5 Pantangan dan Larangan di Bulan Suro

5 Pantangan dan Larangan di Bulan Suro

Suki Nurhalim - detikJatim
Selasa, 18 Jul 2023 16:49 WIB
Ilustrasi malam Lailatul Qadar.
Ilustrasi Malam 1 Suro/Foto: Istimewa/ Unsplash.com
Surabaya -

Dalam budaya Jawa, banyak masyarakat menganggap Suro sebagai bulan baik sekaligus bulan penuh bahaya. Maka dari itu ada pantangan dan larangan di bulan Suro.

Itu seperti yang disampaikan Wulan Selviana, Mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, dalam penelitian berjudul Ritual Menyambut Bulan Suro pada Masyarakat Jawa.

Tak heran jika di daerah tertentu ada masyarakat Jawa yang menggelar kenduri tolak bala, dalam menyambut bulan Suro. Di bulan Suro, masyarakat Jawa juga mempunyai tradisi ngeruat atau memandikan benda pusaka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut ini sederet pantangan dan larangan di bulan Suro dalam budaya Jawa:

  1. Dilarang berpergian jauh jika tidak ada kepentingan
  2. Dilarang menggelar pesta seperti pernikahan, khitanan dan syukuran lainnya
  3. Dilarang membuat rumah
  4. Dilarang pindahan rumah
  5. Dilarang mengucapkan yang tidak baik

Maka dari itu ada istilah Tapa Mbisu (membisu). Makna dari ritual ini yakni masyarakat Jawa harus mengontrol ucapan selama bulan Suro. Harus mengucapkan yang baik-baik saja.

ADVERTISEMENT

Sebab bulan Suro penuh terikat, doa-doa lebih mudah terwujud. Harus lebih banyak mendekatkan diri kepada Allah SWT juga.

Mengenai larangan pesta atau hajatan di bulan Suro, juga pernah disinggung Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, KH Marzuki Mustamar.

Mengutip situs resmi Nahdlatul Ulama (NU), KH Marzuki mengungkap filosofi tradisi pelarangan menggelar pesta pada bulan Asyura atau bulan Muharram atau bulan Suro. Larangan itu untuk menghormati keluarga Rasulullah SAW yang berduka.

"Dilarangnya menggelar pesta atau acara besar pada bulan Asyura adalah bagian dari adab kita terhadap habaib. Pada bulan itu, ahlul bait termasuk para habaib sedang berduka," terangnya.

Ia menjelaskan Muharram merupakan bulan prihatin bagi anak cucu Rasulullah SAW. Sebab, cucu Nabi Muhammad SAW yaitu Husain bin Ali bin Abi Thalib mengalami pem-bully-an hingga terbunuh. Sehingga Asyura dianggap bulan duka.

Pengasuh Pesantren Sabiilul Rosyad Malang itu mengatakan, seseorang yang mengaku cinta nabi tidak pantas menggelar pesta pada bulan Muharram. Termasuk pesta pernikahan, khitanan dan lain-lain.

"Di mana hatimu, ayo dijaga adabnya," kata Kiai Marzuki.

Menurutnya, kiai Jawa ingin menghormati dan menjaga hati ahlul bait dan habaib, sampai-sampai membuat aturan untuk tidak mengadakan pesta atau acara besar di bulan Asyura. Umat Islam tidak pantas bersenang-senang saat mengingat wafatnya Husain.




(sun/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads