Dini hari sekitar pukul 03.00 WIB pada Minggu (21/5), jaring Miftah menarik sesuatu yang berat dari dasar laut perairan Desa Weru, Paciran, Lamongan. Jaring di perahu nelayan Lamongan itu tersangkut pada sesuatu di kedalaman 30 meter.
Miftah dan 4 anak buahnya menyadari ada sesuatu yang aneh, tetapi terus saja menarik benda itu. Namun saat di lokasi jarak 2 mil dari daratan, perahu Miftah kehabisan solar. Akibatnya, Miftah tak bisa melanjutkan perjalanan menuju darat.
Mereka lalu pulang dengan perahu yang lebih kecil. Namun sebelum pulang, mereka menandai lokasi itu dengan umbal atau benda yang mengapung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sesampai di rumah, Miftah kemudian menceritakan penemuannya itu nelayan lainnya. Ia kemudian meminta bantuan nelayan yang lain untuk ikut mengevakuasi.
Pada Senin (22/5) Miftah dan sejumlah nelayan kemudian kembali mendatangi lokasi yang ditinggalkan. Ia bersama perahu nelayan yang lain sekitar pukul 09.00 WIB bersama-sama menarik jaring yang berisi 'barang berat' tersebut.
Saat tiba di bibir pantai, nelayan baru menyadari bahwa benda yang tersangkut jaring itu merupakan bangkai pesawat tempur. Bangkai tersebut terdiri dari satu potong bagian tengah dan sayap pesawat.
"Saat ditemukan, kondisi pesawat sudah tak utuh, ditemukan Minggu lalu sehari setelahnya bangkai itu baru bisa dibawa menepi dan ditarik ke daratan oleh warga nelayan," kata Sekretaris DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Lamongan Ma'mun Murod, Selasa (23/5/2023).
Ma'mun mengatakan bangkai pesawat saat ditemukan hanya satu potong bagian. Saat ditemukan bangkai pesawat tempur, tidak ada tanda atau jenis pesawat.
"Bangkai pesawat tersebut ditemukan hanya 1 potong, bagian tengah atau kemudi dan sayap saja, yang bagian belakang tidak ada," kata Ma'mun.
Ma'mun merinci potongan yang ditemukan yakni bagian depan hingga tengah atau kokpit serta sayap. Kondisi bangkai juga sudah banyak mengelupas pada bagian kulit.
"Sudah tidak utuh, hanya bagian kokpit dan sayap yang juga sudah tidak utuh karena sebagian sudah mengelupas," bebernya.
Mesin yang dipakai oleh pesawat inipun tidak ada dan dimungkinkan masih tertinggal di lokasi temuan atau bahkan hilang.
Bagian dinding samping pesawat tersebut juga sudah banyak yang hilang. Posisi kokpit terlihat berada di depan sayap pesawat.
"Kokpitnya lebih maju atau lebih di depan dibanding dengan posisi sayap," ungkapnya.
Sayangnya, tidak ada tanda atau ciri lain yang bisa dilihat dari bangkai pesawat tersebut. Tidak ada bentuk tulisan ataupun logo yang bisa terlihat.
Ma'mun menduga bangkai pesawat tesebut peninggalan era Perang Dunia II. Dugaan ini muncul karena Weru pernah dijadikan sebagai pangkalan militer Belanda. Itu kenapa warga menyebut tempat bangkai pesawat berada saat ini sebagai pasar tangsi.
"Dulu di Desa Weru pernah ada pangkalan militer yang didirikan oleh pasukan sekutu. Tempat itu kini dikenal oleh masyarakat dengan sebutan tangsi atau pasar tangsi," kata Murod.
Sementara Kepala Desa Weru Syaiful Islam mengatakan temuan bangkai pesawat ini sudah dilaporkan ke pihak terkait.
"Sudah kami laporkan dan sudah ada yang melihat bangkai pesawat tersebut. Kalau pesawat jenis apa ya saya serahkan pada instansi terkait untuk meneliti," imbuhnya.
Dihubungi terpisah, arkeolog BPK Wilayah IX Wicaksono Dwi Nugroho mengakui telah menerima laporanterkait temuan bangkai pesawat tersebut. Pemkab Lamongan, menurut Wicaksono, telah mengirim laporan ke BPK Wilayah IX Jatim.
"Ya kami telah menerima laporan dari Disparbud Lamongan," ujarnya.
(abq/iwd)