7 Tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW di Jawa Timur

7 Tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW di Jawa Timur

Tim detikJatim - detikJatim
Jumat, 07 Okt 2022 13:38 WIB
Peserta mengikuti pawai Maulid Nabi di Kampung Nelayan Nambangan-Cumpat, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (28/10/2020). Pawai yang diikuti murid dan guru dari sembilan Taman Pendidikan Al Quran (TPA) serta warga kampung nelayan tersebut dalam rangka memperingati hari kelahiran atau maulid Nabi Muhammad SAW. ANTARA FOTO/Moch Asim/foc.
Pawai Maulid Nabi di Surabaya/ Foto: ANTARA FOTO/MOCH ASIM
Surabaya -

Hari ini, umat Islam mulai merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW atau peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW. Tepatnya pada 7 Oktober malam hingga 8 Oktober 2022.

Nabi Muhammad lahir tanggal 12 Rabiul Awal dalam kalender Hijriah. Tanggal tersebut jatuh pada 8 Oktober 2022. Karenanya, pada tanggal 8 Oktober 2022 ditetapkan sebagai hari libur nasional.

Namun, puncak perayaan Maulid Nabi Muhammad biasanya telah dimulai sejak 7 Oktober malam hingga 8 Oktober. Bahkan, banyak orang merayakan Maulid Nabi Muhammad sejak awal hingga akhir bulan Rabiul Awal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Itu merupakan bentuk kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW. Ekspresi kecintaan umat Islam di Indonesia pun diwujudkan dengan berbagai macam acara Maulid Nabi Muhammad SAW.

Mulai dari pembacaan Barzanji (riwayat hidup Nabi), ceramah keagamaan, makan bersama, serta berbagai perlombaan. Seperti lomba baca Al-Qur'an, lomba azan, lomba selawat, dan sebagainya.

ADVERTISEMENT

Berbagai daerah di Jawa Timur juga merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan beragam tradisi. Misalnya Madura memiliki tradisi Muludhen, masyarakat Surabaya dengan tradisi Pawai Maulud, dan lain-lain.

Tradisi Maulid Nabi di Jawa Timur

1. Pawai Maulid Nabi Muhammad SAW di Surabaya

Masyarakat Kampung Nelayan Nambangan, Kalikedinding, Surabaya memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dengan menggelar pawai. Hal itu menarik perhatian masyarakat di sekitarnya.

Pawai itu biasanya diikuti oleh murid dan guru dari Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) yang ada di Kampung Nelayan. Bahkan, tak sedikit dari warga yang dilalui atau dilewati oleh jalur pawai itu mengapresiasi dengan melemparkan uang kepada peserta pawai.

2. Tradisi Keresen di Mojokerto

Tradisi Keresen dilakukan umat Islam yang merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW di Mojokerto. Mereka menghias pohon dan menggantung berbagai hasil pertanian, pakaian, dan beberapa bungkus makanan di dahan dan ranting-ranting pohon keres.

Pohon keres atau kersen merupakan pohon yang menghasilkan buah kersen, yakni sejenis ceri yang berwarna merah kekuningan. Buahnya manis saat matang dan memiliki beragam manfaat saat dikonsumsi.

Melansir tulisan Prof Suprapto dalam buku Dialektika Islam Dan Budaya Nusantara, pohon keres yang berbuah lebat dijadikan simbol bahwa kelahiran Nabi Muhammad SAW yang membawa keberkahan bagi umat Islam dan umat lain di seluruh dunia. Tradisi Keresen juga menjadi simbol ungkapan rasa syukur atas lahirnya Nabi Muhammad sebagai pencerah dan pemberi jalan petunjuk untuk keselamatan manusia berupa ajaran Islam.

3. Endog-endogan di Banyuwangi

Endog dalam bahasa Jawa artinya telur. Ya, tradisi ini menggunakan telur untuk merayakan Maulid Nabi Muhammad.

Cangkang telur dihias dengan menarik dan ditancapkan ke batang pisang yang juga dihias. Telur-telur yang sudah direbus itu lantas diarak keliling kampung dan selanjutnya dibagikan kepada warga sekitar. Tradisi itu juga diiringi dengan pembacaan selawat, barzanji, dan zikir serta doa-doa.

Baca tradisi Rebu'en di Probolinggo hingga Sebar Koin di Madiun dan Kediri pada halaman selanjutnya

4. Rebu'en di Probolinggo

Warga Desa Sologodek, Pajarakan, Kabupaten Probolinggo kerap menggelar tradisi Rebu'en untuk merayakan Maulid Nabi Muhammad. Bentuk tradisi ini adalah berebut aneka bahan makanan hingga peralatan salat.

Berbagai makanan dan alat salat itu digantungkan di langit-langit musala atau masjid di sana. Usai berselawat, warga langsung berebut barang-barang yang bergantungan tersebut.

Konon, tradisi ini sudah dilakukan turun-menurun sejak ratusan tahun lalu. Tradisi ini dilakukan untuk menggambarkan kekompakan umat Islam di Probolinggo.

5. Muludhen di Madura

Tradisi Muludhen digelar masyarakat muslim Madura untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini diisi dengan pembacaan selawat Nabi dan barzanji di setiap masjid.

Selain itu, para remaja dan ibu-ibu kerap datang ke masjid atau musala dengan membawa nasi tumpeng di atas talam. Lengkap dengan aneka ragam buah di sekitar nasi itu. Semua sajian itu dibawa untuk didoakan, lantas dimakan bersama.

6. Sebar Udikan di Madiun

Warga Dusun Sukorejo, Desa Kedondong, Kebonsari, Madiun kerap melakukan tradisi Sebar Udikan saat Maulid Nabi Muhammad. Tradisi ini dilakukan dengan melempar uang koin kepada warga secara bergerombol.

Sebar Udikan diyakini sebagai tradisi turun-menurun di desa setempat. Konon, tradisi ini bermula dari niat seorang warga yang ingin beramal kepada warga miskin, namun caranya dengan melemparkan uang koin agar menjadi rebutan.

7. Rebutan Koin di Kediri

Serupa dengan Sebar Udikan, tradisi sebar uang saat Maulid Nabi Muhammad juga ada di Kediri. Tepatnya di Masjid Wakaf Jamsaren, Pesantren, Kota Kediri.

Tradisi ini kerap diikuti ratusan anak, remaja dan warga di serambi masjid. Seusai salat Isya berjamaah, setiap warga yang hadir berkumpul di serambi dan bersiap berebut uang yang disebarkan oleh takmir masjid dan warga yang bersedekah.

Pecahan uang koin yang disebar pun beraneka ragam. Mulai dari Rp 100, Rp 500, Rp 1.000 hingga pecahan Rp 20.000. Tradisi ini bertujuan untuk mengajak anak-anak agar rajin beribadah di masjid dan bersedekah.

Nah, itu tadi sejumlah Tradisi Maulid Nabi Muhammad di Jawa Timur. Ada daerahmu, detikers?

Halaman 2 dari 2
(hse/sun)


Hide Ads