Melihat Napak Tilas Empat Perjalanan Hayam Wuruk ke Blitar

Melihat Napak Tilas Empat Perjalanan Hayam Wuruk ke Blitar

Erliana Riady - detikJatim
Senin, 01 Mei 2023 20:04 WIB
napak tilas hayam wuruk di Blitar
Napak tilas Hayam Wuruk di Blitar (Foto: Erliana Riady)
Blitar -

Hayam Wuruk merupakan raja terbesar Kerajaan Majapahit. Selama kepemimpinannya, Hayam Wuruk tercatat sebanyak empat kali melakukan perjalanan ke Blitar.

Sejarah mencatat, Hayam Wuruk memerintah Kerajaan Majapahit selama 39 tahun. Yakni pada tahun 1272-1311 Saka atau 1350-1389 Masehi. Sementara, catatan perjalanan Hayam Wuruk ke Blitar itu terdapat dalam Negarakretagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca.

Sejarawah Ferry Riyandika mengatakan catatan perjalanan Hayam Wuruk ke Blitar tidak ditulis secara detail oleh Mpu Prapanca. Ini sangat berbeda dengan catatan perjalanan Hayam Wuruk saat ke Lumajang, karena Mpu Prapanca mengikutinya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari Negarakretama itu terbaca catatan perjalanan ke Lumajang lebih detail diceritakan oleh Mpu Prapanca. Sedangkan perjalanan ke Blitar tidak begitu detail karena Mpu Prapanca tidak ikut dalam perjalanan. Dia hanya mendengarkan penjelasan dari para pengikut Hayam Wuruk," ulas Ferry kepada detikJatim, Senin (1/5/2023).

napak tilas hayam wuruk di Blitar Candi Simping di Kecamatan Kademangan (Foto: Erliana Riady)

Namun dari catatannya di Negarakretagama Pupuh 17 : 5,6, sebanyak empat kali Hayam Wuruk melakukan perjalanan ke Blitar. Perjalanan pertama tidak dicatat pada tahun berapa. Namun tujuan Hayam Wuruk ke Blitar adalah untuk menghadap Hyang Atjalapati atau beribadah di Candi Palah atau Candi Penataran di Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar. Kemudian berkunjung di Candi Gedog di Sananwetan, Kota Blitar, sebagai lokasi pendarmaan Raja Majapahit kedua, Jayanegara.

ADVERTISEMENT

Perjalanan kedua, tercatat pada tahun Saka 1279 atau 1357 Masehi. Pada masa ini terjadilah Perang Bubad yang membuat gundah gulana Hayam Wuruk sebagai Raja Majapahit. Perang Bubat yang juga disebut Pasundan Bubat adalah pertempuran antara bala sentana Raja Sunda dan angkatan perang Majapahit yang berlangsung di alun-alun Bubat, kawasan utara Trowulan, ibu kota Majapahit.

"Gundahnya Hayam Wuruk, dalam perang itu walaupun Majapahit menang, namun Hayam Wuruk tidak bisa mempersunting Putri Dyah Pitaloka yang memilih mati daripada menyerahkan diri ke Majapahit," jelasnya.

Di perjalanan kedua ini, Hayam Wuruk setelah beribadah di Candi Palah kemudian bercengkrama di laut selatan melewati wilayah Lodaya. Kemudian singgah di Teto dan Sideman yang sekarang teridentifikasi di wilayah Bacem, Kecamatan Sutojayan. Lodoyo sendiri merupakan nama lawas Kecamatan Sutojayan namun memiliki wilayah lebih luas karena statusnya karisidenan.

Pada perjalanan ketiga di tahun Saka 1283 atau 1361 Masehi, Hayam Wuruk mengunjungi Candi Palah, Lwang Wentar (Candi Sawentar di Kanigoro), lalu ke Balitar. Dari hasil kajian ilmiah Ferry, lokasi Balitar ini berada di kawasan Kuningan sampai selatan ke wilayah Minggirsari. Ini dibuktikan dengan temuan beberapa situs di sekitar Kuningan dan Minggirsari. Dan adanya Situs Besole di tepian Sungai Brantas. Dari Balitar ini, Hayam Wuruk menyeberangi Sungai Brantas untuk menuju ke wilayah Lodaya.

Di Lodaya, Hayam Wuruk berkunjung ke Candi Simping di Kademangan, lalu ke laut selatan diperkirakan sekitar Pantai Tambakrejo, dan situs Jimbe yang masih di wilayah Kecamatan Kademangan.

"Saat berkunjung di Candi Simping yang diyakini sebagai tempat pendarmaan leluhurnya, yaitu Raden Wijaya sebagai Raja pertama Majapahit.
Dia melihat posisi Candi Simping miring ke arah barat sehingga Hayam Wuruk memerintahkan untuk direnovasi. Selama menunggu proses renovasi itulah, Hayam Wuruk menyusuri pantai selatan dan menginap di sana," jelasnya.

Sepulang menginap di pantai selatan, Hayam Wuruk diceritakan kembali mengunjungi Candi Simping. Namun ternyata proses renovasinya belum selesai. Sehingga, Hayam Wuruk memutuskan kembali ke Trowulan melalui jalur darat. Dengan melewati Jukung, Surabuwana (Candi Surowana) yang terdeteksi di wilayah Kediri.

"Dua tahun kemudian, yakni di tahun Saka 1285 (1363 Masehi), Hayam Wuruk diceritakan kembali melakukan perjalanan ke wilayah Blitar. Namun kunjungannya kali ini lebih bersifat dinas, karena meresmikan Candi Simping yang telah selesai direnovasi," pungkas Ferry.

Sementara Sejarawan Malang, M Dwi Cahyono dalam pemaparan Desawarnana, Perjalanan Inspeksi Hayam Wuruk pada daerah pinggiran kekuasaan Majapahit, menceritakan napak tilas blusukan itu. Seperti yang tergambar dalam Nagarakrwetagama (pupuh 17.6) pada tahun "Akasatisurya". Sekitar tahun 1275 Saka atau 1353 Masehi.

Paling tidak ada tujuh kali perjalanan di masa pemerintahan-nya (1350-1389 Masehi). Tercatat tahun 1353 menuju Pajang, tahun 1354 menuju Lasem melintasi Pantai Samudra. Tahun 1357 menembus hutan menuju dan ke arah laut menuju Lodaya, Tetu, dan Sideman. Tahun 1359 bulan Badrapada, berkeliling seluruh negara menuju ke Kota Lamajang. Tahun 1360 menuju Tirip dan Sempur, tahun 1361 menuju Palah dan mengunjungi Balitar, Lodaya, laut, Simping. Dan tahun 1363 menuju ke Simping.




(abq/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads