6 Lokalisasi Prostitusi yang Melegenda di Jawa Timur

6 Lokalisasi Prostitusi yang Melegenda di Jawa Timur

Nanda Syafira - detikJatim
Minggu, 07 Mei 2023 16:34 WIB
Makam Kembang Kuning Surabaya
Makam Kembang Kuning Surabaya/Foto: Dok. detikJatim
Surabaya -

Tak bisa dipungkiri, ada banyak lokalisasi prostitusi di Jawa Timur. Yang pernah berjaya dan kini tinggal cerita yang melegenda.

Mengutip situs Dinas Kominfo Provinsi Jawa Timur, berdasarkan catatan 2010, di Jatim ada 47 lokalisasi prostitusi dengan jumlah PSK lebih dari 7.000 orang. Oleh sebab itu, pemerintah menetapkan berbagai kebijakan hingga upaya penanganan lokalisasi prostitusi tersebut.

Salah satu contohnya dengan penutupan lokalisasi di Dolly Surabaya. Yang dinilai sebagai penutupan lokalisasi paling fenomenal di Jawa Timur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lokalisasi Prostitusi yang Melegenda di Jawa Timur:

1. Gang Dolly, Surabaya

Gang Dolly berada di daerah Jarak, Pasar Kembang. Tepatnya di Putat Jaya Lebar B, Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Surabaya.

Mengutip situs Tourism Surabaya, beberapa dekade lalu Gang Dolly merupakan lokalisasi terbesar di Asia Tenggara. Dulu, Dolly tersohor sebagai alternatif utama bagi para pria hidung belang untuk mencari mangsa.

ADVERTISEMENT

Di tempat itu banyak rumah atau kios-kios yang dikenal dengan 'aquarium raksasa', yang digunakan sebagai tempat menjajakan wanita. Gang Dolly yang penuh 'gemerlap', utamanya beroperasi di malam hingga dini hari.

Pada 18 Juni 2014, lokalisasi tersebut ditutup oleh pemerintah. Gang Dolly bertransformasi menjadi kampung wisata.

Kampung Wisata Dolly memiliki beragam pilihan seperti kampung seni mural, kampung bermain, kampung seni, kampung hijau, kampung oleh-oleh dan kampung kuliner.

2. Kembang Kuning, Surabaya

Kembang Kuning berada di Pakis, Kecamatan Sawahan, Surabaya. Sejatinya, Kembang Kuning merupakan kompleks pemakaman yang telah ada sejak zaman kolonial Belanda, yakni di tahun 1917.

Kompleks pemakaman itu hanya diperuntukkan bagi warga Belanda dan Eropa lainnya. Namun kemudian berkembang menjadi kompleks pemakaman bagi seluruh pemeluk agama Kristen atau Katolik.

Situs Tourism Surabaya menyebutkan, pemakaman itu merupakan kompleks makam terluas di Asia Tenggara, yang luasnya mencapai 15 hektare. Di sana terdapat pemakaman tentara Belanda dengan nama 'Ereveld' dan di dalamnya terdapat monumen Karel Doorman.

Bisnis prostitusi di Kembang Kuning telah ada sejak 1970-an. Pegiat sejarah dari Komunitas Begandring Soerabaia, Kuncarsono Prasetyo, menyebutkan bahwa prostitusi di Kembang Kuning erat kaitannya dengan Dolly.

Pada masa itu, bisnis prostitusi merebak dari Jarak (Dolly) hingga ke Kampung Sidokumpul. Dari Kampung Sidokumpul, bisnis itu semakin menjalar hingga ke area makam Kembang Kuning.

Bisnis prostitusi di Kembang Kuning tak hanya menjajakan wanita. Tapi juga dikenal dengan banyaknya waria yang 'mangkal' dan menunggu pelanggan di sekitar area makam.

Mengutip detikTravel, masih banyak orang yang melakukan praktik prostitusi di makam tersebut. Mereka kucing-kucingan dengan petugas yang patroli

Prostitusi di Makam Kembang Kuning Surabaya menolak mati. Aktivitas di sekitar makam Belanda yang sudah eksis sejak 1970-an itu masih menggeliat meski berulang kali ditindak, bahkan kerap kucing-kucingan dengan Satpol PP Surabaya.

3. Tretes, Pasuruan

Dalam skripsi berjudul Jaringan Sosial Prostitusi di Kawasan Tretes yang disusun Mahasiswi Universitas Airlangga Unsiyah Anggraeni, dijelaskan Tretes merupakan salah satu objek wisata di Jawa Timur. Tretes juga dikenal dengan bisnis prostitusi terselubung.

Di tretes, ada beberapa titik yang terkenal sebagai tempat prostitusi. Di antaranya Mbara'an yang merupakan salah satu tempat prostitusi legendaris di Tretes, yang sudah tidak beroperasi sejak 1998.

Mbara'an berada di Krajan Timur, Kelurahan Pecalukan, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan. Tepatnya di bawah patung kuda di Bundaran SMPN 1 Prigen.

Mbara'an merupakan salah satu lokalisasi prostitusi yang telah ada sejak era Orde Baru, dan merupakan salah satu pusat prostitusi terbesar di zaman itu.

Di wilayah seluas 2 hektare itu dulunya berdiri wisma-wisma yang menyediakan wanita penghibur, dengan kaca lebar menghadap jalanan. Seperti yang ada di Dolly tempo dulu.

Kini, prostitusi Mbara'an telah terbengkalai. Sebagian besar bangunannya juga telah rata dengan tanah.

4. Kedung Banteng, Ponorogo

Kedung Banteng berada di Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo. Kampung ini merupakan salah satu pusat prostitusi terbesar di Ponorogo yang telah ada sejak 1980an. Meskipun lokasinya berada di pinggir hutan dan jauh dari keramaian kota, pada masa jayanya bisnis prostitusi di kampung ini sangat ramai dikunjungi pelanggan.

Dulu, lokalisasi prostitusi tersebut memiliki banyak kamar wisma dan jajaran wanita dari beragam usia. Termasuk PSK berusia 40 tahunan.

Mengutip situs Pemkab Ponorogo, Kedung Banteng sempat dihuni 39 mucikari dan 176 PSK. Dengan 20 PSK asal Ponorogo, dan 156 orang dari luar Ponorogo.

Orang-orang yang terkena dampak penutupan tersebut, kemudian mendapat bantuan kompensasi dari Kemensos untuk memulai hidup baru. Sebagian PSK asal luar Ponorogo diminta untuk pulang ke daerahnya masing-masing. Sementara para PSK asli Ponorogo mendapat binaan dari Pemerintah Kabupaten Ponorogo.

Kampung lokalisasi itu resmi ditutup pada pertengahan 2015 oleh Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa. Kini, lokalisasi tersebut telah dibongkar dan dihancurkan lantaran hendak diubah menjadi lahan yang lebih bermanfaat.

Itu merupakan bentuk keseriusan pemerintah setempat dalam memerangi prostitusi. Rencananya, kampung itu akan diubah menjadi wisata agro desa Kedung Banteng.

5. Balong Cangkring, Mojokerto

Balong Cangkring yang berada di Kelurahan Pulorejo, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto juga sempat dikenal sebagai salah satu lokalisasi prostitusi. Petak-petak rumah serta dentuman musik dangdut dan jejeran wanita berbaju seksi, pernah menghidupi kawasan itu dengan sisi gelap bisnis prostitusinya.

Para pekerja seks komersial di tempat itu disebutkan hengkang sejak lokasinya menjadi sorotan publik. Juga adanya rencana para pemangku kebijakan yang berupaya memberantas praktik prostitusi di wilayah itu.

Dalam situs Kominfo Jatim, dijelaskan Lokalisasi Balong Cangkring resmi ditutup Pemprov Jatim dan Pemkot Mojokerto pada 29 Mei 2016.

6. Girun, Malang

Di Malang juga ada eks lokalisasi yang melegenda. Bisnis prostitusi itu ada di Girun, Desa Gondanglegi Wetan, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang.

Girun merupakan nama pemilik bisnis prostitusi di wilayah Gondanglegi tersebut. Bisnis prostitusi itu ia jalankan sejak 1985. Lokalisasi prostitusi itu tersohor dan paling dikenal di kalangan masyarakat Malang.

Di sana ada bilik-bilik rumah para PSK dengan fasilitas seadanya yang menjadi tempat praktik prostitusi. Mereka menunggu pelanggan di dalam rumah dengan pakaian yang terbuka. Kebanyakan, PSK yang bekerja di sana berasal dari luar kota.

Lokalisasi Girun telah ditutup oleh Pemkab Malang pada Juni 2014. Sebelum ditutup, ada catatan bahwa PSK yang ada di Girun sejumlah 89 orang.




(sun/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads