Desa Balun di Lamongan selama ini dikenal dengan julukannya sebagai desa Pancasila. Selain itu, desa yang berada di Kecamatan Turi itu juga dikenal karena keberadaan makam Mbah Alun.
Mbah Alun dipercaya sebagai orang yang babat alat kawasan setempat. Nama Balun sendiri konon diambil dari nama Mbah Alun. Makamnya selalu ramai dikunjungi peziarah, terutama pada hari pasaran Jumat Kliwon.
"Mbah Alun atau Mbah Sin Arih ini adalah leluhur Desa Balun berasal dari Sunan Tawang Alun I yang belajar mengaji di bawah asuhan Sunan Giri IV (Sunan Prapen)," kata juru kunci Makam Mbah Alun, Nursalim, Jumat (10/11/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Makam Mbah Alun selalu ramai dikunjungi oleh para peziarah di hari pasaran Jumat Kliwon. Di hari pasaran tersebut, jumlah peziarah yang datang di makam Mbah Alun rata-rata bisa mencapai hampir 1.500 peziarah yang datang tidak hanya dari Lamongan saja, bahkan ada yang datang dari luar daerah.
"Kalau peziarah yang datang bisa mencapai 1500-an saat hari pasaran Jumat Kliwon," ujarnya.
Menurut Nur Salim, selain Jumat Kliwon, ada waktu-waktu yang juga ramai yakni sebelum musim tanam dan setelah panen, yaitu antara September dan Oktober.
![]() |
Pada saat itulah, jumlah peziarah bisa mencapai 2.500. Ramainya peziarah ini biasanya terjadi mulai malam Jumat hingga pagi dan sore di hari pasaran Jumat Kliwon.
"Makam Mbah Alun ini paling ramai dikunjungi saat sebelum musim tanam dan setelah panen, antara September dan Oktober," lanjutnya.
Makam Mbah Alun ini dikelola oleh desa yang pembiayaannya diambilkan dari APBDes. Ramainya peziarah saat Jumat Kliwon ini menarik banyak pelaku UMKM yang menjajakan dagangannya di sekitar lokasi makam.
Kepala Disparbud Lamongan Siti Rubikah menambahkan Desa Balun yang berjarak kurang lebih hanya 4 km dari kota Lamongan memang menjadi salah satu desa yang dikenal sebagai desa wisata religi. Tidak hanya makam Mbah Alun, kata Rubikah, dari desa ini juga dapat dipelajari bagaimana indahnya toleransi antar umat beragama karena 3 umat beragama, yaitu Islam, Kristen dan Hindu hidup berdampingan.
"Desa Balun ini memang dikenal sebagai Desa Pancasila karena ke-binekaannya, semuanya hidup rukun dan damai," jelas Rubikah.
Rubikah mengungkapkan berbeda dari yang lain, Desa Balun menyuguhkan wisata edukasi yang mengangkat tema toleransi serta pengenalan terhadap 3 rumah ibadah yang berbeda.
Semua itu diimbangi dengan pemaksimalan UMKM yang berada di pusat desa guna memberikan fasilitas kepada wisatawan seperti tempat beristirahat dan mencicipi makanan di area food court juga sebagai bentuk usaha mewujudkan pembangunan inklusif objek wisata di Lamongan.
"Dengan jarak tempuh hanya sekitar 4 kilometer dari pusat kota, Desa Balun menjadi salah satu objek yang wajib masuk dalam list wisata jika berkunjung ke Lamongan," tandas Rubika.
(abq/iwd)