Mengenal Jibakutai Pasukan Elite Berani Mati di Pertempuran 10 November 1945

Mengenal Jibakutai Pasukan Elite Berani Mati di Pertempuran 10 November 1945

Tim DetikJatim - detikJatim
Rabu, 09 Nov 2022 15:39 WIB
Batalyon Mayangkara Surabaya
Patung Batalyon Infantri 503 Mayangkara, Surabaya (Foto: Amir Baihaqi/detikJatim)
Surabaya -

Jumat, 10 November 1945, pesawat tentara sekutu menyebarkan kertas pamflet dari atas langit Surabaya. Isinya yakni ultimatum agar senjata yang dikuasai pejuang Surabaya diserahkan dengan mengangkat tangan ke atas.

Penyerahan senjata ini diberi waktu hingga 10 November 1945 pukul 06.00 WIB. Jika tidak, maka sekutu akan menggempur Kota Surabaya dari laut, udara dan darat. Ultimatum ini buntut dari tewasnya perwira Inggris Brigadir AWS Mallaby di Jembatan Merah pada 29 Oktober 1945.

Ultimatum ini jelas membuat ketegangan di segala penjuru Surabaya. Sebab Inggris jelas lebih unggul dalam pengalaman dan persenjataan. Namun sebagai bangsa yang telah memproklamirkan diri, ultimatum tak digubris dan dijawab dengan perlawanan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak lama pada pukul 17.00 WIB di Jalan Pregolan 4 Surabaya, seluruh kekuatan elemen rakyat berkumpul. Mereka menyatakan sikap akan mempertahankan Surabaya. Di antara elemen ini terdapat Jibakutai atau Barisan Berani Mati (BBM).

Batalyon Mayangkara SurabayaKeterangan peresmian monumen Batalyon Mayangkara, Surabaya (Foto: Amir Baihaqi/detikJatim)

Jibakutai merupakan salah satu laskar elite pada Pertempuran 10 November 1945. Para anggotanya merupakan didikan Jepang. Sesuai namanya, laskar ini siap mengorbankan diri ala pasukan Jepang Kamikaze atau Kaiten.

ADVERTISEMENT

Achmad Zaki Yamani, pegiat sejarah Surabaya mengatakan Jibakutai memang dihimpun kembali dalam rangka menghadapi Pertempuran 10 November 1945. Cirinya mereka selalu berseragam hitam-hitam.

"Para anggotanya ini mantan pasukan Jibakutai didikan Jepang. Jadi mereka dididik siap melakukan serangan dengan mengorbankan diri. Makanya dinamakan Jibakutai atau dalam perang Surabaya disebut Barisan Berani Mati," kata Zaki kepada detikJatim.

"Mereka ini pakaiannya hitam-hitam. Meski dididik Jepang. Mereka bukan PETA yang juga bentukan Jepang sama seperti Heiho, Putera dan lainnya. Tapi mereka khusus dididik menjadi pasukan berani mati," imbuhnya.

Selanjutnya, Jibakutai melebur dan menjadi Batalyon Mayangkara...

Menutut Zaki, pada Pertempuran 10 November 1945, Jibakutai dipimpin Djarot Soebiyantoro. Aksi-aksi pasukan ini kerap membuat Inggris sempat membuat Inggris geleng-geleng.

"Pimpinannya Pak Djarot Soebiyantoro. Ya itu aksinya dengan tubuh yang sudah dipenuhi bahan peledak langsung menghadang tank atau bawa mortir sambil berlari menuju ke kawanan pasukan sekutu dan meledakkan diri," ujarnya.

Jibakutai ini, lanjut Zaki, tak hanya bertempur pada pertempuran 10 November di Surabaya tapi masih terus berlanjut hingga di luar Surabaya. Meski begitu, anggotanya tak pernah habis.

"Anggota pasukannya banyak tapi ya memang rata-rata didikan Jepang. Dan mereka yang masuk harus bersedia mati dalam penugasan serangan ke sekutu dan Belanda," papar Zaki.

Batalyon Mayangkara SurabayaPesan Letkol Djarot Soebiyantoro di monumen Batalyon Mayangkara Surabaya (Foto: Amir Baihaqi/detikJatim)

Namun lambat laun, metode serangan-serangan Jibakutai kemudian berubah. Perubahan itu sejak mereka melebur dengan anggota Batalyon Sriwijaya. Sejak peleburan itu, Jibaku Tai menjadi Batalyon Infantri 503 Mayangkara Lintas Udara Brigade Trisula Kostrad.

"Jadi cikal bakal Batalyon 503 TNI AD ya dari peleburan Jibakutai dan Batalyon Sriwijaya. Pimpinannya tetap Pak Djarot Soebiyantoro berpangkat Letkol," tutur Zaki.

Zaki menambahkan untuk mengenang Batalyon Infantri 503 Mayangkara Lintas Udara Brigade Trisula Kostrad ini, kemudian dibangun sebuah patung perwira naik kuda. Lokasi patung ini tepat di bawah jembatan layang Mayangkara, Wonokromo, Surabaya.

"Itu asalnya Pak Djarot diberi kuda putih oleh orang Mantup Lamongan. Nah kuda itu kan disimbolkan sebagai keberuntungan. Makanya patung bentuknya perwira yang sedang naik kuda putih," tandas Zaki.



Hide Ads