4 Ritual di Malam 1 Suro, Mandi Besar hingga Jamasan

4 Ritual di Malam 1 Suro, Mandi Besar hingga Jamasan

Suki Nurhalim - detikJatim
Selasa, 18 Jul 2023 15:02 WIB
Ilustrasi malam Lailatul Qadar.
Ilustrasi Malam 1 Suro 2023/Foto: Istimewa/ Unsplash.com
Surabaya -

Di Malam 1 Suro, banyak masyarakat Jawa yang biasa menggelar tradisi atau ritual. Mulai dari mandi besar hingga jamasan.

Bagi masyarakat Jawa, bulan Suro merupakan bulan yang baik sekaligus bulan yang penuh bahaya. Maka dari itu, masyarakat Jawa mengelar ritual Suro untuk menolak segala penyakit, dan bersyukur kepada Allah SWT.

Itu seperti yang disampaikan Wulan Selviana, Mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, dalam penelitian berjudul Ritual Menyambut Bulan Suro pada Masyarakat Jawa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di mana setiap ritual mengandung makna. Untuk lebih jelasnya, berikut uraian mengenai ritual di Malam 1 Suro.

Ritual di Malam 1 Suro:

1. Siraman Malam 1 Suro

Tradisi Siraman Malam 1 Suro atau tradisi Mandi Besar Malam 1 Suro salah satunya ditemukan di Kampung Bumi Ayu, Kecamatan Timang Gajah, Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh.

ADVERTISEMENT

Masyarakat Jawa di Kampung Bumi Ayu masih mempertahankan tradisi ritual bulan Suro setiap tahunnya. Bukan untuk menduakan Allah SWT tetapi dalam arti tradisi yang sudah turun temurun.

Itu seperti yang disampaikan Wulan Selviana, Mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, dalam skripsi berjudul Ritual Menyambut Bulan Suro pada Masyarakat Jawa.

Siraman Malam 1 Suro merupakan mandi besar dengan menggunakan air serta dicampur kembang setaman. Kembang setaman adalah berbagai macam bunga yang terdiri dari bunga kantil, mawar putih, mawar merah dan melati.

Tradisi ini sebagai bentuk sembah raga (sariat) dengan tujuan menyucikan raga, saat masuk bulan Suro. Maknanya yakni untuk menjaga dan menyucikan hati, pikiran serta panca indera dari hal-hal yang negatif.

Saat siraman, masyarakat Jawa harus sambil berdoa memohon keselamatan kepada Tuhan, agar senantiasa menjaga diri dari segala bencana, musibah, kecelakaan.

Mandi besar dilakukan dengan mengguyur badan dari ujung kepala sampai ujung kaki sebanyak tujuh kali siraman pakai gayung. Tujuh dalam bahasa Jawa yakni pitu. Maknanya sebagai doa agar Tuhan memberi pitulungan atau ertolongan.

Bisa juga sebelas kali siraman. Sebelas dalam bahasa Jawa yaitu sewelas. Maknanya sebagai do'a agar tuhan memberikan kewelasan atau belas kasih.

Bisa juga tujuh belas kali yang dalam bahasa Jawa yakni pitulas. Maknanya doa agar Tuhan memberikan pitulungan dan kewelasan.

Ketika sedang melakukan siraman, lebih baik tidak di dalam rumah. Lebih bagus di luar rumah. Maksudnya, agar secara langsung menyatukan jiwa raga ke dalam gelombang harmonisasi alam semesta.

2. Tapa Mbisu (membisu)

Makna dari ritual ini yakni masyarakat Jawa harus mengontrol ucapan selama bulan Suro. Harus mengucapkan yang baik-baik saja.

Sebab bulan Suro penuh terikat, doa-doa lebih mudah terwujud. Harus lebih banyak mendekatkan diri kepada Allah SWT.

3. Menyiapkan Sesaji Bunga Setaman

Masayarat Jawa menyediakan tempat atau wadah yang berisi air dan bunga. Selain sebagai sikap menghargai leluhur yang mendukung dan memelihara serta menjaga anak cucu, ritual ini penuh dengan makna.

Yang dilambangkan dalam berbagai macam hal yang berisi bunga mawar merah, mawar putih, kantil, dan kenanga. Masing-masing bunga memiliki arti dan makna.

4. Jamasan Pusaka

Ritual ini dilakukan dalam rangka merawat atau melestarikan warisan, dan kenang-kenangan dari para leluhurnya. Pusaka memiliki banyak makna di balik wujud fisik bendanya.

Pusaka bisa berbentuk keris, pedang atau benda-benda lainnya. Selain itu, pusaka juga menjadi situs monumen sejarah.




(sun/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads