Bangkai Kapal van der Wijck sudah dipastikan masih berada di Perairan Brondong, Lamongan berdasarkan hasil eksplorasi pada 2021 lalu yang dilakukan oleh tim Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim, yang kini berubah nama menjadi Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI. Belum jelas bagaimana nasib kapal bersejarah itu.
Kapal yang menjadi latar novel klasik karya Buya Hamka itu tenggelam 87 tahun lalu. Kapal itu tenggelam sekitar 12 mil dari Pantai Brondong, Lamongan saat tengah membawa 300 penumpang pribumi dan 30 penumpang Eropa pada 20 Oktober 1936.
Dalam malapetaka itu diketahui sebanyak 58 orang, baik penumpang maupun awak kapal, yang dinyatakan meninggal. Selain itu, setidaknya ada 75 orang penumpang yang dinyatakan hilang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Atas peristiwa itu, telah berdiri sebuah monumen di Pelabuhan Brondong, Lamongan yang bertuliskan 'Tanda Pengingatan Kepada Penoeloeng-Penoeloeng Waktoe Tenggelamnja Kapan van der Wijck.'
Sayangnya, meski telah 75 persen diyakini bahwa artefak yang ditemukan berada di kedalaman kurang lebih 60 meter dari permukaan laut di Brondong itu adalah Kapal van der Wijck, belum ada keputusan apa yang akan dilakukan terhadap bangkai kapal 'Titanic Indonesia' itu.
Bupati Lamongan Yuhronur Efendi pada Kamis 21 Oktober 2021 mengatakan ke depan pihaknya akan berkomunikasi dengan semua pihak untuk menindaklanjuti hasil eksplorasi Kapal van der Wijck. Pihaknya juga akan berkomunikasi dengan Kementerian Pendidikan Kebudayaan dan Riset Teknologi berkaitan dengan hal ini.
"Ini adalah titik awal, ke depan kita akan terus berkomunikasi apa yang akan kami lakukan terhadap kapal Titanic Indonesia ini," kata Yuhronur saat itu.
Mengenai tindak lanjut itu, Kepala BPK XI Endah Budi Heryani mengakui bahwa diperlukan adanya tindakan lanjutan berkaitan dengan bangkai Kapal van der Wijck di Lamongan. Namun tindak lanjut itu tidak bisa dilakukan tahun 2023.
"Untuk tindak lanjut kapal. Ini lagi-lagi masalah klise, ya. Tahun ini karena adanya keterbatasan anggaran kami belum bisa menindaklanjuti apa yang sudah dilakukan di tahun sebelumnya. Jadi memang tahun ini kami belum ada anggaran untuk ke sana lagi," ujarnya, Senin (26/5/2023).
![]() |
Saat ini, kata Endah, prioritas anggaran BPK XI sedang difokuskan pada Objek yang Diduga Cagar Budaya (ODCB) lainnya. Sebab, menurut Endah, temuan kapal di kawasan Brondong, Lamongan itu memerlukan kerja sama dengan para pihak lain.
"Karena pada waktu itu pelaksanaan selama 5 hari kegiatan kami salah satunya baru berhasil mengidentifikasi huruf K-nya. Untuk melakukan pendalaman lagi perlu kerja sama baik dalam hal anggaran maupun tenaga ahli," katanya.
Meski demikian, Endah mengatakan BPK XI sudah berencana menindaklanjuti Kapal van der Wijck tahun depan. Dia menjelaskan saat ini anggaran untuk 2024 sedang disusun dan penanganan lanjutan Kapal van der Wijck di Lamongan akan menjadi prioritas.
"Kami harus melihat prioritas anggaran, saat ini penanganan kapal ini kami undur di 2024. Jadi tahun ini kami lebih fokus untuk ODCB lain yang menurut prioritas kami harus lebih didahulukan dan harus segera ditangani," katanya.
Menurutnya, saat ini cukup banyak ODCB yang perlu ditangani. Terutama ODCB baru yang ditemukan di Jawa Timur. Sebagian besar ada di Trowulan, Mojokerto. Endah menyebutkan bahwa BPK XI saat ini sedang fokus melakukan sejumlah penanganan.
"Baik penyelamatan dan pengamanan, seperti misal banyak temuan yang ada di Jawa Timur, seperti penggalian situs Bhre Kahuripan, dan 2 penggalian lain. Lalu pemugaran di Candi Gambar Wetan serta Candi Bangkal. Seperti itu," ujarnya.
Setidaknya, Endah mengatakan ada salah satu hal yang akan dilakukan terhadap Kapal van der Wijck pada 2024 mendatang. Yakni eksplorasi lanjutan dengan cara penyelaman. Dia memastikan bahwa tahun depan pihaknya akan bekerja sama dengan tim terkait yang memang ahli menyelam.
"Nanti kemungkinan di tahun 2024 kami sudah berencana untuk bekerja sama dengan tim-tim yang ada di dirjen kebudayaan yang memang mereka ahli menyelam. Karena penyelam-penyelam kami ini, saat ini sudah dipindah ke satker-satker lain. Jadi kami nanti pasti akan bekerja sama dengan tim dirjen kebudayaan untuk masalah Kapal van der Wijck," lanjutnya.
Sayangnya, Endah belum bisa memastikan apakah penyelaman itu akan berlanjut pada pengangkatan artefak kapal atau tindakan lain. Dia hanya memastikan akan terus berkoordinasi dengan tim-tim yang menangani.
"Kalau untuk pengangkatan, kami harus ngobrol lebih lanjut dengan direktorat perlindungan yang ada di Jakarta. Ke depan bagaimana memang belum kami bicarakan detail. Rencana kami di 2024 nanti, karena saat ini sudah kami bikin anggarannya, akan ada tindak lanjut untuk Kapal van der Wijck. Termasuk apa yang harus dilakukan apakah diangkat atau bagaimana," pungkasnya.
(dpe/fat)