Tradisi Nyonteng Kolbuk dilakukan tiap tahun oleh warga desa di Bondowoso. Dalam tradisi ini semua yang memasak dan menyiapkan ritual harus kaum pria. Lho?
Nyonteng Kolbuk dilakukan warga Desa/Kecamatan Sumberwringin, Bondowoso. Ritual ini digelar di sebuah sumber mata air desa setempat.
Ritual rokat atau meruwat sumber air bernama Nyonteng Kolbuk ini melalui tahapan panjang yang biasanya memakan waktu selama seharian penuh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dimulai dengan menyembelih kambing. Setelah dilakukan pembacaan doa, kepala kambing itu lantas dipendam atau dikuburkan di sekitaran sumber utama mata air tersebut.
Berikutnya menguliti hingga memotong kecil-kecil tubuh kambing yng telah disembelih sebelumnya tersebut. Potongan daging kambing tersebut lantas diolah sedemikian rupa, hingga ditusuk dijadikan sate untuk dibakar.
Menariknya, selain pengolahan daging kambing dilakukan di dekat sumber air itu juga, yang mengolah dan memasak adalah kaum lelaki. Pantang dilakukan kaum perempuan, seperti lazimnya untuk masak-memasak.
Sebab, konon jika dalam ritual itu kaum emak-emak ikut mengolah atau memasak disebut jika ritual itu gagal dan tak diterima. Dampaknya, pasti terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Entah sumber airnya jadi kecil, atau hal lain yang bakal terjadi di desa.
"Mengolah dan memasak daging itu dilakukan ditempat itu juga, dekat sumber mata air tersebut," kata salah seorang tokoh warga, Kurniawan, menjelaskan kepada detikJatim, Minggu (20/8/2023).
Setelah semuanya rampung, barulah kaum emak-emak boleh bergabung. Diikuti semua warga desa lainnya. Setelah didoakan yang dipimpin tokoh agama setempat, masakan daging kambing tersebut dimakan beramai-ramai semua warga desa.
"Zaman dulu, waktu saya masih kecil, biasanya warga membawa tikar. Jadi sambil menunggu olahan matang, bisa bermain-main air dulu di sekitar sumber dan sungai," ujarnya.
Begitu daging yang diolah kaum adam itu matang, warga kemudian menggelar tikar yang disiapkan, lalu makan bareng-bareng. Karena makan daging kambing hasil olahan yang jadi bagian ritual itu dipercaya sebagai barokah.
Apakah ritual selesai ? Tidak. Karena ritual Rokat Nyonteng Kolbuk dilanjutkan dengan menampilkan kesenian lokal warga desa, yakni Tabbhuen. Pun sejumlah tradisi budaya dan kesenian tradisional warga setempat.
Rokat Nyonteng Kolbuk digelar setiap tahun, saat bulan Muharram. Acara rokat biasanya dipimpin tetua masyarakat dan diikuti semua warga.
Tak hanya itu. Sebagai bentuk syukur atas hasil bumi, warga biasanya juga membawa hasil bumi masing-masing. Lantas saling bertukar satu sama lain. Jadi, selain meruwat sumber mata air, warga juga mensyukuri atas hasil panennya selama ini.
Sekadar diketahui, sumber mata air Sumberwringin memiliki debit tinggi. Kendati musim kemarau, debitnya tetap besar. Sumber mata air ini mengcover puluhan desa di 3 kecamatan. Yakni Sumberwringin, Sukosari, dan Tapen.
(dpe/fat)