi. Raden Said pun kerap melakukan tindakan pencurian di beberapa rumah orang kaya, termasuk rumah orang tuanya sendiri.
Dari hasil curian tersebut ia bagikan kepada rakyat kecil. Saat itu, Sunan Bonang tertarik untuk menjadikannya sebagai murid.
Sampai akhirnya, Raden Said berhasil ditaklukkan oleh Sunan Bonang. Ia pun dijadikan sebagai murid oleh Sunan Bonang dan dianjurkan untuk menebar kebaikan di wilayah sekitar Sungai Langse.
4. Tragedi Bumi Rungkut
Tragedi Bumi Rungkut mengangkat kisah tentang kepahlawanan warga Rungkut bernama Mat Gender. Mat Gender melakukan upaya pelarian diri ke Wonoayu dari kejaran Belanda.
Ia pun berusaha mengumpulkan kekuatan untuk memberikan perlawanan. Di tengah perlawanannya, Mat Gender terlibat asmara dengan seorang anak dari mata-mata Belanda. Perjuangannya pun semakin rumit ketika dirinya dihadapkan dengan situasi melawan bangsanya sendiri.
5. Sakerah
Sakerah menceritakan tentang kehidupan seorang buruh pabrik gula di Bangil bernama Sadiman. Ia memiliki watak mulia, yakni suka memperhatikan rakyat kecil.
Karena kebaikannya, dia dijuluki sebagai sakerah dalam bahasa Kawi, yang artinya ringan tangan dan mempunyai banyak teman.
Saat itu, Belanda hendak menguasai perusahaan. Segala cara dilakukan untuk mengambil pabrik tersebut.
Tak terkecuali melakukan kekerasan kepada rakyat. Melihat ketidakadilan tersebut, Sakerah pun melawan hingga akhirnya dia menjadi buronan polisi pemerintah Hindia Belanda.
Artikel ini ditulis oleh Savira Oktavia, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(sun/iwd)