Ada banyak tempat yang disebut atau dikenal angker, yang bikin bulu kuduk berdiri. Termasuk di Jombang, Jawa Timur.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), angker berarti tampak seram dan tidak semua orang dapat menjamahnya karena dianggap berhantu. Atau tampak menyeramkan (menakutkan).
Jombang dikenal sebagai Kota Santri karena berdiri banyak pondok pesantren (Ponpes) di sana. Terlepas dari itu, sama seperti daerah lainnya, banyak tempat yang dikenal angker di Jombang. Berikut ini beberapa di antaranya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tempat Angker di Jombang:
1. Dam atau Bendungan Seloemboeng
Dam atau Bendungan Seloemboeng berada di di Desa Penggaron, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang. Masyarakat Jombang mengenal Bendungan Seloemboeng sebagai tempat yang angker.
Ada makhluk halus sebagai penunggu Bendungan Seloemboeng. Ditambah ada patung kepala raksasa yang menempel pada bendungan tersebut, sehingga dirasa menambah kesan mistis.
Bendungan Seloemboeng dibangun pada era penjajahan Belanda tahun 1911. Tak ayal, bendungan berusia lebih dari 100 tahun ini kerap membuat pengunjung bergidik. Berani berkunjung?
2. Dusun Ngengkreng
Dusun Ngengkreng di Desa Sumbersari, Kecamatan Megaluh, tak berpenghuni alias dusun mati. Dusun ini sempat dihuni 11 kepala keluarga, tetapi lambat laun dusun ini ditinggal penghuninya karena merantau.
Ada pula yang menyebut Dusun Ngengkreng angker sehingga ditinggalkan dan warga memilih pindah ke dusun sebelah. Dusun Ngengkreng telah dihapus secara administratif.
Jika pergi ke sana, detikers akan menemukan banyak pepohonan, sumur tua, dan kuburan. Beberapa kisah mistis dari Dusun Ngengkreng seperti terdengar suara auman harimau dan terlihat pengendara. Cukup membuat bulu kuduk merinding bukan?
3. Gunung Tunggrono
Gunung Turonggono terletak di antara Kecamatan Jombang dan Kecamatan Perak. Kawasan Gunung Tunggrono merupakan bukit gersang dengan kondisi tanah kurang subur, sehingga dimanfaatkan sebagai tambang galian C seperti pasir, kerikil, batu kali, dan tanah uruk.
Bekas tambang galian tersebut masih tersisa kubangan dan galian. Meski begitu, tempat ini menjadi destinasi wisata saat sore hari untuk menikmati sunset (matahari tenggelam) dan bersepeda ekstrem.
Namun, di Gunung Tunggrono terdapat pohon asam tua yang diyakini dihuni makhluk tak kasat mata. Tak hanya itu, pernah ada peristiwa anak-anak tenggelam setelah memakan ikan hasil tangkapan di sana.
4. Eks Asrama Batalyon 503 Korem Mojokerto
Eks Asrama Batalyon 503 Korem Mojokerto atau eks Batalyon Denanyar terletak di Desa Denanyar, Kecamatan Jombang. Bangunan ini dibangun pada 1948 atas perintah Jenderal Soedirman.
Seiring berjalannya waktu, bangunan ini beralih fungsi menjadi Sentra Pelayanan Pertanian Padi Terpadu (SP3T). Pada 17 Agustus 1948 terjadi peristiwa berdarah yang mengakibatkan anggota TNI tewas. Saat itu, Kopral Andi melakukan penembakan terhadap sejumlah anggota TNI. Kemudian ia mengakhiri hidupnya.
Setelah kejadian itu, bangunan asrama tepatnya di gudang penyimpanan amunisi terkenal. Aura mistis terasa kental hingga akhirnya dijadikan tempat ritual. Sebab, masyarakat percaya tempat itu menjadi penyimpanan pusaka zaman Kerajaan Majapahit.
5. Makam Medeleg
Makam Medeleg terletak di Kecamatan Tembelang. Masyarakat setempat meyakini makam ini sakral. Makam ini juga kerap dijadikan tempat pesugihan hingga mencari ilmu sakti.
Makam Medeleg diyakini memiliki dua pusaka magis dan dapat memengaruhi lingkungan sekitar. Dinamakan Makam Medeleg karena terdapat Makam Ki Ageng Medeleg yang hidup pada masa Kerajaan Medang Kamulan. Sejak Ki Ageng Medeleg wafat dan dimakamkan di sana, makam ini dianggap keramat dan tidak sembarang orang bisa keluar masuk.
Ada tata cara sebelum masuk candi dan kerajaan, yaitu membersihkan diri menggunakan air sumur di pintu utama. Kemudian mengucap salam dan melepas alas kaki. Pengunjung juga harus menjaga sopan santun.
Setelah mengetahui tempat-tempat angker di Kabupaten Jombang, adakah yang sudah detikers kunjungi atau tertarik untuk berkunjung? Apakah sudah cukup terasa berdiri bulu kuduk detikers?
Artikel ini ditulis oleh Nadza Qur'rotun A'ini, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(irb/sun)