2 Penemuan Besar di Perairan Lamongan: Pesawat AU Belanda-Kapal van Der Wijck

2 Penemuan Besar di Perairan Lamongan: Pesawat AU Belanda-Kapal van Der Wijck

Hilda Meilisa Rinanda - detikJatim
Kamis, 25 Mei 2023 19:34 WIB
Nelayan Desa Weru, Kecamatan Paciran, Lamongan menemukan bangkai pesawat di kedalaman laut 30 meter. Diduga, pesawat itu sisa peninggalan era Perang Dunia 2.
Penemuan bangkai pesawat tempur bekas Perang Dunia 2 di Perairan Lamongan (Foto: Eko Sudjarwo/detikJatim)
Lamongan -

Perairan Lamongan kembali menjadi sorotan usai temuan bangkai pesawat tempur yang jatuh di era Perang Dunia 2. Sebelumnya, penemuan bersejarah juga pernah ditemukan di perairan Lamongan pada 2021.

Temuan tersebut yakni bangkai Kapal van der Wijck. Temuan ini sempat menghebohkan warga. Sebab, nama Kapal van der Wijck cukup populer di masyarakat Indonesia.

Berikut ringkasan dua penemuan bersejarah di perairan Lamongan:

1. Temuan Bangkai Pesawat Tempur Era Perang Dunia 2

Penemuan bangkai pesawat tempur ini bermula dari sebuah video yang tersebar di aplikasi percakapan. Video menunjukkan bangkai pesawat terdampar di tepi pantai. Bangkai ini ditemukan seorang nelayan Desa Weru, Paciran, Lamongan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari pantauan detikJatim, bangkai pesawat tempur itu ditemukan hanya satu potong bagian. Saat ditemukan bangkai pesawat tempur, tidak ada tanda atau jenis pesawat. Kondisi bangkai pesawat tempur berkarat dan banyak mengelupas di bagian kulit. Selain itu tampak bagian depan hingga tengah atau kokpit serta sayap.

Pesawat ditemukan nelayan saat menjaring ikan, Minggu (21/5/2023) di kedalaman laut 30 meter atau 14 mil dari daratan. Dikira mendapat ikan besar, sang nelayan membawa hasil tangkapan itu pulang.

ADVERTISEMENT

Bangkai pesawat ini bisa dipastikan merupakan pesawat pengebom jenis c, yang merupakan milik Tentara Kerajaan Hindia Belanda, KNIL. Pesawat itu diduga jatuh di Laut Jawa pada era Perang Dunia 2.

Hal itu diungkapkan oleh Zaki Zamani, pegiat sejarah Begandring Soerabaia. Setelah bangkai pesawat itu ditemukan, Zaki melakukan riset cepat dengan melakukan perbandingan detail bangkai pesawat yang tersisa dengan data-data sejarah yang bisa dia akses.

"Menurut opini saya, berdasar dari data pesawat yang hilang, (bangkai pesawat) itu kayaknya pesawat yang jatuh pada tanggal 23 Desember 1941. Jenisnya Martin 166 WH-3. Nomor registrasinya M-555," kata Zaki kepada detikJatim, Rabu (24/5/2023).

Data pesawat jatuh itu dia dapatkan dari Afiation Safety Network (ASN). Seperti yang disebutkan oleh Zaki, tercatat dalam data penerbangan ASN itu bahwa pemilik pesawat ini adalah Militaire Luchtvaart Koninklijk Nederlands Indisch Leger (ML-KNIL) atau Angkatan Udara Kerajaan Hindia Belanda.

Bila dilihat dari tahun jatuhnya pesawat, diketahui bahwa pesawat itu memang jatuh di era Perang Dunia kedua (PD2). Seperti diketahui PD2 berlangsung sejak 1939 hingga 1945. Dalam perang itu Kerajaan Belanda turut terlibat, demikian juga Jepang. Kedua negara itu telah menjajah Indonesia.

Selain itu, Zaki menyebutkan bahwa dalam data penerbangan ASN juga disebutkan soal tujuan pesawat Martin 166 WH-3 yang jatuh dan diduga ditemukan nelayan Desa Weru, Lamongan.

"Ini pesawatnya kalau menurut data, terbang dari Singkawang menuju ke Palembang," ujarnya.

"Cuma yang jadi pertanyaan saya, pesawat ini kan tujuan dari Singkawang ke Palembang. Kenapa dia memutar melewati Laut Jawa? Kenapa nggak mengambil garis lurus? Singkawang dan Palembang, kan, tidak melewati Laut Jawa."

Kisah penemuan Kapal van der Wijck. Baca di halaman selanjutnya!

2. Temuan Kapal van der Wijck

Pada 2021, Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur menemukan dugaan lokasi atau titik tenggelamnya Kapal van der Wijck yang karam 85 tahun lalu. Bangkai kapal ini berada di dasar di perairan Lamongan.

Diketahui, Kapal van der Wijck yang tenggelam di perairan Lamongan pada 1936 sering disebut sebagai Titanic Indonesia. Kapal mewah pada zamannya itu selain bermuatan penumpang, juga bermuatan sejumlah barang.

Kapal van der Wijck merupakan kapal uap milik Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM). Dibuat oleh Maatschappij Fijenoord, Rotterdam tahun 1921 yang diambil dari nama Gubernur Jenderal Hindia Belanda, yang berkuasa dari tahun 1893 hingga 1899, yang bernama Carel Herman Aart van der Wijck, yang melayani kawasan perairan di Hindia Belanda.

Arkeolog BPCB Jatim Wicaksono Dwi Nugroho mengatakan, keyakinan itu berdasarkan berbagai bukti. Serta cerita tutur yang ada di masyarakat.

"Secara pribadi saya meyakini 75 persen dari berbagai bukti yang ada, bahwa kapal yang kita eksplorasi ini adalah Kapal van der Wijck," kata Wicaksono saat presentasi hasil eksplorasi, Kamis, 21 Oktober 2021 lalu.

Tim BPCB meyakini, dari pantauan sonar diketahui, kapal itu memiliki panjang lebih dari 150 meter dan berada pada kedalaman 28-38 meter di bawah permukaan laut.

Dengan eksplorasi yang dilakukan, pihaknya mendokumentasikan bangkai kapal berupa foto maupun video. Pihaknya mendokumentasikan bagian belakang kapal, cerobong, tiang pancang dan tangga kapal. Tim juga melihat penampakan muatan-muatan yang masih berada di dalam bangkai kapal.

"Yang paling kentara adalah penampakan tangga kapal," jelasnya.

Meski begitu, lanjut Wicaksono, proses identifikasi Kapal van der Wijck akan terus dilakukan. Sambil terus melakukan kajian soal bangkai kapal.

Soal Kapal van der Wijck yang tenggelam di Perairan Brondong, Lamongan pada 1936 masih menjadi misteri. Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim akan melakukan eksplorasi.Kapal van der Wijck. Foto: Istimewa

Lokasi Tenggelam Kapal van der Wijck Dikenal Angker

Lokasi tenggelamnya kapal van der Wijck tersebut dikenal angker oleh masyarakat. Banyak warga yang tidak berani menyelam di area tersebut. Salah seorang penyelam yang ikut serta dalam eksplorasi Kapal van der Wijck, Faizin mengakui hal itu. Warga Desa Sedayulawas, Kecamatan Brondong ini juga mengalami kejadian aneh saat menyelam di sekitar lokasi tenggelamnya Kapal van der Wijck tersebut.

"Banyak warga sejak dulu meyakini bahwa di sekitar lokasi kapal tenggelam itu memang angker," kata Faizin.

Lantaran dianggap angker, kata Faizin, banyak penyelam warga lokal yang tidak bersedia ketika mendapat ajakan dari BPCB Jatim. Ia memberanikan diri untuk ikut menyelam demi membantu tim arkeolog menguak keberadaan Kapal van der Wijck.

Faizin mengaku mengalami kejadian aneh saat menyelam. Ia melihat penampakan ikan barakuda yang hanya tinggal separuh, yaitu bagian kepala sampai sirip tengah saja.

"Ada 2 sesi menyelam selama sehari itu dan ikan ini saya lihat saat sesi kedua," kata Faizin.

Faizin juga mengungkapkan, ikan barakuda itu ukurannya sangat besar. Seukuran manusia dewasa dengan panjang sekitar 5 meter. Namun tidak ada bagian buntutnya.

"Saat menyelam itu saya menoleh dan melihat penampakan ikan barakuda yang hanya separuh ini," jelasnya.



Hide Ads