Sebuah desa di Bondowoso berjuluk Kampung Dolmen. Sebab, di kawasan ini bertebaran benda peninggalan zaman prasejarah. Terbanyak berupa kubur dolmen. Seperti apa?
Bantu berbentuk kubur dolmen memang banyak terdapat di Desa Maskuning Kulon, Pujer, Bondowoso. Jumlahnya mencapai sedikitnya 60 buah. Itu pun yang terdata di institusi terkait. Karena sebenarnya masih banyak batu yang ada dan belum terdata
Ada yang menarik dalam batu Kubur Dolmen ini. Yakni orientasi menghadapnya kebanyakan membujur ke arah timur dan tenggara. Kenapa demikian ?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut sejarawan Bondowoso, Tantri Raras Ayuningtyas, batu kubur dolmen di kawasan ini orientasi menghadapnya kebanyakan memang ke arah gunung.
![]() |
"Berdasarkan literatur, pada peradaban zaman prasejarah masih menganut animisme dan dinamisme. Mereka masih percaya kekuatan alam semesta," ujar Tantri Raras, yang juga Ketua Ijen Geopark Bondowoso ini, saat ditemui detikJatim, Senin (12/6/2023).
Lebih jauh Tantri menguraikan secara geografis kawasan Maskuning Kulon tersebut terletak di antara 2 gunung, yakni sebelah timur gunung Ijen Purba dan di barat pegunungan Argopuro.
"Pada saat itu mereka masih percaya bahwa gunung merupakan pusat bersemayamnya roh leluhur," papar magister jebolan UNS Surakarta ini.
Pada batu kubur dolmen memang tak ditemukan tulisan atau penanda. Sebab, pada zaman itu memang belum mengenal tulisan atau praaksara. Juga disebut nirleka (Nir artinya tidak ada, leka artinya tulisan).
Baru berbentuk kubur dolmen merupakan salah satu benda peninggalan purbakala zaman prasejarah. Bentuknya berupa meja batu dengan tiang penyangga juga dari batu.
Selain untuk meletakkan sesaji untuk pemujaan pada roh leluhur, pada bagian bawah atau alas berfungsi kubur batu. Yaitu untuk meletakkan mayat agar terlindung dari ancaman binatang buas.
Kubur dolmen terbuat dari batuan jenis andesit basaltis. Jenis batu ini diperkirakan bekas letusan Gunung Ijen Purba yang berdasarkan sejumlah literasi meletus sekitar 70 ribu tahun yang lalu.
Kawasan di Bondowoso ini merupakan bagian dari Geopark Ijen, yang bersama Banyuwangi telah ditetapkan UNESCO Global Geopark (UGGp) melalui sidang Dewan Eksekutif UNESCO ke-216 di Paris, Prancis pada Rabu (24/5/2023).
Salah satu item dalam Geopark Ijen tersebut yakni Culturesite atau budaya, baik benda maupun tak benda yang ada di dua kabupaten, yaitu Bondowoso dan Banyuwangi.
(dpe/iwd)