Mengenalkan potensinya sebagai penghasil tenun ikat yang sudah mendunia, desa di Lamongan menggelar festival mural. Sasarannya, tembok pinggir jalan dipercantik dengan mural yang diikuti puluhan seniman Lamongan.
Bukan sembarang festival, festival mural yang berlangsung di Desa Parengan, Kecamatan Maduran, ini memiliki tema besar mengenalkan tenun ikat Parengan yang sudah mendunia. Festival mural ini menjadi promosi tenun ikat Parengan yang dikemas kekinian dengan melibatkan seniman muda berbakat Lamongan.
"Sejak lama tenun ikat Parengan ini sudah terkenal dan sudah di ekspor ke beberapa negara," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Lamongan Siti Rubikah saat festival mural, Sabtu (16/9/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain diekspor ke luar negeri, kain tenun ikat Parengan juga sudah dipakai orang-orang terkenal yang ada di Indonesia. Bahkan, Gubernur Jatim Khofifah Indar parawansa pun pernah berkunjung ke desa yang masuk dalam wilayah administratif Kecamatan Maduran ini.
Rubikah menyebut, festival mural ini adalah jufa bagian dari promosi tenun ikat Parengan.
"Festival mural tenun ikat Parengan ini bertujuan untuk meningkatkan daya tarik Desa Parengan sebagai destinasi wisata tenun ikat," ujarnya.
Pada festival mural yang baru pertama kalinya digelar ini, terang Rubikah, dimeriahkan oleh 25 tim seniman mural dari lembaga pendidikan hingga komunitas seni lukis. Kerajinan tenun ikat ini, tambah Rubikah, sudah ada sejak zaman kolonial ini dan merupakan pengembangan komoditi yang dapat membangkitkan ekonomi masyarakat.
"Tenun ikat merupakan warisan leluhur yang memiliki nilai budaya, sejarah, dan tentunya ekonomi yang megilan," jelasnya.
Salah satu tim yang ikut andil dalam festival mural ini adalah tim dari MAN 1 Lamongan. Guru MAN 1 Lamongan, M Akhyak menyebut, ia bersama siswa-siswa MAN 1 Lamongan dengan senang hati mengikuti festival mural ini. Selain bisa sebagai ajang untuk mengasah kreatifitas, terang Titik, Festival mural ini bisa mengangkat nilai-nilai filosofis tenun ikat Parengan ke dalam kanvas mural.
"Kami senang bisa ikut berpartisipasi dalam festival mural ini untuk semakin mengenalkan tenun ikat Parengan kepada masyarakat luas," jelasnya.
Kepala Desa Parengan Slamet Rosyidi mengungkapkan, penjualan tenun ikat Parengan lebih banyak di kawasan Timur Tengah. Untuk harga jual, Slamet menyebut, tenun ikat Parengan dijual mulai harga ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
"Di Parengan mayoritas masyarakat menjadi pengrajin tenun ikat Parengan, kalau distributornya ada sekitar 40an. Pasaran kita saat ini ramai di Timur Tengah, untuk harganya sendiri kita jual mulai ratusan ribu sampai 1,5 juta per meternya," tegasnya.
Sementara Bupati Lamongan Yuhronur Effendi menuturkan, Pemerintah Kabupaten Lamongan terus perkenalkan tenun ikat melalui UMKM. Bahkan, kata Pak Yes panggilan akrabnya, pihaknya telah menetapkan peraturan pemakaian ikat tenun sebagai salah satu pakaian wajib bagi ASN Lamongan.
"Kerajinan yang sudah ada sejak zaman kolonial ini merupakan pengembangan komoditi yang dapat membangkitkan ekonomi masyarakat. Maka dari itu, tugas kita ialah melestarikan dengan mengembangkan untuk kebangkitan ekonomi untuk masyarakat di Kabupaten Lamongan," pungkasnya.
(dpe/fat)