Ulasan Lengkap Pernikahan Adat Jawa Timur

Ulasan Lengkap Pernikahan Adat Jawa Timur

Rina Fuji Astuti - detikJatim
Rabu, 07 Des 2022 15:14 WIB
traditional java wedding couple husband and wife hold each other
Ilustrasi pasangan pengantin Jawa/Foto: Dok. iStock
Surabaya -

Pernikahan menjadi momen sakral antara laki-laki dan perempuan, yang terikat dengan rasa saling memiliki. Budaya dan adat yang mewarnai pernikahan berbeda-beda di setiap daerah.

Dalam situs resmi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Jawa Timur diterangkan, upacara perkawinan adat Suku Jawa di Jawa Timur disebut temu atau panggih/kepanggih pengantin.

Upacara ini menarik karena mempelai laki-laki dan wanita saling bertemu. Biasanya mempelai laki-laki datang ke tempat mempelai wanita sambil membawa keluarga besar. Temu manten ini juga kerap disebut iring-iring.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kedatangan mempelai laki-laki ke tempat mempelai wanita diiringi arak-arakan sambil membawa sanggan, rontek, srasrahan, dan jagoan. Juga membawa panjang ilang, pasangan, tempayan yang berisi air dan kembang setaman, telur ayam yang masih baru, gantal, dan tempat duduk pengantin.

Semua barang bawaan pengantin laki-laki pada dasarnya merupakan simbol kehidupan. Kembar mayang yang juga disebut gagar mayang adalah suatu rangkaian bunga yang dibuat dari tunas pisang, janur, mayang (bunga pinang) dan daun beringin.

ADVERTISEMENT

Semua unsur itu mempunyai makna. Pohon pisang dan kelapa misalnya. Batang, daun, akar maupun buah dari kedua pohon itu bermanfaat untuk manusia.

Dalam arak-arakan pengantin laki-laki, biasanya ada orang yang diberi tugas membawa barang-barang yang ditempatkan dalam suatu wadah. Barang-barang itu salah satunya gedang ayu, yaitu dua sisir pisang raja yang sudah tua.

Lalu ada susur ayu yaitu daun sirih yang masih muda, kembang telon, kisi, kapuk kapas, padi, lawe saukel atau benang satu ikal, kaca, sisir, menyan, minyak, asam, kunir (kunyit), cikal, dan uang.

Barang-barang tersebut dibawa dengan cara disangga. Maka dalam upacara perkawinan adat Jawa Timur disebut dengan istilah sangga. Barang-barang itu nantinya diserahkan kepada orang tua pengantin wanita.

Rontek adalah umbul-umbul yang terbuat dari bahan kertas, yang dilengkapi dengan kain warna-warni. Rontek biasanya dilengkapi tombak yang dibawa orang khusus dalam arak-arakan, dan berada di barisan paling depan.

Srasrahan adalah penyerahan beberapa benda dari pihak pengantin laki-laki kepada orang tua pengantin wanita. Srasrahan biasanya ditempatkan dalam suatu wadah yang disebut jodhang. Isinya berupa kue dan nasi beserta ikannya.

Apabila dalam perkawinan itu kedua mempelai masih berstatus jejaka dan gadis, maka di belakang jodhang dilengkapi barang-barang perlengkapan dapur.

Barang-barang itu biasanya dipukul selama perjalanan menuju tempat pengantin wanita. Aksi itu disebut bubak kawak, yang artinya membuka lembaran baru dari tingkat remaja ke tingkat berkeluarga.

Dalam upacara ini yang penting adalah ongkek, yaitu alat atau wadah yang digunakan untuk membawa barang-barang perlengkapan dapur. Apabila pengantin wanitanya anak bungsu, maka upacara perkawinannya disebut tumplak punjen.

Dalam upacara ini biasanya disediakan uang logam, bunga telon, kaji-kajian dan beras kuning. Beras kuning itu dimasukkan dalam kantong-kantong kampil, yang nantinya dibagi-bagikan kepada para tamu yang hadir. Banyaknya kampil tersebut diperhitungkan dari hari kelahiran (weton) kedua mempelai.

Jagoan berasal dari kata jago yang mendapat akhiran an, yang artinya ayam jantan. Dalam hal ini, yang dimaksud jagoan adalah tiruan ayam jantan yang bahannya dari kertas.

Ayam jantan tiruan ini akan diikutsertakan dalam arak-arakan, apabila kedua pengantin masih berstatus jejaka dan gadis.

Panjang ilang adalah sebuah bokor yang bahannya terbuat dari janur yang dianyam. Isinya adalah sajen, berupa makanan yang jenisnya sama dengan makanan yang disajikan ke para tamu pada pesta perkawinan.

Apabila upacara perkawinan sudah selesai, panjang ilang beserta isinya biasanya dibuang atau dihanyutkan ke sungai. Itu melambangkan pembuangan segala keburukan dan kejahatan, dengan harapan agar kedua pengantin, kerabat-kerabatnya dan orang-orang yang membantu selama berlangsungnya upacara perkawinan dapat memperoleh keselamatan dan kebahagiaan.

Pasangan adalah nama sebuah alat untuk menempatkan leher lembu atau kerbau pada luku atau garu. Yang biasanya digunakan untuk mengolah lahan pertanian oleh para petani.

Dalam upacara perkawinan adat Jawa Timur, pasangan melambangkan kedua pengantin dapat hidup rukun. Bersama-sama, mereka dapat menghadapi bahaya dan derita guna mencapai kebahagiaan bersama.

Tempayan adalah wadah yang bahannya terbuat dari tanah liat, yang isinya berupa air dan kembang setaman. Sedangkan kegunaannya untuk membasuh kaki kedua pengantin. Itu melambangkan pensucian dan pembersihan kedua pengantin dari keburukan atau noda-noda yang dibawa oleh roh halus.

Pada upacara perkawinan adat Jawa Timur, tempat di dekat pasangan dan tempayan ini biasanya diletakkan telur yang masih baru atau segar. Telur itu nantinya diinjak pengantin laki-laki pada saat kedua pengantin bertemu. Itu melambangkan berakhirnya masa remaja kedua pengantin, dan mulai memasuki kehidupan berumah tangga.

Gantal adalah istilah yang berasal dari bahasa Jawa, yang digunakan untuk menyebut daun sirih yang digulung, yang di dalamnya diisi dengan gambir dan diikat dengan benang.

Barang itu dibawa kedua pengantin yang nantinya digunakan sebagai alat untuk saling melempar saat bertemu. Sederet perlengkapan pernikahan itu harus diperhatikan sejak awal agar tidak ada yang tertinggal.

Sebelum dilaksanakan upacara temu atau panggih, ada beberapa rangkaian upacara yang harus dilaksanakan terlebih dahulu. Seperti upacara siraman di hari sebelum temu pengantin.

Alat-alat yang diperlukan untuk upacara ini adalah sajen siraman, air tawar yang diambil dari tujuh sumber, bunga tujuh macam, mangir untuk membersihkan badan yang beberapa minggu sebelumnya telah dilulur, kendhi yang berisi air bersih untuk berwudu, handuk dan pakaian untuk ganti.

Sebelum calon pengantin dimandikan, terlebih dahulu melalukan sungkem kepada kedua orang tuanya. Selanjutnnya orang-orang yang memandikan calon pengantin biasanya jumlahnya ganjil.

Sedangkan orang yang berhak memandikan calon pengantin untuk pertama kali adalah kedua orang tuanya. Kemudian para keluarga yang dianggap berhak.

Pada malam hari sebelum upacara temu pengantin, biasanya diadakan acara manggulan yang artinya malam terakhir bagi calon pengantin puteri sebagai seorang remaja atau gadis.

Pada malam tersebut calon pengantin puteri dirias secara sederhana untuk menjamu para kerabat dan handai tolan yang hadir dalam acara tersebut. Mereka ini pada umumnya adalah para remaja dan gadis-gadis untuk meminta bunga pengantin dengan harapan agar cepat mendapatkan jodoh.

Upacara jomblakan atau rapak dilaksanakan bersamaan dengan waktu nikah atau ijab. Upacara ini biasanya hanya dihadiri orang-orang tertentu. Di antaranya penghulu (sebagai wakil pemerintah), kedua calon pengantin, orang tua/wali atau saudara, dan dua orang saksi.

Dua orang tersebut nantinya menjadi saksi dan akan menandatangani surat nikah. Mereka akan memberi kesaksian bahwa perkawinan kedua calon pengantin tidak dipaksakan, akan tetapi atas kemauan mereka sendiri.

Sebagai pokok dari acara perkawinan adalah ijab yang lazimnya disebut dengan istilah akad nikah. Sedangkan acara lain-lainnya sebenarnya hanya merupakan rangkaian saja.

Dengan dilaksanakannya akad nikah, maka kedua pengantin telah dinyatakan resmi menjadi suami-istri. Jika upacara itu telah dilaksanakan, pengantin putera akan kembali ke pondokannya, sedangkan pengantin puteri kembali ke kamarnya. Adapun upacara temu atau panggih pengantin dilaksanakan setelah selesai dilaksanakan upacara akad nikah.

Di balik rentetan acara itu ada pantangan dalam suatu pernikahan di Jawa Timur, yaitu apabila seseorang yang lebih muda menikah lebih dahulu dari saudara yang lebih tua. maka harus ditebus dengan suatu upacara yang disebut upacara langkahan. Upacara itu biasanya dilaksanakan pada malam manggulan.

Pada malam tersebut, calon pengantin putri mohon doa restu dan meminta maaf kepada saudara tua yang dilangkahinya dengan cara sungkem. Selanjutnya, ia memberikan bungkusan kepada saudara tuanya itu yang isinya berupa pakaian sak pengadek (seperangkat pakaian).

Setelah bungkusan tersebut diterima, sang saudara tua menuntun adiknya dengan tebu wulung. Upacara itu sebenarnya hanya diikuti oleh anggota keluarga yang bersangkutan saja.

Halaman 2 dari 4


Simak Video "Video: Momen Nelayan Prigi Trenggalek Gelar Labuh Larung Sembonyo"
[Gambas:Video 20detik]
(sun/dte)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads