Di Jawa Timur, ada upacara adat kematian yang masih dilakukan sebagai salah satu bentuk tradisi. Upacara adat kematian itu merupakan wujud rekonstruksi kehidupan yang dimunculkan kembali secara kompleks.
Adanya ragam upacara adat kematian dikarenakan perbedaan latar belakang kebudayaan pelaksananya. Perbedaan itu dapat terjadi karena kedudukan jenazah, seperti dari kalangan kaum bangsawan atau kalangan masyarakat umum.
Perbedaan sistem kepercayaan yang dianut oleh masyarakat juga membentuk variasi dalam rangkaian upacara kematian. Berikut ini uraian mengenai upacara adat kematian di Jawa Timur dikutip dari buku Upacara Tradisional (Upacara Kematian) Daerah Jawa Timur karya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Tradisi Hitungan Weton dalam Pernikahan Jawa |
Kebiasaan Unik dalam Upacara Adat Kematian di Jawa Timur:
- Apabila jenazah masih berusia bayi, maka makamnya diberi kelapa muda sebagai pengganti susu.
- Apabila jenazah merupakan seorang remaja yang belum menikah, maka dilakukan iring-iringan dengan kembar mayang ketika menghantarkan jenazah ke makamnya. Kembar mayang ini berupa bunga-bungaan dan daun kelapa muda. Di samping kembar mayang, bunga yang ditaburkan berisi beras kuning dan daun sirih yang digulung.
- Di Jawa Timur terdapat adat menunggu makam seorang wanita yang meninggal karena melahirkan, selama tujuh hari sejak kematiannya. Hal ini dilakukan untuk menghindari penjahat yang menggunakan kain kafan yang membungkus jenazah perempuan, sebagai jimat pelindung karena dipercaya kain kafan itu mempunyai kesaktian.
- Kebiasaan meletakkan sebilah pisau atau belati pada makam seseorang yang meninggal karena ilmu sihir, dengan maksud agar seseorang yang menyebabkan kematiannya akan terluka atau sakit.
- Apabila jenazah merupakan seorang wanita yang meninggal dunia karena melahirkan, dan bayinya dapat diselamatkan, maka sewaktu jenazahnya dimakamkan bersamaan dengan diletakkan sebuah bunga pisang yang dibungkus seperti bayi. Tujuannya agar jenazah dapat mengenang bayinya.
- Apabila jenazah merupakan seorang wanita yang meninggalkan anak-anaknya yang masih berusia 1-5 tahun, maka anak tersebut akan diberi nama baru supaya ketika roh sang ibu datang kembali, maka roh itu tidak dapat mengenal anak-anaknya.
Tahapan Upacara Adat Kematian di Jawa Timur:
1. Upacara Menjelang Kematian
Upacara ini dilakukan, terutama ketika terjadi situasi kritis yang berkepanjangan pada seseorang yang mengalami peristiwa kematian yang biasa. Bukan meninggal karena kecelakaan, bunuh diri atau karena sebab lain yang tidak diketahui pihak keluarga.
Pada tahap ini, para tetangga akan datang untuk menangi atau menyaksikan sebelum orang itu meninggal dunia. Mereka akan membacakan Surat Yasin dengan harapan agar proses sakaratul maut itu segera berakhir.
Sementara itu, pihak keluarga berusaha menuntaskan nazar atau hutang milik orang yang akan meninggal. Apabila orang itu mempunyai ilmu gaib yang menghambat kematiannya, maka pihak keluarga akan memotong rambutnya dan memberikan makanan yang menjadi pantangannya.
2. Upacara Perawatan Jenazah
Sanak saudara atau tetangga wanita akan melemparkan uang logam ke dapur dan air yang akan digunakan untuk membuat ramuan pencuci rambut jenazah, lalu menyiapkan makanan dan minuman. Sementara itu, para pria akan mempersiapkan proses pemakaman.
Jenazah akan diletakkan ke tempat yang lebih tinggi dan tidak menyentuh tanah sebagai bentuk penghormatan dengan posisi menghadap kiblat. Pada keempat kakinya dimasukkan ke dalam tempat yang berisi air untuk menghindari serangga.
Selain itu, juga disediakan lampu minyak kelapa atau lentera yang dipercaya dapat menghantarkan roh jenazah dalam perjalanan menuju akhirat.
Selama tahapan ini, seluruh orang tidak diperkenankan membicarakan hal-hak buruk maupun menangis secara berlebihan. Melainkan dianjurkan membaca sholawat beserta Al-Qur'an.
Ketika proses memandikan, jenazah dibaringkan dengan posisi kepala di timur dan kaki di barat, karena terdapat kepercayaan yang mengatakan bahwa matahari yang terbit dari timur melambangkan lahirnya manusia. Sedangkan tenggelamnya matahari di barat melambangkan akhir hayat manusia.
Di tempat pemandian jenazah, telah disediakan dua buah tempat air berisi air yang diberi ramuan kembang telon, dan satu jun berisi air bersih untuk membilas jenazah, serta bokor berisi ramuan untuk mencuci rambut. Jenazah juga dimandikan menggunakan air daun kelor yang dipercaya dapat menetralisir kekuatan gaib yang dimiliki jenazah.
Selanjutnya, jenazah akan disembahyangkan di rumah lalu diletakkan di dalam keranda yang diberi rangkaian bunga kenanga, melati dan janur kuning sebelum proses pemakaman dimulai.
Pada tahap pelepasan jenazah dilakukan upacara brobosan. Brobosan dilakukan dengan cara melangkah di bawah keranda yang sedang berhenti sebelum berangkat ke makam pada jenazah yang telah memasuki usia dewasa.
Proses ini dilakukan oleh anak cucunya secara bergantian sebanyak tiga kali. Dimulai dari sebelah kanan jenazah, berbalik, dan masuk lagi dari sisi kanan.
Kemudian terdapat upacara papasan yakni melepaskan seekor ayam tulak untuk diperebutkan oleh anak-anak. Mereka yang berhasil menangkapnya berhak memiliki ayam itu. Papasan ini dilakukan untuk menolak malapetaka yang diakibatkan dari kematian yang jatuh pada hari Jum'at.
Baca juga: 3 Budaya Unik dari Jawa Timur |
Setelah itu diadakan upacara kutug-kutug dengan membakar kemenyan atau garam menggunakan tangkai batang padi, sembari membaca mantra yang dinilai mampu menghubungkan arwah leluhur dengan seseorang yang telah meninggal dunia.
Upacara mecah kendhi atau gerabah dilakukan apabila jenazah memilih keinginan yang belum sempat terlaksana. Upacara ini disaksikan oleh banyak orang.
Jenazah diberangkatkan menuju tempat peristirahat terakhir dengan bacaan Sholawat Nabi. Selama perjalanan menuju tempat pemakaman, di belakang rombongan terdapat seseorang yang menebarkan sawur yang terdiri dari rambuan suruh, beras kuning, kembang boreh, bunga kenangan, melati, uang logam, bunga mawar, dan air.
Sawur ini merupakan simbolis untuk mentralisir pengaruh buruk karena dilewati oleh jenazah tersebut.
3. Upacara Pemakaman Jenazah
Jenazah akan diletakkan ke dalam liang lahat. Kemudian, akan dibacakan azan dan ditutup dengan iqomat, serta talkin.
Masyarakat juga memiliki kebiasaan membakar kemenyan di atas pusara dengan tujuan agar roh mendiang dapat naik ke alam akhirat.
4. Upacara Setelah Pemakaman
Terdapat beberapa upacara berupa serangkaian selamatan yang dilakukan setelah jenazah dimakamkan, hingga seribu hari setelah orang meninggal dunia. Yang terdiri atas:
- Selamatan geblakan
- Selamatan 3 hari
- Selamatan 7 hari
- Selamat 40 hari
- Selamatan 100 hari
- Selamatan pendak pertama
- Selamatan pendak kedua
- Selamatan pendak ketiga atau seribu hari
- Selamat ngirim
Tujuan diadakannya serangkaian upacara tersebut, di antaranya agar pihak keluarga yang ditinggalkan terhindari dari segala malapetaka, bentuk permohonan ampun kepada Sang Pencipta, dan mengharapkan keselamatan bagi yang meninggal.
Artikel ini ditulis oleh Savira Oktavia, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(sun/iwd)