8 Tradisi Malam 1 Suro di Jatim

8 Tradisi Malam 1 Suro di Jatim

Suki Nurhalim - detikJatim
Kamis, 13 Jul 2023 15:14 WIB
Jamasan benda pusaka Pemkab Mojokerto.
Jamasan benda pusaka Pemkab Mojokerto/Foto: dok. Enggran Eko Budianto/detikcom
Surabaya -

Ada banyak warga Jatim yang biasa menggelar tradisi di Malam 1 Suro atau 1 Muharram, atau sepanjang momen Tahun Baru Islam. Berikut ini ulasannya.

Mengutip detikNews, Malam 1 Suro merupakan malam di awal bulan pertama dalam kalender Jawa. Di mana 1 Suro bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender hijriah atau kalender Islam.

Hingga saat ini, belum ada pengumuman mengenai tanggal pasti Tahun Baru Islam 2023 atau 1 Muharram 1445 H dari Kementerian Agama (Kemenag). Namun bila merujuk pada penetapan awal bulan Zulhijah 1444 H dari pemerintah yang jatuh pada 20 Juni 2023, maka 1 Muharram 1445 H jatuh pada Rabu, 19 Juli 2023.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika demikian, maka Malam 1 Suro 2023 akan jatuh pada Selasa, 18 Juli 2023 malam. Mengutip detikHikmah, kalender Hijriah adalah sistem penanggalan Islam berdasarkan peredaran bulan. Kalender Hijriah memulai hari ketika matahari terbenam di wilayah tersebut.

Ada banyak warga Jatim yang biasa menggelar tradisi di malam 1 Suro atau 1 Muharram atau sepanjang momen Tahun Baru Islam. Berikut sederet tradisi yang biasa digelar di Jatim.

ADVERTISEMENT

Tradisi di Jatim Saat Malam 1 Suro:

1. Jamasan Keris di Gresik

Ritual penjasmaan malam 1 Suro di GresikRitual Penjasmaan Malam 1 Suro di Gresik/ Foto: Ritual penjasmaan malam 1 Suro di Gresik (Jemmi Purwodianto/detikJatim)

Jamasan keris atau jamasan pusaka menjadi tradisi di banyak daerah saat Malam 1 Suro. Termasuk di Gresik.

Warga Gresik menyebut ritual itu sebagai penjamasan. Dalam ritual ini, sesajen yang dihadirkan antara lain kemenyan, degan hijau, kembang melati, telur ayam kampung, dan pisang.

Sesajen diletakkan di dekat keris yang akan dijamas. Sebelum keris masuk prosesi penjamasan, juga disiapkan air dari tujuh sumur yang dicampur jeruk nipis lalu dioleskan beberapa kali ke keris.

"Tujuannya, kita menghargai yang membuat keris, menjaga keutuhan besi serta melestarikan budaya, supaya tidak hilang," kata Ediyanto, penjamas benda pusaka, Jumat (29/7/2022).

2. Tradisi Baritan di Lereng Gunung Raung

tradisi baritan di banyuwangiTradisi baritan di banyuwangi/ Foto: Ardian Fanani

Malam 1 Suro dirayakan oleh warga lereng Gunung Raung dengan menggelar tradisi Baritan. Warga meminta agar diselamatkan dari mara bahaya, khususnya letusan Gunung Raung.

Tradisi ini sebagai ritual tolak bala di bulan Suro. Warga Jawa memanjatkan doa kepada Allah dengan tujuan memohon ampunan dan perlindungan dari segala bentuk kejahatan dunia dan marabahaya.

Biasanya, warga menggelar Baritan di depan pelataran kampung. Mirip dengan acara selamatan biasanya, masyarakat membuat takir (piring dari daun pisang) yang diisi dengan makanan sehari-hari.

3. Ritual Warga Surabaya Mandikan Keris Pusaka

Tradisi memandikan keris malam 1 SuroTradisi memandikan keris di Malam 1 Suro/ Foto: Praditya Fauzi Rahman/detikJatim

Malam 1 Suro atau 1 Muharam dimanfaatkan sejumlah orang untuk menjamas atau mencuci keris. Tujuannya, untuk membersihkan pusaka para leluhur mereka dari kotoran, serta melestarikan besi tetap terjaga.

Di Surabaya yang notabene sebagai kota metropolitan, hal ini masih ditemukan. Alasannya, tak lain untuk menjaga tradisi budaya secara turun-temurun.

Dalam prosesnya, ritual ini membutuhkan sejumlah sesajen. Mulai dari kopi, telur ayam kampung, pisang, kemenyan, kelapa, hingga kembang melati.

4. Ruwat Agung Nuswantoro di Mojokerto

Jamasan benda pusaka Pemkab Mojokerto.Jamasan benda pusaka Pemkab Mojokerto/ Foto: dok. Enggran Eko Budianto/detikcom

Pemkab Mojokerto mempunyai koleksi 97 keris, tombak dan pedang pusaka yang berrumur ratusan tahun. Puluhan pusaka tersebut disucikan (jamas) menggunakan air dari 7 petirtaan di Bumi Majapahit setiap Malam 1 Suro.

Jamas 97 pusaka menjadi bagian Ruwat Agung Nuswantoro yang menjadi agenda Pemkab Mojokerto setiap Malam 1 Suro. Keris, tombak dan pedang yang sudah dijamas dikirab. Senjata pusaka itu lantas diserahkan kepada Bupati dan para Forkopimda.

"Menjamas pusaka adalah ritual membersihkan pusaka yang memiliki makna agar kita dapat membersihkan diri dengan cara merawat warisan para leluhur. Salah satunya berupa pusaka yang banyak mengandung makna filosofi, falsafah kehidupan, kearifan, sumber inspirasi, dan motivasi kehidupan. Oleh karena itu, harus selalu dirawat dengan cara dicuci setiap pergantian tahun," kata Bupati Mojokerto, Ikfina, Jumat (29/7/2022).

5. Grebeg Suro Ponorogo

Pembukaan Grebeg Suro 2023 PonorogoPembukaan Grebeg Suro 2023 Ponorogo/ Foto: detikcom/Charolin Pebrianti

Grebeg Suro merupakan acara tahunan yang sudah menjadi tradisi di Ponorogo. Ada banyak kegiatan dan ritual sepanjang Grebek Suro.

Seperti pertunjukan reog, pagelaran pusaka, bedhol pusaka dan ziarah makam. Jamasan pusaka atau ritual membersihkan benda pusaka digelar pada Malam 1 Suro.

6. Ledug Suro Magetan

ledug suroLedug Suro/ Foto: Sugeng Harianto

Ledug Suro merupakan tradisi di Magetan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT. Tradisi digelar dengan sederet kegiatan.

Dalam Ledug Suro biasanya ada lomba lesung bedhug. Juga ada roti bolu yang nantinya dijadikan rebutan warga.

Antusias warga terlihat saat berebut roti bolu. Roti bolu merupakan jajanan khas dari Magetan.

7. Grebeg Tumpeng Agung

Warga Berebut Tumpeng Raksasa di Grebeg Tumpeng SuroWarga berebut tumpeng raksasa di Grebeg Tumpeng Suro/ Foto: Ardian Fanani

Warga Banyuwangi juga punya tradisi dalam memperingati Tahun Baru Islam, yakni Grebeg Tumpeng Agung. Ada dua tumpeng dalam tradisi ini, yaitu tumpeng lanang dan tumpeng wadon.

Tujuan dari tradisi ini yaitu meminta keselamatan agar dijauhkan dari mara bahaya. Ada pula penampilan beberapa kesenian yang kemudian dilanjut dengan mengarak tumpeng keliling desa.

8. Ritual Malam Gunung Lawu

Jalur pendakian Gunung Lawu via Cemoro Sewu MagetanJalur pendakian Gunung Lawu via Cemoro Sewu Magetan/ Foto: Sugeng Harianto

Ritual Malam 1 Suro di Gunung Lawu tak hanya diikuti warga sekitar Gunung Lawu. Tapi juga oleh para pendaki.

Biasanya warga mendaki gunung dengan melewati berbagai jalur yang ada. Warga mengikuti ritual dengan tujuan masing-masing.




(sun/fat)


Hide Ads