Batu lumpang atau batu yang memiliki lubang biasa digunakan warga zaman dulu untuk mengolah hasil panen. Warga mengaku tak tahu menahu asal usul batu tersebut. Batu itu diwariskan turun-temurun.
Salah satu warga Desa Turi, Jemitri yang punya batu lumpang mengaku tidak tahu menahu jika batu tersebut peninggalan zaman kerajaan. Batu lumpang miliknya diletakkan begitu saja di depan rumah.
"Ini dulu peninggalan mbah buyut saya, saya sudah generasi keempat," tutur Jemitri kepada detikJatim, Kamis (27/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Nenek 86 tahun itu mengatakan dulunya batu lumpang miliknya digunakan untuk menumbuk hasil panen seperti ketela, jagung atau padi. Dia pun tidak mengetahui sejarah kenapa banyak batu lumpang di desanya.
"Nggak tahu kalau peninggalan kerajaan, tahunya ya peninggalan mbah-mbah dulu. Sekarang tidak digunakan lagi karena sudah ada mesin selep, jadi hasil panenan diselep," terang Jemitri.
Sementara, Kasun Turi 2, Suwaji mengatakan saat ini sudah tidak ada proses pemindahan batu lumpang. Karena menunggu persetujuan pemilik batu lumpang lain agar boleh dipindah. Menurutnya, masih ada 5 batu lumpang yang disimpan pemiliknya.
"Nggak ada pemindahan (batu lumpang) sekarang, saat ini masih bertahan dengan tujuh batu lumpang yang sudah dipindah," imbuh Suwaji.
Saat ini, ketujuh batu lumpang ditata sedemikian rupa di halaman Balai Desa Turi. Batuan tersebut menambah keindahan halaman lengkap dengan rerumputan hijau yang luas. Membuat lokasi ini cocok untuk area berfoto.
"Lokasi ini bisa jadi tempat wisata baru di desa Turi, karena keunikan banyaknya batu lumpang," pungkas Suwaji.
(sun/iwd)