Arca hingga Koin Dinasti Tang Ditemukan di Situs Pandegong Jombang

Arca hingga Koin Dinasti Tang Ditemukan di Situs Pandegong Jombang

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Sabtu, 25 Feb 2023 23:30 WIB
Situs Pandegong Jombang
Temuan babru di Situs Pangedong, Jombang (Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)
Jombang -

Ekskavasi tahap 4 Situs Pandegong di Dusun Kwasen, Desa Menganto, Mojowarno, Jombang 15-26 Februari 2023 menghasilkan sejumlah temuan penting. Mulai dari fragmen arca, koin kuno dari Dinasti Tang, pecahan keramik dari Dinasti Song, hingga bandul jala atau pemberat jaring ikan.

Ketua Tim Ekskavasi Situs Pandegong Vidi Susanto mengatakan fragmen arca ditemukan dalam penggalian struktur di sebelah utara candi utama. Bangunan bata merah ini memanjang dari utara ke selatan 248 cm, lebarnya 160 cm, ketinggiannya maksimal 40 cm.

Nah, pecahan arca berbahan batu andesit ditemukan di sebelah barat struktur tersebut. Sayangnya, arca hanya tersisa bagian dada, sedikit leher, serta sedikit lengan atas kanan dan kiri. Lebar pecahan arca ini sekitar 15 cm, begitu pula dengan tingginya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Atribut pada arca sebatas kalung. Hampir semua arca ada kalung sehingga kami belum berani menyimpulkan ini arca apa," kata Vidi kepada wartawan di lokasi ekskavasi, Sabtu (25/2/2023).

Temuan lepas lainnya dari ekskavasi tahap 4 ini, lanjut Vidi berupa fragmen keramik dari Dinasti Song, 1 koin kuno dari Dinasti Tang, serta sebuah bandul jala berbahan terakota. Bandul jala tersebut berbentuk bola kecil dengan lubang di tengahnya.

ADVERTISEMENT

"Yang bulat kalau dibandingkan dengan temuan yang disimpan di PIM (Museum Trowulan), itu bandul jala atau pemberat jala," terangnya.

Arkeolog Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jatim ini menjelaskan, temuan struktur pada ekskavasi 12 hari ini hanya di 2 titik. Pertama, di sebelah barat perwara tengah. Bangunan ini memanjang dari selatan ke utara 155 cm dengan tonjolan ke barat 100 cm.

Sedangkan struktur kedua seperti yang disebutkan di atas, yaitu struktur di sebelah utara candi utama. Bangunan bata merah ini memanjang dari utara ke selatan 248 cm, lebarnya 160 cm, ketinggiannya maksimal 40 cm.

"Masih kami lihat pola dan fungsinya apa sih struktur itu. Lazimnya pola candi dibuat simetris, tapi ini kok cuma satu. Kami belum bisa berasumsi ini struktur apa," jelas Vidi.

Ekskavasi tahap 4 ini juga berhasil menampakkan 3 candi perwara di sebelah barat candi utama. Masing-masing perwara berbentuk persegi 3,2 x 3,2 meter. Tinggi struktur yang tersisa 6-7 lapis bata merah kuno atau sekitar 60 cm.

Sayangnya, bagian atas perwara tengah belum bisa ditampakkan. Karena di atas perwara ini terdapat makam yang dikeramatkan warga setempat. Tim ekskavasi sebisa mungkin menghormati kearifan lokal tersebut.

"Hanya perwara tengah ada selasar bawah (di sebelah timurnya). Kalau dilihat elevasinya dengan candi utama, ketiga perwara hanya tersisa bagian pondasi. Bagian kaki ke atas sudah tidak ada," ungkap Vidi.

Sebelumnya, Situs Pandegong telah melalui 3 tahap ekskavasi, yaitu 12-21 November 2021, 16-26 Maret 2022, serta 13-22 April 2022. Sehingga seluruh candi utama yang tersisa bagian kakinya, sudah nampak. Bangunan suci ini berdenah cruciform karena terdapat penampil atau tonjolan struktur di setiap sisinya.

Baca halaman selanjutnya.

Struktur kaki candi berbahan bata merah kuno ini seluas 8x8 meter persegi dengan tinggi bangunan yang tersisa 1,5-2 meter. Sedangkan tinggi pondasinya sekitar 50 cm. Tinggi kaki candi yang tak sama, serta permukaan atasnya yang tidak rata membuktikan tubuh candi yang telah runtuh. Banyak sekali pecahan bata kuno di sekeliling candi ini.

Struktur utama kaki Candi Pandegong mempunyai tiga macam hiasan. Yaitu hiasan palang Yunani atau tapak dara pada setiap bidang struktur, panil geometris di bagian bawah kaki candi, serta ragam hias garis lengkung. Sayangnya, bangunan kaki candi tidak sepenuhnya utuh. Kerusakan paling parah pada penampil sisi timur dan sudut tenggara candi.

Terdapat struktur tangga yang juga berbahan bata merah kuno di bagian barat candi utama. Panjang tangga 210 cm dari barat ke timur. Sedangkan lebarnya dari selatan ke utara 230 cm. Bagian paling tinggi tangga ini 100 cm. Posisi tangga membuktikan bangunan suci ini menghadap ke barat.

Persis di tengah candi utama ditemukan sumuran candi seluas 2,34 x 2,34 meter persegi. Sumur pada candi lazimnya menjadi tempat menyimpan kotak pripih yang berisi emas atau biji-bijian. Pripih menjadi media untuk menarik para dewa. Sayangnya, setelah digali hingga kedalaman 4 meter, pripih tak lagi ditemukan karena sudah dijarah di masa lalu.

Situs Pandegong JombangSitus Pandegong Jombang Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim

Candi di Situs Pandegong mempunyai kemiripan dengan Candi Masahar di Situs Gemekan, Sooko, Kabupaten Mojokerto. Keduanya sama-sama mempunyai 3 candi perwara sebagai tempat arca tunggangan para dewa. Bedanya, candi di Situs Pandegong menghadap ke barat, sedangkan Candi Masahar menghadap ke timur.

Dalam konsep Trimurti Hindu, perwara untuk meletakkan arca makhluk yang menjadi tunggangan tiga dewa. Yaitu angsa sebagai tunggangan Dewa Brahma di sisi utara, garuda tunggangan Dewa Wisnu di sisi selatan, sedangkan lembu tunggangan Dewa Siwa di bagian tengah.

Tidak hanya itu, tim ekskavasi juga menemukan potongan arca kepala nandi atau sapi di antara candi utama dengan perwara. Fragmen arca berbahan batu andesit ini berukuran 17 x 10 x 18 cm. Arca tersebut pada masa lalu, kemungkinan diletakkan di atas perwara tengah. Karena nandi merupakan tunggangan Dewa Siwa.

Fragmen arca Agastya juga ditemukan di sisi barat daya candi utama. Potongan arca berupa pergelangan tangan kiri memegang kendi itu ditemukan di kedalaman 60 cm. Penemuan pecahan arca tersebut membuktikan relung-relung tubuh candi utama di Situs Pandegong berisi arca Agastya, Durga, Ganesa, Nandiswara dan Mahakala. Terlebih lagi arca Nandiswara dan Mahakala sudah ditemukan pada ekskavasi tahap pertama. "Candi ini bisa kami pastikan aliran Hindu Siwa karena ada yoni juga," ujar Vidi.

Situs Pandegong diperkirakan peninggalan Kerajaan Medang atau Mataram Kuno periode Jatim abad 10 masehi. Kerajaan ini didirikan Mpu Sindok tahun 929 masehi. Tentu saja jauh sebelum Kerajaan Majapahit yang didirikan Raden Wijaya tahun 1293 masehi. Interpretasi tersebut berdasarkan denah candi dan gaya arcanya yang mirip dengan Candi Masahar di Situs Gemekan.

"Terkait penanggalannya, kami duga berasal dari abad 10 masehi. Dari model dan gaya seni arcanya mirip dengan arca-arca dari abad 10, denah candi bisa kita bandingkan dengan Candi Gemekan. Ditambah temuan fragmen keramik dari Dinasti Song abad 8-12, juga kami temukan 1 koin dari Dinasti Tang abad 8," cetus Vidi.

Vidi menduga kerusakan candi di Situs Pandegong karena ulah manusia. Sehingga strukturnya hanya tersisa bagian kaki. Bahkan, 3 candi perwaranya tersisa bagian pondasi saja. Selain itu, sebagian arcanya sudah hilang, sebagian lagi pecah berkeping-keping.

"Bukti perusakan manusia sumuran candi rusak, struktur kaki candi timur dan sudut tenggara sudah rusak. Jelas bukan faktor alam karena material batanya diangkut setelah dipecah," terangnya.

Eskavasi tahap 4 ini, tambah Vidi menjadi yang terakhir di Situs Pandegong. "Potensi arkeologi di sini kami anggap sudah tuntas, tapi tentu nanti harus ada penetapan sebagai cagar budaya tingkat kabupaten sebagai tahap awal perlindungan," tandasnya.

Halaman 2 dari 2
(abq/dte)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads