Blitar menyimpan cerita kelam dan kisah-kisah perjuangan. Semuanya tersimpan dalam monumen yang berdiri di Kota Proklamator.
Selama ini, Blitar identik dengan Makam Bung Karno (MBK) sebagai destinasi wisata religi dan sejarah. Namun bagi detikers yang suka mempelajari sejarah, bisa sering-sering ke Blitar karena banyak kisah masa lampau yang bisa didalami di sana.
Salah satunya dengan mengulas monumen-monumen yang ada di Blitar. Sebab, setiap monumen menyimpan sejarah yang bisa diulas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut ini, detikJatim merangkum empat monumen di antaranya. Mulai dari Monumen Trisula, Monumen PETA, Monumen Bung Karno dan Monumen Plotlot.
Monumen di Blitar:
1. Monumen Trisula
![]() |
Monumen Trisula merupakan monumen yang dibangun untuk mengingat Operasi Pemberantasan PKI di Blitar Selatan. Monumen ini berada di Desa Bakung, Kecamatan Bakung, Kabupaten Blitar.
Dulu, Monumen Trisula merupakan bangunan Pusat Komando Operasi Trisula. Di dalamnya terdapat peninggalan terkait pemberantasan PKI di Blitar.
Operasi Pemberantasan PKI itu dipimpin Kolonel Witarmin. Deputi Kasad Bapak Letjen TNI Mochamad Jasin meresmikan Monumen Trisula pada 18 Desember 1972.
Monumen ini mempunyai 17 pilar penyangga, jalan yang membentuk angka 8, 45 trap dan 5 buah tangga bawah yang mengandung makna 17 Agustus 1945. Sementara patung di monumen ini terdiri dari 2 orang warga sipil dan 3 tentara, yang menggambarkan persatuan antara masyarakat dengan pasukan pemerintah.
Berkunjung ke Monumen Trisula tidak dikenai biaya masuk. Hanya saja untuk menjaga kendaraan, pengunjung ditarik uang parkir Rp 2.000 sampai Rp 5.000.
Jam operasionalnya 24 jam. detikers bisa mengunjungi monumen ini kapan saja.
2. Monumen PETA
![]() |
Monumen berikutnya adalah Monumen PETA yang berada di Jalan S Supriyadi, Kota Blitar. Monumen ini dibangun untuk memperingati Pemberontakan PETA (Pembela Tanah Air), terhadap Jepang pada 14 Februari 1945.
Pemberontakan itu dipimpin Shodancho Soepriyadi. Pada momen tersebut, Soepriyadi dinyatakan hilang.
Monumen PETA di Blitar diresmikan pada 14 Februari 1998 oleh gubernur Jawa Timur, M Basofi Soedirman. Lalu diperbaharui pada 2008.
Ada tujuh tokoh yang diabadikan dalam bentuk patung dalam monumen itu. Mereka yaitu Shodancho Soepriyadi, Chudancho dr Soeryo Ismail, Shodancho Soeparjono, Budancho Soedarmo, Shodancho Moeradi, Budancho Halir Mangkoe Dijaya dan Budancho Soenanto.
detikers bisa datang kapan saja ke Monumen PETA tanpa harus membayar tiket. detikers juga bisa mengabadikan momen saat berkunjung ke Monumen PETA.
3. Monumen Bung Karno
![]() |
Pada 2002, Patung Bung Karno didirikan pertama kali setinggi tujuh meter. Letaknya di persimpangan antara Jalan Ahmad Yani dan Jalan Sumatra.
Patung tersebut dibangun dengan uang swadaya masyarakat. Khususnya masyarakat Gebang Kidul, Sananwetan.
Monumen Bung Karno dibangun di tengah perempatan jalan atas persetujuan Wali Kota Blitar, Djarot Syaiful Hidayat. Monumen itu lalu diresmikan anak Bung Karno, Rachmawati pada 20 Juni 2002.
Kini, Patung Bung Karno yang dibangun di ruang publik Blitar ada sembilan. detikers bisa berkunjung dengan gratis, hanya membayar tiket parkir saja.
4. Monumen Potlot
![]() |
Selanjutnya ada Monumen Potlot. Monumen ini dibangun untuk mengingat sejarah Bendera Merah Putih yang pertama kali berkibar di Kota Blitar.
Menurut sejarah, saat masa penjajahan Jepang, Shodancho Parto Hardjono (anggota PETA) mengibarkan Bendera Merah Putih tepat pada pukul 03.30 WIB untuk membakar semangat tentara PETA.
Monumen Potlot berlokasi di Bendogerit, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar. Tepatnya berada di bagian tengah paling belakang, area Taman Makam Pahlawan Raden Wijaya di Kota Blitar.
Sama dengan monumen sebelumnya, kawasan Monumen Potlot juga gratis untuk dikunjungi. Pengunjung hanya dikenakan biaya parkir saja.
(sun/dte)