Nama Tribhuwana Tunggadewi diabadikan menjadi nama Bus Trans Jatim Koridor II trayek Mojokerto-Surabaya. Siapakah sosok Tribhuwana Tunggadewi?
Bus Trans Jatim Koridor II trayek Mojokerto-Surabaya mulai beroperasi pada Senin (21/9/2023). Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa yang meresmikan armada angkutan umum tersebut meminta gambar Tribhuwana Tunggadewi direvisi.
Alasannya, Khofifah menilai gambar Tribhuwana Tunggadewi pada bus tidak menggambarkan kecantikan Ratu Majapahit tersebut. Gambar Tribhuwana Tunggadewi berada di bodi samping bus dalam gambar arca.
Berikut sejarah dan jejak kehidupan Tribhuwana Tunggadewi. Apa saja pengaruhnya dalam membangun peradaban Majapahit. Mari berkenalan dengan sosok inspiratif Tribhuwana Tunggadewi.
Mengenal Sosok Tribhuwana Tunggadewi
Dalam kisah gemilang sejarah Nusantara, nama Tribhuwana Tunggadewi bersinar sebagai salah satu sosok perempuan kuat yang memimpin Kerajaan Majapahit. Sebagai ratu yang bijaksana dan tegas, dia tidak hanya berhasil menjaga kestabilan kerajaan, tetapi juga memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan budaya dan politik di masa itu.
Nama asli Tribhuwana Wijayatunggadewi adalah Dyah Gitarja. Ia merupakan putri dari pendiri Majapahit, Raden Wijaya dan Gayatri. Mempunyai adinda kandung bernama Dyah Wiyat dan kakak tiri bernama Jayanagara.
Setelah Raden Wijaya meninggal dunia, takhta kerajaan diwariskan kepada salah seorang keturunannya bernama Jayanegara. Selama memimpin, Jayanegara khawatir adiknya akan merebut kekuasaan, sehingga ia melarang kedua adik perempuannya menikah.
Nahas, Jayanegara tewas terbunuh oleh tabibnya sendiri pada 1328. Setelah itu para kesatria berdatangan untuk melamar Dyah Gitarja dan Dyah Wiyat. Akhirnya setelah sayembara, didapat dua laki-laki yaitu Cakradhara sebagai suami Dyah Gitarja dan Kudamerta sebagai suami Dyah Wiyat.
Cakradhara diberi nama Kertawardhana Bhre Tumapel, dan dari perkawinan ini lahir Dyah Hayam Wuruk dan Dyah Nertaja. Hayam Wuruk diangkat sebagai yuwaraja dengan nama Bhre Kahuripan atau Bhre Jiwana, dan Dyah Nertaja diangkat sebagai Bhre Pajang.
Tewasnya Jayanegara membuat Gayatri harus naik takhta menggantikan posisinya sebagai penguasa Majapahit. Meskipun demikian, Gayatri telah memilih jalannya sendiri menjadi seorang pendeta Budha, sehingga tidak bisa dinobatkan menjadi raja. Namun, atas perintah ibunya, Dyah Gitarja naik menggantikan posisi sang ibu.
Sejak saat itu, ia resmi menjadi penguasa ketiga Majapahit dengan menyandang gelar Sri Tribhuwana Tunggadewi Maharajasa Jayawisnuwardhani. Ia dikenal sebagai ratu dengan jiwa keberanian yang tinggi di medan perang.
Dia pernah menjalankan tugas sebagai panglima perang pada saat terjadi pemberontakan Sadeng dan Keta pada 1331. Hingga akhirnya, Tribhuwana berhasil menumpaskan Sadeng. Pada masa kejayaannya, Majapahit semakin gencar melakukan perluasan wilayah.
Dialah yang mengangkat Gajah Mada sebagai Mahapatih. Dan di hadapannya pula Gajah Mada mengucapkan sumpahnya yang dikenal dengan nama "Sumpah Palapa" bahwa ia tak akan memikirkan duniawi sebelum berhasil mempersatukan Nusantara.
Selama pemerintahan Tribhuwana, Sumpah Palapa dilaksanakan dan wilayah Majapahit berkembang ke segala arah. Pada 1343, Majapahit mengalahkan raja Kerajaan Pejeng (Bali), Dalem Bedahulu, dan belakang semua Bali.
Pada 1347, ia mengirimkan sepupunya, Adityawarman, yang berasal dari Melayu, untuk menaklukkan kerajaan Sriwijaya dan Malayu yang tersisa. Ia kemudian menjadi raja bawahan Majapahit di Sumatra.
Sepeninggal Gayatri pada 1350, berakhirlah masa kejayaan Tribhuwana Tunggadewi. Walaupun posisinya sebagai penguasa Majapahit hanya menggantikan ibunya, akan tetapi Tribhuwana Tunggadewi tetap memegang peran penting dalam sejarah perkembangan Majapahit. Ia sosok berjasa di balik usaha memperluas wilayah Majapahit hingga terus berkembang dan mencapai masa kejayaan pada pemerintahan Hayam Wuruk.
Takhta kerajaan Majapahit pun kembali diteruskan ke keturunan Gayatri bernama Hayam Wuruk. Majapahit terus berkembang selama pemerintahan Hayam Wuruk. Kawasannya mencakup Lamuri di ujung barat dan Wanin di ujung timur.
Pengaruh Besar Tribhuwana Tunggadewi
Dilansir dari E-Journal Universitas Negeri Padang, Tribhuwana Tunggadewi memiliki pengaruh besar yang membentuk arah perkembangan Kerajaan Majapahit dan sejarah Nusantara pada masa itu. Berikut beberapa pengaruhnya yang signifikan.
1. Kepemimpinan Stabil
Tribhuwana Tunggadewi mewarisi takhta Majapahit dalam situasi yang kompleks. Namun, kepemimpinannya yang tegas dan bijaksana membantu menjaga stabilitas kerajaan.
2. Konversi Agama
Tribhuwana Tunggadewi memainkan peran penting dalam penyebaran agama Buddha di Kerajaan Majapahit. Konversi agama ini tidak hanya memengaruhi kehidupan beragama, tetapi juga memberikan dampak pada budaya dan seni, serta hubungan diplomasi dengan kerajaan-kerajaan tetangga.
3. Peningkatan Ekonomi dan Pertanian
Ketika berkuasa, Tribhuwana Tunggadewi menerapkan kebijakan ekonomi dan pertanian yang cermat.
4. Hubungan Diplomatik dan Perluasan Wilayah
Tribhuwana Tunggadewi menjalin hubungan diplomatik kerajaan-kerajaan tetangga dan mengamankan perjanjian politik yang menguntungkan Majapahit.
5. Pengembangan Budaya dan Seni
Di bawah kepemimpinannya, terjadi pengembangan seni dan budaya yang pesat. Tribhuwana Tunggadewi berhasil memberikan sumbangsih yang penting terhadap perkembangan Majapahit. Kepemimpinannya memperkaya sejarah dan melukiskan gambaran kecerdasan, keteguhan, serta dedikasi untuk mewujudkan perubahan positif.
Itulah seputar sosok Tribhuwana Tunggadewi dan apa saja kontribusinya terhadap Kerajaan Majapahit, serta dampaknya bagi masyarakat pada zaman itu. Semoga membantu!
Artikel ini ditulis oleh Neshka Rizkita dan Savira Oktavia, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
Simak Video "Kekuasaan Kerajaan Majapahit, Kejayaan Nusantara"
(irb/sun)